Di dalam kamar ada ruang tamu pribadi, tempat tidur yang luas, dapur bersih, balkon, tak ketinggalan dengan kamar mandi yang luas lengkap dengan bathtub. Bahkan ada space untuk sekedar seterika baju dan urusan pakaian.
Senang? Iya.
Tapi tak lama. Sebab, tidak ada yang saya ajak untuk menikmati itu. Saya menempati semua fasilitas itu sendirian. Hotel semewah itu tak ada bedanya dengan sekedar tempat untuk memejamkan mata dan beristirahat.
Baca juga: Kewajiban Anak (Muslim) terhadap Orangtuanya (Bag. 2)
Di situ baru saya mengerti. Ternyata ukuran kebahagiaan itu bukan pada tinggi rendahnya kualitas barang atau mahalnya sebuah barang. Namun yang bisa membuat kita bahagia adalah dengan siapa kita memutuskannya untuk berbagi.
Makanan yang membuat kita bahagia ternyata bukan makanan yang enak, tapi di saat kita menikmati kelezatannya dengan orang yang kita sayang. Tempat wisata yang terbaik bukan yang indah. Namun dengan siapa kita di sana menikmatinya.
Maka tak heran, jika hari ini, banyak orang yang ketika berwisata atau melihat sesuatu yang menarik.. lantas ia foto dan bagikan ke sosial media. Sebab pada dasarnya, manusia ingin membagikan apa yang ia senangi. Menceritakan yang ia dapatkan.
Agar apa? Agar rasa senang naik Level jadi bahagia.
Itulah dunia. Saat kau genggam sendirian, itu hanya akan menyenangkan hatimu. Tapi itu tak lama. Dunia akan jadi tempatnya bahagia, kala kita memutuskan untuk membagikannya. Ya harta, makanan, cerita, keindahan dan semua hal.
Sifatnya dunia adalah untuk tidak digenggam sendirian. Sebab, tidak pernah ada kebahagiaan yang habis saat diberikan. Yang ada, kebahagiaan akan semakin bertambah saat dibagikan.