ChanelMuslim.com- Hidup berumah tangga itu seperti menaiki perahu. Ada nakhoda, ada penumpangnya. Tapi, perahu tidak selalu berjalan mulus. Ada gelombang, ada juga badainya.
Banyak hal yang bisa “menggoyang” keharmonisan rumah tangga. Dan hal itu bisa datang mendadak, dan berasal dari mana saja.
Ada rumah tangga yang berhasil mengendalikan “goyangan” itu. Tapi, tidak sedikit juga yang akhirnya gagal.
Berikut ini tips bagaimana menyiasati keharmonisan rumah tangga. Tentu dengan pendekatan kasus yang muncul dan menjadi sebab.
Intervensi Orang Tua
Tidak semua orang tua bijaksana. Adakalanya orang tua ingin intervensi rumah tangga anaknya. Biasanya, orang tua seperti ini memiliki “kelainan”.
“Kelainan” yang dimaksud bukan karena penyakit. Tapi karena munculnya ketidakseimbangan jiwa dalam diri orang tua. Bisa ibu atau ayah.
“Kalainan” lainnya karena salah satu dari mereka pisah. Bisa ayah juga ibu. Pisahnya pun bisa karena cerai, atau juga karena meninggal dunia.
Berikut ini tips menghadapi goyangan dengan kasus seperti itu. Antara lain.
Satu. Hadapi intervensi itu dengan proporsional.
Artinya, sebelum merespon apa yang diintervensikan, timbang dulu apakah hal itu wajar atau emosional. Tidak semua orang tua mampu memiliki kematangan proporsional, terlebih lagi di usia tua.
Jadi, jangan langsung pro dengan orang tua. Tapi, endapkan dulu beberapa waktu. Timbang lagi dan lagi.
Jika hal itu tidak substantif, sebaiknya diluruskan dulu ke orang tua. Diterangkan bahwa keadaan sebenarnya seperti ini dan itu. Tentu dengan cara yang bijaksana, karena kita sedang berhadapan dengan orang tua.
Jika hal itu memang masuk akal, lagi-lagi diendapkan lagi. Siapkan bahan diskusi untuk disampaikan ke suami atau istri.
Dua. Usahakan agar masalah internal rumah tangga diselesaikan oleh suami istri.
Meski masukan atau intervensinya dari orang tua, tetap penyelesaiannya diusahakan oleh suami istri itu sendiri. Bukan dilepas ke orang tua.
Contoh, orang tua tidak suka dengan menantunya yang boros. “Gugatan” ini jangan dilepas ke orang tua, sehingga sang menantu berhadap-hadapan langsung dengan mertua.
Tapi, diusahakan bisa selesai di internal rumah tangga. Bahkan sebaiknya, “gugatan” ini tidak perlu disebutkan datang dari mana.
Yang penting adanya perbaikan. Dan perbaikan harus diawali dengan penyadaran dan pengakuan. Boleh jadi, upaya ini tidak langsung sekali jadi. Tapi dilakukan berulang-ulang.
Tiga. Jangan terlalu jujur dengan intervensi orang tua.
Suami atau istri yang diintervensi orang tuanya, tidak perlu menyampaikan secara jujur ke pasangannya. Cukup dengan substansi masalahnya saja. Bukan aspirasi dari siapa.
Hal ini agar hubungan menantu dan mertua tidak terganggu. Kasus yang diintervensikan boleh jadi bersifat tentatif dan sesaat. Tapi hubungan menantu dan orang tua jangka panjang.
Jika menghadapi orang tua yang ingin intervensi, jadilah anak yang cerdas dan bijaksana. Karena dari dirinyalah hubungan baik mertua dan menantu tersambungkan. [Mh]