• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Rabu, 1 Oktober, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Parenting

Ajaklah Anak Berdialog

April 1, 2023
in Parenting, Unggulan
Mendisiplinkan Anak Tak Harus dengan Marah-Marah

Foto: Pexels

80
SHARES
619
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

HANYA sepintas melihat raut muka anak atau sikap yang ditunjukkan tidak serta merta menjadikan kita mengerti apa yang sungguh-sungguh dirasakan dan dipikirkan oleh anak. Maka ajaklah anak berdialog

Kita bisa langsung berbicara kepada mereka, tetapi kita tidak mampu luas dan dalamnya apa yang dirasakan, dipikirkan dan diinginkan oleh anak.

Kenapa? Ibarat sungai, kita belum menyeberangi. Kalau ingin mengetahui luas dan dalamnya, kita perlu menyeberanginya.

Kata Pappaseng to Ogie (Petuah Bugis), “Iyyapa nari isseng lamunna salo’e na loanna, rekko purai ri atengngai. Luas dan kedalaman sungai itu bisa diketahui ketika telah menyeberanginya.”

Lalu bagaimana cara kita menyeberangi perasaan dan pikiran anak kita? Berdialog. Kita ajak berbicara dari hati ke hati, pikiran terbuka dan perasaan lapang.

Baca Juga: Raih Keberkahan Ramadan, Dompet Dhuafa bersama Supermal Karawaci Ajak Anak Yatim Berbelanja

Ajaklah Anak Berdialog

Kita dengarkan pembicaraan anak, memberikan umpan balik kepadanya, dan bila diperlukan kita pun dapat menyampaikan apa yang kita pikirkan tentang dia.

Melalui dialog itu kita lebih mengetahui perasaan anak sesungguhnya dan pada saat yang sama anak merasa lebih diterima.

Inilah yang patut dilakukan jika menginginkan anak memiliki sikap hormat (respek) kepada orangtua. Merasa didengarkan dan dihargai justru menjadikan anak lebih tumbuh dorongan untuk respek dan dekat hatinya dengan orangtua.

Sebaliknya, cara-cara yang menjatuhkan harga diri justru membuat anak kehilangan rasa hormat kepada orangtua.

Bahkan dapat terjadi, anak mengembangkan pemberontakan dalam berbagai bentuknya. Boleh jadi ia menunjukkan ketaatan di depan orangtua, tetapi memberontak meledak-ledak di luar rumah.

Ini ketika anak takut kepada orangtua. Dan sangat berbeda antara takut dan respek. Yang kedua ini mendorong anak tetap melakukan hal yang baik, meskipun orangtua tidak melihatnya.

Ibarat pemimpin, orangtua dituntut untuk “Nasiri’i alena, nasiri toi padanna rupatau. Menjaga harkat dan martabat dirinya, serta menghormati harkat martabat orang lain.”

Jadi, agar harkat dan martabat orangtua terjaga, anak menghargainya, maka kita sebagai orangtua harus menjaga harkat martabat anak. Tidak menjatuhkan di depan teman-temannya.

Kata siri’ sebenarnya memiliki makna malu. Sedangkan kata nasiri’i bermakna membuat diri sendiri malu memperbuat sesuatu yang jelek, hina, tercela.

Dari makna dasar ini dapat diambil pengertian bahwa orangtua seharusnya nasiri (menjaga martabat) anaknya dengan tidak mempermalukannya dan menjatuhkan harga dirinya.

Jika anak sampai merasa dipermalukan atau jatuh harga dirinya, ia bisa kehilangan orientasi hidup yang baik. Bukankah siri’ na pesse? Malu itu luka.

Lawrence E. Tyson, Ph.D., dari University of Alabama at Birmingham menunjukkan 4 sebab kenakalan anak di kelas. Salah satunya adalah dendam.

Ia terluka karena merasa dipermalukan oleh orangtua atau karena merasa orangtua tidak adil. Ketika anak mendendam kepada orangtua sehingga tidak peduli lagi dengan prestasi. Ia hanya berpikir dan berusaha untuk membayar lunas dendamnya.

