ChanelMuslim.com- Sebuah kalimat bijak mengatakan, “Man ‘arofa nafsahu, faqod ‘arofa robbahu.” Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya.
Ungkapan ini terlanjur dipercaya sebagian kalangan umat Islam sebagai perkataan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Namun, hal itu diluruskan oleh Ibnu Taimiyah dan Imam Nawawi. Dua ulama hadits ini menjelaskan bahwa kalimat itu bukan hadits Nabi. Melainkan, perkataan bijak dari seorang ulama.
Siapa ulama yang mengatakan itu? Beliau adalah Yahya bin Muadz Ar-Razi. Seorang ulama yang tergolong ahli atau pakar dalam bidang sufi.
Meskipun itu bukan hadits Nabi, kalimat bijak itu tetap mengandung kebaikan. Dan, masih sangat bermanfaat untuk diambil pelajaran.
“Kenali dirimu, kau akan mengenal Tuhanmu.” Ungkapan ini memiliki dua makna berlawanan, tapi terikat dalam satu kesatuan. Yaitu tentang diri kita, dan tentang Allah subhanahu wata’ala.
Siapakah kita? Pertanyaan sederhana ini menyimpan jawaban yang begitu berat. Karena manusia memiliki ego yang telah begitu lama menggiring manusia ke jalan yang sesat. Jalan yang tidak menemukan titik temu tentang siapa sebenarnya kita.
Ego yang membuai manusia seolah ia makhluk super. Ego yang juga menghipnotis setiap diri bahwa dialah yang serba lebih dari manusia lainnya. Baik dalam skala individu maupun kelompok.
Padahal, siapakah kita di banding makhluk Allah lainnya. Manusia itu sangat lemah. Bahkan saat ini sangat tidak berdaya dengan makhluk super kecil bernama virus covid.
Semua yang ada pada diri manusia adalah cerminan dari berbagai kelemahan yang ada di alam ini. Lahir dari proses air yang hina, fisik yang lemah, kemampuan akal dan nalar yang sangat terbatas, makhluk yang lahir tanpa sehelai kain pun dan akan pergi tanpa membawa apa-apa.
Jangankan untuk melawan guncangan gempa, kedahsyatan badai, dan air bah yang datang tiba-tiba; menahan buang air kecil saja tidak berdaya.
Inilah kita. Makhluk yang terlahir dalam keadaan sangat lemah, dan akan menuai masa tua pun dalam keadaan yang kembali lemah.
Itulah satu sisi dari kalimat ‘man arofa nafsahu’. Sebuah kesadaran paling dalam bahwa diri ini sangat lemah.
Dari situlah, kita akan menyadari sisi lain yang merupakan kebalikan dari yang pertama. Yaitu, ‘faqod arofa robbahu’. Kalau diri ini sudah dikenali dengan berbagai kelemahannya, maka Allah subhanahu wata’ala adalah kebalikannya. Allahu Akbar. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Semakin manusia mengenal lebih dalam lagi hakikat dirinya yang sangat lemah dan bodoh, ia akan mengenal dan membutuhkan Tuhannya yang Maha Kuat, Maha Kaya, Maha Mengetahui, dan Maha segalanya.
Kenali sekali lagi siapa diri kita, insya Allah, kita akan semakin mengenal Allah subhanahu wata’ala. [Mh]