USTAZAH Eko Yuliarti Siroj, S.Sos., M.Si. memberikan tips hindari perselisihan dalam rumah tangga. Dalam berumah tangga, konflik wajar terjadi, namun bagaimana cara menghindari atau mengatasi konflik maupun perselisihan dalam rumah tangga?
Baca Juga: Bekal Suami Istri dalam Membangun Keluarga
Selektif saat memilih pasangan
Menjalankan ta’aruf yang benar dengan mengenal psikologis, pola asuh, sifat-sifat dan kebiasaan pasangan di samping pengenalan fisik. Pilih pasangan yang banyak memiliki kedekatan dalam hal-hal pribadi.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ruh itu bagaikan pasukan yang berbaris. Siapa saja yang saling mengenal, bisa berpadu. Dan siapa saja yang saling bertentangan, akan terus berselisih.” (HR Bukhori)
Tidak cemburu berlebihan dan tidak cuek. Pondasi hubungan suami istri adalah saling percaya (ats tsiqoh al mutabadilah).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di antara cemburu ada yang dicintai Allah dan ada pula cemburu yang dibenci Allah.
Di antara sikap berbangga diri ada yang disukai Allah dan ada pula sikap berbangga diri yang dimurkai Allah. Adapun kecemburuan yang disukai Allah adalah kecemburuan (dalam hal keragu-raguan).
Kecemburuan yang dibenci Allah adalah kecemburuan di luar hal itu. Adapun sikap berbangga diri yang disukai Allah adalah bangganya seseorang ketika maju ke medan pertempuran di saat terjadinya bencana. Sikap bangga yang dibenci Allah adalah bangga dalam hal kebatilan.” (HR Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Hibban).
Memberi kepuasan kepada istri
Allah Subhanahu wa taala berfirman: “Dan apabila mereka (perempuan-perempuan haid) telah suci, datangilah mereka dari arah yang telah diperintahkan Allah kepada kalian.” (QS Al-Baqarah: 222).
Secara umum, para istri seringkali tertinggal mendapatkan kepuasan dalam berhubungan suami istri. Dalam hal ini para suami perlu memahami kebutuhan istri dan berusaha untuk memenuhi kepuasan biologisnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Jika seseorang diantara kalian mendatangi istrinya di tempat tidur hendaklah ia jujur kepadanya. Jika suami telah terpenuhi kebutuhannya sementara istri belum terpenuhi maka bersabarlah sampai terpenuhi kebutuhan istrinya.” (HR Abdur Razzak dan Abu Ya’la)
Suami siaga
Saat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu sedang berkeliling Madinah, ia mendengar seorang perempuan bersenandung kesepian. Umar bertanya siapakah perempuan itu.
Orang-orang mengatakan, ia seorang perempuan yang ditinggal pergi suaminya untuk berjihad di jalan Allah. Maka Umar memintanya untuk menyusul dan mendampingi suaminya.
Kemudian Umar menemui Hafsah putrinya dan bertanya: “Wahai putriku, berapa lama seorang istri kuat ditinggal suaminya?”
Hafsah terkejut dan mengatakan: “Subhanallah, orang sepertimu masih bertanya seperti itu?”. Umar menjawab: “Kalau bukan karena urusan kaum muslimin, aku tidak akan menanyakannya.”
Maka Hafsah menjelaskan: “Lima bulan atau enam bulan.” Maka Umar membuat peraturan pasukan kaum muslimin berganti di dalam tugasnya yang jauh setiap enam bulan sekali.
Istri sigap memenuhi kebutuhan biologis suaminya
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Demi diriku yang berada di genggamanNya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur kemudian istrinya menolak, kecuali Dia yang berada di langit marah kepadanya sampai suaminya memberikan ridhonya.” (HR Syaikhon)
Istri tidak melakukan shaum sunnah tanpa izin suami
Islam sangat memperhatikan kebutuhan manusia termasuk kebutuhan dasar suami istri.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang istri melakukan shaum kecuali atas izin suaminya.” (HR Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Hibban)
Membantu suami saat sempitnya dan menjaga hartanya saat lapangnya
Kisah yang sangat populer adalah kisah Asma binti Abu Bakar radhiyallahu anhu yang menceritakan: “Zubair menikahiku dan dia sama sekali tidak memiliki harta maupun sahaya.
Tidak juga memiliki sesuatu selain kuda perang dan keledai pengangkut air. Maka aku memandikan kudanya, membersihkannya dan memberinya makan. Aku memandikan kedelainya dan memberinya makan.
Aku menimba air dan mengangkutnya dengan ember. Aku menumbuk gandum menjadi tepung dan membawa gandum di kepalaku dengan berjalan sejauh tiga farsakh.
Hingga ayahku mengirimkan seorang sahaya perempuan yang membantuku mengurus kuda dan keledai. Seakan-akan ayahku memerdekakanku dari perbudakan.” (Riwayat Bukhori Muslim)
Tidak kikir
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tidaklah engkau menginfakkan harta yang engkau miliki mengharapkan Ridho Allah, kecuali Allah akan memberikan pahala kepadamu. Hingga harta yang engkau infakkan kepada istrimu.” (HR Bukhori)
Bergembira dengan karunia anak laki-laki maupun perempuan
Allah Subhanahu wa taala berfirman: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS Asy-Syuro : 49)
Hati-hati dengan ipar
Seringkali pasangan suami istri menganggap remeh masalah ipar dengan anggapan bahwa mereka adalah keluarga dekat. Namun Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan: “Ipar itu adalah kematian.” (HR Bukhori Muslim)
Waspada wahai para istri
Para istri seringkali menceritakan perempuan lain kepada suaminya dengan sangat detil tanpa rasa khawatir hal itu mengotori hati suaminya.
Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang istri memuji-muji teman perempuannya dan menyampaikan sifat-sifatnya hingga seolah-olah suaminya melihat wanita itu.” (HR Bukhori)
Hindari ketidaknyamanan
Banyak istri yang tidak memahami kondisi suaminya, seperti dengan mengajukan berbagai pertanyaan saat suami baru saja tiba di rumah. Ada pula bahkan yang menyampaikan sejumlah persoalan yang membebani pikiran suami seperti kewajiban membayar iuran sekolah anak-anak, kekurangan uang belanja, dll.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Jabir radhiyallahu anhu: “Carilah perempuan yang engkau bisa mencumbunya dan ia mencumbumu. Engkau bisa membuatnya tertawa dan dia bisa membuatmu tertawa.” (HR Muslim)
Ingatlah wahai para suami
Pada saat istri memasuki masa haid, ia mengalami berbagai perubahan dan gejolak di dalam jiwanya. Terkadang perubahan ini nampak pada perilakunya.
Dalam kondisi seperti ini, suami harus memahami dan memperlakukan istri dengan lembut dan penuh kasih sayang tidak terpengaruh oleh perubahan sikap istrinya.
Berinteraksi dengan pasangan yang tidak dicintai
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang mukmin membenci perempuan mukminah. Jika ia membenci Sebagian akhlaknya, ia pasti mendapatkan hal lain yang disukainya.” (HR Muslim)
Wallahu a’lam bish showab.[ind]