Boleh jadi ketika kita selaku orangtua menjatuhkan harga diri anak, ia tidak memiliki keberanian untuk menyuarakan perasaannya kepada kita. Atau ia sebenarnya cukup terbuka untuk mengungkapkan gagasannya.

Tetapi ketika orangtua menanggapinya dengan mengedepankan kuasa, anak tidak punya pilihan selain taat. Dan ini bukanlah ketaatan yang baik. Di saat kecil merunduk kepada orangtua karena takut, tetapi ketika mulai beranjak besar anak mulai unjuk keberanian. Tak ada lagi perkataan orangtua yang ditaati.

Sebagian ulama mengatakan, “Al-hurmat khairum minath tha’ah.” Respect is much more better than obedience. Respek itu lebih baik daripada taat, sebab dari respek akan lahir ketaatan yang tulus.

Saya lebih suka memaknai al-hurmah dengan respek daripada hormat karena kata-kata yang diserap dari hurmat ini sudah banyak mengalami pendangkalan makna.

Di luar itu, kita juga mengenal istilah takzim (mengagungkan, memuliakan, menghormati) dan takrim (memuliakan, menghormati) yang biasa dipakai dalam konteks sikap kepada tamu maupun tetangga. Nah, sikap hurmat melahirkan keduanya.

Nah, bagaimana agar memiliki sikap kepada kita? Berusahalah memahami perasaan dan pikiran anak, mendengarkannya dan memberikan umpan balik kepada anak.

Kita tidak akan tahu dalam dan luasnya sungai kecuali apabila kita telah menyeberanginya. Cara untuk menyeberangi itu adalah berdialog. Bukan menjadi orangtua yang sok tahu.

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Tags: Ajaklah Anak Berdialog
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Menjadi Istimewa dengan Cara Allah

Next Post

Tunjukkan Semangat Kemitraan dan Kolaborasi, Damai Putra Group Bekerja sama dengan Mitra di Indonesia dan Luar Negeri

Next Post
Tunjukkan Semangat Kemitraan dan Kolaborasi, Damai Putra Group Bekerja sama dengan Mitra di Indonesia dan Luar Negeri

Tunjukkan Semangat Kemitraan dan Kolaborasi, Damai Putra Group Bekerja sama dengan Mitra di Indonesia dan Luar Negeri

Ibadah Terasa Berat? Coba Cara ini

Ibadah Terasa Berat? Coba Cara ini

Rasulullah Selalu Memilih yang Lebih Mudah

Rasulullah Selalu Memilih yang Lebih Mudah

  • Perang Pemikiran, Louis IX, dan Alasan Kenapa Umat Hari Ini Diam Atas Palestina

    Doa untuk Palestina Lengkap beserta Artinya

    1429 shares
    Share 572 Tweet 357
  • Doa Ibu yang Mengubah Nasib Anak

    3061 shares
    Share 1224 Tweet 765
  • 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    7448 shares
    Share 2979 Tweet 1862
  • Ayat Al-Qur’an tentang Traveling

    364 shares
    Share 146 Tweet 91
  • Terjemahan Hadits Arbain Pertama Lengkap dengan Huruf Latin

    4956 shares
    Share 1982 Tweet 1239
  • Pengumpulan Al-Qur’an di Masa Utsman bin Affan 

    897 shares
    Share 359 Tweet 224
  • Pengertian Mad Thobi’i, Mad Wajib Muttasil, dan Mad Jaiz Munfasil

    3946 shares
    Share 1578 Tweet 987
  • Kerahkan BTB ke Musala Ambruk Ponpes Al Khoziny, BAZNAS RI Salurkan Bantuan Rp300 Juta

    67 shares
    Share 27 Tweet 17
  • Konvoi Global Sumud Flotilla Masuki Zona Kuning, Tiga WNI Terlibat

    67 shares
    Share 27 Tweet 17
  • BNPB Umumkan Satu Santri Meninggal Dunia Akibat Ambruknya Bangunan Ponpes di Sidoarjo

    66 shares
    Share 26 Tweet 17
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga