ChanelMuslim.com – Pendaftaran sekolah aku urus sendiri. Bukan mamah dan papah tak mau mengurus pendaftaranku. Namun aku ingin memberikan kejutan saat aku diterima nanti.
Aku harus menunggu semnggu untuk mendapatkan pengumuman tersebut. Semoga waktu berjalan cepat, secepat mungkin. Aku ingin segera menerima kabar kelulusanku.
Baca Juga: Sepertiga Jalan (Bag.3)
Sepertiga Jalan (4)
Aku pernah membawa sebuah tulisan bahwa, “bermimpilah setinggi langit, jika kamu jatuh maka kamu akan jatuh diantara bintang-bintang.”
Untuk mengisi waktu seminggu menunggu pengumuman, aku mempelajari materi SMA. Ternyata cukup sulit, namun sampai saat ini aku sudah memahami bab pertama di setap pelajaran.
Hanya dasar-dasarnya memang, tapi cukup membuat otak terasa panas. Aku sudah membayangkan banyak hal indah yang akan aku lalui saat SMA nanti. Ikut banyak perlombaan, terkhusus olimpiade-olimpiade bergengsi lainnya.
Waktu itu tiba, di Minggu pagi aku mendapatkan emali pengumuman kelulusan, kubuka emailnya dengan perasaan bercampur aduk. Mules di perut mulai menyerang, keringat dingin membanjiri sekujur tubuh, jantungku berdetak seperti habis berlari marathon.
Siap tak siap aku harus membuka pengumuman ini. Semoga ini hari keberuntunganku.
Keberanikan diri membuka email tersebut. Kubaca namaku. Dann “LULUS”, aku lulus!
Aku bersorak sendiri di kamar. Menahan sebentar rasa bahagia untuk dibagikan nanti dengan mamah dan papah. Menunggu mamah dan papah yang biasanya terasa cepatpun jadi terasa lama.
Aku tak sabar menanti wajah bahagia, kecupan, juga pelukan hangat dari mereka.
Sambil menunggu mamah dan papah pulang dari kantor, aku mempersiapkan meja makan dengan kertas pengumumanku yang sudah aku cetak sebelumnya di pinggir kanan meja makan, dekat antara kursiku dan kursi mamah.
Huft, tak sabar rasanya. Aku sudah mempersiapkan segalanya, termasuk kata-kata yang nanti akan aku sampaikan, menjadi pengiring pengumuman kelulusanku di SMAN 1 Jakarta.
Aku juga memasang kamera kecil di pinggi meja makan, untuk merekam dan mengabadikan reaksi mamah dan papah. Ini sungguh akan menjadi kabar bahagia.
Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, jantungku semakin berdebar kencang, aku memeriksa jam tiap lima menita sekali. Mengintip pagar lewat jendela memastikan apakah mamah papah sudah tiba.
Tak henti pula aku bertanya pada mamah lewat chat, kapan kiranya sampai di rumah.
Jarum jam terus berputar, sesuai porosnya, kali ini si jarum panjang sudah mengarah ke angka enam, itu tandanya sudah lewat 30 menit. ‘Hmm… kapan yaa mereka tiba?’ batinku.
Tak lama terdengar suara pagar terbuka, dengan segera aku loncat dari sofa ada menuju pintu depan untuk menyambut mamah dan papah.
Aku sudah tak sabar memberi kabar gembira pada mereka.
Tapi tak seperti yang diharapkan…
Bersambung…
Ditulis oleh Rajwa Aida, santri kelas 2 SMA Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)