ChanelMuslim.com – Sontak anak tersebut terjatuh dan berteriak kencang. Kebetulan, saat itu wakil kepalaku sedang lewat. Jadilah aku dan anak tersebut di bawa ke ruangannya.
Setelah interogasi panjang dan jawaban ‘membelut’ dari anak tersebut, akhirnya aku disuruh minta maaf. Spontan aku menolak, “saya gak salah bu, dia yang jahat”
Baca Juga: Sepertiga Jalan (Bag.2)
Sepertiga Jalan (Bag.3)
Wakil kepala sekolah tersebut marah, “kamu ini kok ngelawan? kamu salah! mungkin maksud teman kamu mengingatkan! Lagian kamu bodoh sekali, tiap tahun naik kelas berkat nilai absen kehadiran dan belas kasihan guru terus! kamu terancam dikeluarkan!”
Aku hanya bisa menangis. Besoknya mamah dan papah dipanggil oleh pihak sekolah. Sesampai di rumah aku ceritkana yang sebenarnya.
Sejak saat itu, aku jadi rajin belajar. Mamah dan papah memasukkanku di berbagai tempat les. Dan aku ingin membuktikan bahwa aku pintar.
Oleh karena kejadian beberapa tahun silam tersebut, terlalu naif jika aku tak bahagia dengan pujian yang aku dapat. Karena sejujurnya pujian itu membuat nagih dan berhasil membuat candu yang tetap membuatku bergerak sekeras mungkin sampai detik ini.
Dalam hatiku terbesit perasaan, ‘benarkah jalan ini?’ Entahlah, mungkin jalannya benar, hanya niatku yang belum lurus. Tapi aku bersikeras bahwa mimpiku harus terwujud bagaimanapun caranya.
Dua bulan berlalu sejak kelulusan tersebut. Tibalah waktu pendaftaran jalur prestasi SMAN 1 Jakarta. Hmm… mungkin terdengar terlalu percaya diri, namun aku yakin mampu lolos jalur bergengsi tersebut.
Semua guru sekolahku mendukung penuh keputusanku untuk masuk ke SMA bergengsi tersebut. Tentu dengan masuknya aku ke SMA itu apalagi melalui jalur prestasi, menaikkan peringkat dan akreditasi sekolahku.
Teringat perjuanganku tiga tahun terakhir. Mempertahankan dan meningkatkan nilai bukanlah hal yang mudah. Aku mengorbankan segalanya untuk berada di titik ini.
Waktu, tenaga, dan segala hal yang biasaanya dilakukan teman sebayaku untuk bersenang-senang. Saat temannku sibuk bermain, pergi ke cafe, berfoto ria, bercerita banyak hal bersam, aku menahan segala keinginanku untuk bergabung.
Bahkan aku masuk dalam rentetetan anak nerd di sekolah. Semua aku lakukan untuk bertahan diposisi ini. Orang tuaku tak pernah memaksaku berada di peringkat kelas, apalagi menuntut untuk selalu menjadi yang teratas.
Aku juga tak melakukannya untuk diriku. Lalu untuk apa ini semua? Kadang aku menyalahkan diriku dan segala usaha yang aku lakukan jika hasil tak seperti yang aku targetkan.
Ah, begitu melelahkan jika harus dijabarkan bagaimana aku melewati tiga tahun terakhir. Mungkin terlalu ambisius, hmm, tak apa. Aku tahu jalanku. [Ln]
Bersambung…
Ditulis oleh Rajwa Aida, santri kelas 2 SMA Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)