ChanelMuslim.com – Surat Al-Baqarah ayat 15 menjelaskan bahwa Allah memperolok-olok dan membiarkan orang munafik terombang-ambing dalam kesesatan. Allah membiarkan mereka dengan cara memberi nikmat baru setelah mereka melakukan dosa.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 14, Orang Munafik Berusaha Mengelabui Orang Mukmin
Surat Al-Baqarah Ayat 15
Akan tetapi, yang tidak mereka ketahui bahwa itu sebenarnya merupakan azab dari Allah.
ٱللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِى طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ ﴿١٥﴾
“Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.”
(QS. Al-Baqarah[2]: 15)
Dikutip dari channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, menurut As-Saddi, dari Abu Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud serta dari sejumlah sahabat Nabi, yamudduhum artinya Allah membiarkan mereka.
Mujahid mengatakan bahwa makna yamudduhum ialah menambahkan kepada mereka, sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan kepada mereka! Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56)
Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui. (Al A’raf:182)
Sebagian ulama mengatakan bahwa setiap kali mereka melakukan dosa yang baru, maka Allah memberikan kepada mereka nikmat yang baru. Namun, pada hakikatnya hal itu merupakan azab, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam ayat lain:
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka.
Apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al An’am:44-45)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang benar ialah Kami menambahkan kepada mereka, dengan pengertian membiarkan dan memperturutkan mereka di dalam kesombongan dan pembangkangannya, sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Al An’am:110)
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 13, Olok-olokan Orang Munafik
Melampauai Batas dalam Suatu Hal
At-tugyan artinya melampaui batas dalam suatu hal, sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Kami tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera. (Al Haaqqah:11)
Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas bahwa fi tugyanihim ya’mahun artinya di dalam kekufurannya mereka terombang-ambing.
Hal yang sama ditafsirkan pula oleh As-Saddi berikut sanadnya dari para sahabat. Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Qatadah, Ar-Rabi’ Ibnu Anas, Mujahid, Abu Malik, dan Abdur Rahman Ibnu Zaid, bahwa mereka terombang-ambing di dalam kekufuran dan kesesatan.
Ibnu Jarir mengatakan lafaz al-‘amah artinya sesat, dikatakan ‘cmiha fulanun, ya’mahu, ‘amahan, dan ‘amuhan artinya si Fulan telah tersesat.
Ibnu Jarir mengatakan, makna fi tugyanihim ya’mahun artinya ialah di dalam kekufuran dan kesesatan yang menggelimangi dan menutupi diri mereka karena perbuatan kotor dan najis, mereka terombang-ambing dalam kebingungan dan kesesatan, mereka tidak akan dapat menemukan jalan keluar karena Allah telah mengunci mati hati mereka dan mengelaknya serta membutakan pandangan hati mereka dari jalan hidayah, hingga tertutup pandangan mereka, ti-dak dapat melihat petunjuk, tidak dapat pula mengetahui jalannya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa al-‘ama (buta) khusus bagi buta mata, sedangkan al-‘amah khusus bagi buta hati, tetapi adakalanya lafaz al-‘ama dipakai untuk pengertian buta hati. [Cms]