ChanelMuslim.com- Seorang kakek yang tinggal di kampung padat penduduk kedatangan cucunya. Meski padat, kesejukan rindang pepohonan masih terasa.
Sang cucu yang masih remaja mengajak kakek berkeliling kampung. Meski jarak usia keduanya sangat jauh, tapi ukuran fisiknya hampir sama.
“Kek, kita keliling kampung yuk!” ajak sang cucu setelah merapikan baju salinannya di kamar. “Oke, tunggu sebentar ya,” jawab sang kakek begitu antusias.
Meski disebut kakek, penampilan pria usia tujuh puluhan ini masih seperti anak muda. Ia biasa mengenakan kaos tanpa kerah dengan desain aneka tulisan. Celananya pun bercorak jeans. Plus dengan sepatu sneakers dan topi pet yang biasa dipakai anak muda.
Setelah siap, keduanya pun berangkat dengan jalan santai. Jika dilihat dari jauh, tak ada yang menyangka kalau dua orang itu adalah kakek dan cucu.
Di hampir semua warga yang ditemui, selalu ada komen-komen. Ada yang memuji, tapi lebih banyak yang mencela.
“Ingat umur, Kek!” ucap salah seorang ibu yang menatap aneh sang kakek.
Ada juga yang komen, “Biar penampilannya muda, usia tetap saja tua, Kek!”
Ada komen yang lebih pedas lagi, “Mau survei kuburan, Kek!”
Sang cucu agak risih mendengar semua komen itu. Kalau tidak karena melihat ekspresi sang kakek yang tetap senyum dan rileks, mungkin ia sudah emosi sejak tadi.
Setelah jauh dari lalu lalang warga, sang cucu akhirnya mengungkapkan rasa herannya. “Kek, apa kakek tidak marah dengan komen-komen warga tadi?” ucapnya.
“Komen-komen seperti apa, Cu?” tanya balik sang kakek tetap dengan ekspresi santai.
“Hampir setiap kali berpapasan warga, mereka selalu komen buruk tentang kakek. Beginilah, begitulah,” ungkap sang cucu.
“Oh itu. Kakek tidak pernah memperhatikan ucapan seperti itu, Cu. Apalagi sampai memikirkan,” jelas sang kakek.
“Jadi, dari tadi Kakek tak memperhatikan omongan mereka? Kenapa, Kek?” ucap sang cucu.
“Kalau sudah yakin apa yang kita perbuat benar, anggap saja semua komen buruk seperti suara burung beo yang berceloteh. Jangan diambil hati. Jangan diambil beban!” jelas sang kakek yang diiringi anggukan cucunya.
**
Kita mungkin mampu mengendalikan diri sendiri. Tapi, kita tidak mungkin bisa mengendalikan diri orang lain. Apalagi tentang penilaian dan subjektif mereka.
Kalau mau tetap sehat jasmani dan ruhani, jangan anggap penting semua omongan tentang kita. Karena hal itu memang hak mereka. Yakinkan apa tentang kita memang sudah benar. Selebihnya, terserah mereka. [Mh]