ChanelMuslim.com – Kami tidak melakukannya, tapi kami tidak mencela orang yang melakukannya. Suatu ketika, Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang hukum orang yang shalat Ba’diyah Ashar, Beliau Rahimahullah menjawab:
لا نفعله ولا نعيب فاعله
Kami tidak melakukannya tapi kami tidak juga menilai aib orang yang melakukannya. (Al Mughni, 2/87, Syarhul Kabir, 1/802, Al Jaami’ Li ‘Ulum Al Imam Ahmad, 5/630)
Inilah adab seorang imam yang luas wawasan dan dewasa bersikap. Beliau sangat paham bahwa masalah yang masih diperdebatkan ulama tidaklah pantas untuk berkata-kata pedas dan ketus, kepada yang pihak yang memilih pandangan berbeda.
Tidak pula sangat mati-matian memaksa orang lain mengubah pendapatnya seperti yang diyakininya.
Syaikh Umar bin Abdullah Kamil berkata:
لقد كان الخلاف موجودا في عصر الأئمة المتبوعين الكبار: أبي حنيفة ومالك والشافعي وأحمد والثوري والأوزاعي وغيرهم. ولم يحاول أحد منهم أن يحمل الآخرين على رأيه أو يتهمهم في علمهم أو دينهم من أجل مخالفتهم.
“Telah ada perselisihan sejak lama pada masa para imam besar panutan: Abu Hanifah, Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Ats Tsauri, Al Auza’i, dan lainnya.
Tak satu pun mereka memaksa yang lain untuk mengubah agar mengikuti pendapatnya, atau melemparkan tuduhan terhadap keilmuan mereka, atau tuduhan terhadap pemahaman agama mereka lantaran perselisihan mereka itu.”
(Syaikh Umar bin Abdullah Kamil, Adab Al Hiwar wal Qawaid Al Ikhtilaf, hal. 32. Mauqi’ Al Islam)
Baca Juga: Kisah Abu Jahal Gagal Mencelakai Rasulullah karena Kuda Jantan
Kami tidak Mencela Orang yang Melakukannya
Pada masa pandemi ini, akhlak para imam ini sangat kita perlukan. Khususnya di saat umat Islam berselisih pandangan tentang shalat merenggangkan shaf, shalat memakai masker, lockdown masjid beberapa waktu, vaksinasi, dan masalah-masalah debatable lainnya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa,
“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr, Ayat 10)
Wallahu a’lam. Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam.[ind]