ChanelMuslim.com – Pro Kontra Ucapan Selamat Hari Raya Non Muslim ini dikutip dari buku Fiqih Praktis Sehari-Sehari karya Ustaz Farid Nu’man Hasan, hlm. 76-92, yang diterbitkan oleh Penerbit Gema Insani.
Bismillah al Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:
Pada sebuah agama, hari raya merupakan salah satu simbol utamanya. Bukan sekadar hari biasa; itu hari raya bergembira, makan-makan, juga beribadah.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَإِنَّ عِيدَنَا هَذَا الْيَوْمُ
Sesungguhnya, setiap kaum ada hari rayanya masing-masing, dan sesungguhnya hari raya kita adalah hari ini.
Ketika manusia bergembira, biasanya saudaranya memberikan ucapan selamat, termasuk selamat hari raya seperti selamat Natal, Paskah, Nyepi, dll. Lalu, bagaimana Islam memandang hal ini?
Dalam hal ini ada dua pendapat ulama, khususnya ulama masa kini: yaitu haram mengucapkan selamat, dan ada yang membolehkan jika untuk basa basi komunikasi saja.
Baca Juga: Hukum Ucapan Selamat Ulang Tahun atau Barakallahu fii umrik
Pro Kontra Ucapan Selamat Hari Raya Non Muslim
Pertama: Pihak yang mengharamkan
Ada sejumlah alasan yang dikemukakan, di antaranya sebagai berikut.
1. Ucapan selamat hari raya agama lain tidak pernah dilakukan generasi awal Islam, baik Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan imam yang empat.
Padahal mereka juga hidup berdampingan dengan non muslim, tapi kita belum dapatkan riwayat tentang itu.
2. Secara khusus, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang mengawali ucapan salam/selamat kepada Yahudi dan Nasrani, sebagaimana hadits berikut:
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ
“Janganlah memulai salam kepada Yahudi dan Nasrani.”
3. Mengucapkan selamat, menunjukkan pembenaran dan pengakuan atas aqidah mereka, sebab mereka bergembira atas hari raya agama mereka yang kafir menurut Islam.
Walau di dalam hati pengucapnya tidak ada perasaan seperti itu, tetaplah non muslim tersebut merasa mu’taraf (diakui) kebenaran aqidahnya.
Seharusnya yang dilakukan seorang muslim adalah menunjukkan kekeliruan aqidah mereka bukan justru ikut bergembira atas perayaan mereka.
4. Mengucapkan selamat, biasanya didasari pula “tidak enak hati” kepada mereka, yang sebenarnya ini menunjukkan kekalahan mental kita terhadap mereka.
Padahal mereka sendiri tidak pernah “tidak enak hati” kepada umat Islam, ketika menuduh Allah azza wa jalla punya anak –misalnya, atau menuduh Allah azza wa jalla adalah satu di antara tiga.
5. Mengucapkan selamat, kepada maksiat seperti orang yang berjudi, mabuk, dan zina saja tidak pantas, maka apalagi mengucapkan selamat kepada maksiat tertinggi yaitu penuhanan kepada selain Allah, atau menuduh Allah subhanahu wa taala punya anak. Maka, ini lebih tidak pantas lagi.[ind]
(bersambung)