Chanelmuslim.com – Ketika Rasulullah Membuat Abu Jahal Kesal
Suatu hari, seorang pria asing menjerit, “Wahai orang orang Quraisy! Adakah orang yang bersedia menolong diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Aku adalah pendatang dan telah diperlakukan sewenang-wenang!”
Memang tidak ada yang berani menghadapi Abu Jahal! Tidak seorang pun! Namun, mereka menyarankan sesuatu kepada laki laki asing itu, “Carilah Muhammad dan mintalah tolong kepadanya.”
Baca Juga: Ini Kata Abu Jahal tentang Nabi Muhammad
Ketika Rasulullah Membuat Abu Jahal Kesal
Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin, Rasulullah tidak akan mampu melakukannya. Semua tahu bahwa Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat dan beringas.
“Ada apa, saudara? Apa yang bisa kubantu?” demikian sapa Rasulullah ketika orang asing itu datang.
“Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam tidak mau membayar unta yang dibelinya dariku!”
Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal. Melihat mereka, orang-orang tertawa gaduh. Mereka yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk menghadapi Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap melontarkan ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa Rasulullah di hadapan para pengikutnya.
Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah Abu Jahal, ia sedang berada ditengah tengah budak dan para penunggang kudanya. Tiba-tiba, pintu diketuk dengan keras. Wajah Abu Jahal memerah menahan marah, “Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak tahu dia kalau aku sedang berada di tengah para bawahanku! Dengan mudah bisa kusuruh melumatkan orang itu!”
Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat Rasulullah di depannya. Saat itu, wajah Rasulullah tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah bulat untuk membela orang yang teraniaya ini. Dengan keras, Rasulullah memberi perintah kepada Abu Jahal, ” Berikanlah hak orang ini!”
Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun, ia masuk rumah dan keluar lagi untuk membayar unta laki-laki asing itu.
Orang asing itu sangat berterima kasih kepada Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita kepada orang-orang di sekitar Ka’bah. Mau tidak mau, keberanian Rasulullah ini menimbulkan rasa kagum di hati mereka. Mereka yang tadi sudah bersiap mengejek pun membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk: Kesal, geram, tetapi sekaligus hormat dan kagum.
Inilah Rasulullah yang membuat malu orang yang selalu memusuhinya. Meski perbuatan keji dan cacian sering kali diterima Rasulullah dari Abu Jahal, tapi hal itu tak menciutkan keberaniannya untuk melawan kebathilan. Bukan pembelaan diri yang dilakukannya. Tidak ada rasa enggan atau rasa malas karena harus berhadapan dengan orang yang membencinya. Ketika ada yang terdzalimi beliau pun menghadapinya dengan penuh percaya diri. (w)
Sumber : Muhammad Teladanku, Penerbit Syaamil.