Orang-Orang Pilihan, Oleh: Dr. Saiful Bahri, M.A.
ChanelMuslim.com – Menjadi orang-orang pilihan yang dihargai karena prestasi adalah merupakan sebuah kebahagiaan. Sebuah kepuasan psikis. Manusiawi. Lantas, bagaimana jika orang-orang pilihan tersebut dipilih dan dinobatkan oleh Allah.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (QS. 3:33)
Rahasia apakah yang membuat mereka terangkat dalam lembaran sejarah sebagai orang-orang pilihan.
Adam dan Nuh mewakili dua individu secara personal. Dan Keluarga Ibrahim serta keluarga Imran menjadi sebuah prototipe keluarga teladan.
Baca Juga: Kisah Terbunuhnya Habil, Anak Nabi Adam (1)
Nabi Adam: Menimpali Kesalahan dengan Kebaikan (Seri Kisah Orang Pilihan)
Pertama;
Nabi Adam adalah manusia pertama yang dipilih Allah untuk mengemban misi kekhilafahan (memakmurkan bumi Allah). Misi tersebut pernah ditawarkan kepada makhluk-makhluk Allah yang lain, langit, bumi dan gunung-gunung.
Akan tetapi mereka menyatakan tak sanggup memikul amanah yang berat. Maka amanah tersebut dibebankan kepada manusia (lihat QS. 33:72).
Misi ini pun mendapat tanggapan dan konfirmasi dari beberapa pihak. Malaikat menengarai mereka akan membuat bencana di atas bumi. Dan apa yang diprediksikan malaikat tersebut benar. Akan tetapi tidak semua manusia seperti itu.
Dan bukan manusia seperti mereka yang mengemban amanah dari Allah. Mereka yang baik tersebut tidaklah banyak, karena tanggungan memanggul amanah tidaklah mudah dibebankan kepada siapa saja.
Adam yang dibekali Allah dengan ilmu dan akal diangkat derajatnya. Bahkan para penduduk langit diwajibkan sujud kepadanya. Sujud takzhim atas titah-Nya, bukan penyembahan atau penghambaan kepada makhluk-Nya. Iblis yang menolak perintah tersebut pun dilaknat Allah. Dimurkai. Dan –bahkan- diusir dari langit.
Kemudian, makar iblis pun dirancang untuk menggelincirkan Adam. Ia menabuh genderang permusuhan abadi terhadap Adam dan kelak anak-cucunya. Karena Adam lah yang menjadi sebab terusirnya Iblis dari langit.
Sebagai buahnya, Adam memang melakukan pelanggaran akibat kelalaian dari bujukan iblis. Tapi kelalaian tersebut dibayar dengan keinsyafan dan penyesalan yang dalam. “Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.“ (QS. 7:23)
Dan kesadaran, keinsyafan dan ketundukan yang khusyu’ sebagai refleksi perbaikan diri dijadikan Allah sebagai salah satu ciri-ciri orang bertaqwa. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS. 3:135).
Orang berprestasi bukanlah mereka yang tidak melakukan kesalahan. Namun mereka yang mampu menimpali kesalahan tersebut dengan kebaikan-kebaikan serta usaha perbaikan diri dan tidak putus asa pada rahmat Allah. [Ln]
Bersambung…