ChanelMuslim.com- Dunia ini hiasan. Sebaik-baik hiasan adalah wanita shalihah.
Pernikahan menghalalkan hubungan pria dan wanita. Bukan hanya halal, hubungan suami istri bahkan mendapat ganjaran pahala.
Seorang sahabat Nabi pernah bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana mungkin urusan tentang syahwat bisa meraih pahala?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kalau hubungan itu dilakukan terhadap yang bukan halal, akan mendapat dosa. Maka, hal yang sebaliknya akan mendapat pahala.”
Namun begitu, hubungan suami istri bukan hanya tentang urusan ranjang, atau seksual. Lebih dari itu, hubungan suami istri Allah sebut sebagai azwaja. Persis seperti dua benda yang dialiri magnit positif dan negatif, yang selalu nempel dalam hal selera, jiwa, dan rasa.
Ada Hubungan Cinta Sejati
Inilah yang membedakan Islam dengan ajaran lain. Islam mengajarkan bahwa suami istri bukan sekadar ikatan yang didasari kebutuhan biologis. Melainkan karena anugerah dan amanah dari Allah.
Orang yang jauh dari sentuhan Islam mungkin saja akan berlogika sederhana tentang pernikahan. Yaitu, semata-mata karena legalitas hubungan pria dan wanita. Terutama dalam hal seksual.
Dampaknya, ketika yang dikejar itu masih dianggap memuaskan, ikatan terus berlanjut. Tapi ketika tidak, ikatan pun putus tiba-tiba. Baik itu datang dari pihak suami, istri, atau kompak kedua-duanya.
Akhirnya, mereka berlogika lebih parah lagi. Kalau sekadar mencari kepuasan seksual, kenapa harus disibukkan dengan ikatan pernikahan. Bukankah kalau sudah ada kesepakatan suka sama suka, ikatan bisa terjadi secara “informal”.
Bahayanya, hukum umum mendukung hal tersebut. Yaitu, tidak ada delik yang bisa disangkakan terhadap pria wanita yang melakukan hubungan karena suka sama suka. Selama tidak ada paksaan, dan tidak dilakukan dengan yang di bawah umur.
Padahal di sisi Allah, perilaku tersebut sangat berat pelanggarannya. Hal tersebut akan merusak nasab atau silsilah keturunan. Juga akan merusak reproduksi umat manusia, karena orang tidak lagi peduli dengan siapa ia berhubungan. Yang penting, suka sama suka. Na’udzubillah.
Dimensi cinta suami istri dalam Islam pun tidak hanya sebatas di alam dunia. Melainkan akan terus berlanjut di alam akhirat yang abadi.
Ketika keduanya lulus hisab di hari akhir esok, Allah mempertemukan suami istri ini sebagai pasangan abadi di surga. Tentu dengan dimensi dan keadaan yang berbeda seperti di dunia.
Hal itulah yang menjadikan istri-istri Nabi tidak mau menikah lagi pasca kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun mereka masih muda. Karena hubungan cinta itu akan berlanjut di hari akhir nanti.
Inilah format cinta sejati pria dan wanita yang diajarkan Islam. Bukan cinta gombal yang dipermak setan seolah begitu menakjubkan. Tapi ujung-ujungnya penderitaan dan penyesalan.
Jadi, ketika hubungan pria dan wanita sudah halal atas ridha Allah, raihlah cinta dari hubungan dan ikatan itu. Karena hubungan suami istri bukan hanya urusan ranjang. Melainkan juga cinta yang bisa menenangkan hati dan jiwa. [Mh/bersambung]