BUN, saya mau bertanya, anak saya kelas 6 SD, disuruh belajar agak susah jadi setiap kalau mau ulangan saya yang harus mengerjakan sekiranya yang mana yang akan keluar dalam ulangan.
Dan juga kalau dikasih tahu sama orang tua itu sepertinya tidak ada rasa takut, dengan cara halus sampai kasar. Pernah kejadian saking kesalnya, papahnya menyuruh pergi, eh dia pergi beneran.
Saya kira paling cuma main ke rumah temannya. Nanti juga pulang ..eh ternyata… sampai sore belum juga pulang. Kami panik mencari-cari ke mana mana, tidak tahunya ada di rumah saudara di Klender. Dari Jatimakmur sampai Radar jalan kaki. Mohon solusi, agar anak saya menuruti perkataan orang tua dan menjadi anak yang sholeh serta mau rajin belajar.
Baca Juga: 12 Dampak Negatif Televisi pada Anak
Anak Disuruh Belajar Malah Kabur dari Rumah
Menjawab pertanyaan Bunda, setidaknya ada 4 hal yang perlu Bunda lakukan. Pertama, kita harus tetap mengeluarkan senjata utama kita dalam mendidik anak yakni doa.
Berdoalah kepada Allah agar anak kita menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada kedua orang tua dan rajin belajar.
Doakan pada waktu-waktu mustajab seperti di sepertiga malam terakhir, waktu bulan ramadhan, waktu sahur, waktu berbuka puasa, waktu arafah, pada hari Jumat, waktu antara adzan dan iqomah,
setelah selesai sholat fardu, waktu turun hujan, waktu sujud dan rukuk, waktu antara dua khutbah Jumat, waktu mengkhatamkan Al Quran, waktu antara asar dan maghrib di hari Jumat, waktu tahiyat akhir sebelum salam.
Kedua, Ayah dan Bunda harus membangun bonding (kedekatan hati) dengan anak. Bunda, jika Bunda ingin membuka hati anak, membangun kedekatan hati dengannya maka bukan banyak bicara Bun, tetapi lebih banyaklah mendengar.
Jangan selalu menganggap anak kita itu seperti anak kecil atau jangan perlakukan anak selamanya seperti anak kecil, lebih banyaklah mendengarkan apa yang ada dalam hatinya dan berdiskusilah dengan nyaman.
Kurangilah banyak memerintah dan menasihati. Pada umumnya, para orang tua itu, lebih hobi menasehati anak daripada mendengarkan apa isi hati anak, padahal yang dibutuhkan anak adalah banyak didengar kenapa ia melakukan itu, kenapa ia protes, kenapa ia berontak bukan dinasehati tanpa peduli apa yang sebenarnya anak inginkan.
Pernahkah Ayah dan Bunda pergi berdua saja dengan anak. Coba deh sekarang lakukan. Misalnya Bunda mengajak anak berdua dengan Bunda pergi ke suatu tempat.
Biarkanlah anak memilih ke mana ia akan pergi. Terserah anak mau pergi ke mana, bunda hanya mengikuti. Saat pergi berdua, anak bebas bercerita dan bunda hanya mendengarkan ceritanya dan akan menasihati saat anaknya memang meminta.
Biasanya, masalah-masalah yang anak hadapi akan tersampaikan pada momen tersebut sebab anak akan lebih mudah menyampaikan masalahnya jika mereka dalam kondisi yang nyaman.
Sebenarnya bukan hanya anak, orang dewasa juga akan lebih mudah menyampaikan sesuatu yang sifatnya pribadi jika ia nyaman dengan seseorang.
Baca Juga: Mendidik Anak itu Bukan Kompetisi
Membangun Kedekatan Hati
Dengan anak bermasalah, jangan langsung dinasihati tetapi bangun dulu ikatan hati, jangan tergesa-gesa.
Kedekatan hati itu dibangun dengan cara lebih banyak mendengarkan ceritanya dan ajak pergi berdua untuk membangun hubungan/kedekatan hati serta buatlah kenangan indah bersamanya hingga terbuka hatinya.
Jika hatinya sudah terbuka maka anak akan lebih mudah menceritakan apa sebenarnya yang ada dalam hatinya. Jadi Bunda harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada anak, apa masalah yang dipendam mereka.
Semua harus keluar dulu. Semua harus tersampaikan dulu. Jika sudah keluar masalah yang sebenarnya maka Bunda jadi tahu masalahnya dan dapat secara tepat memberikan solusi.
Pada intinya kedekatan secara emosional dan secara spiritual dengan anak perlu dibangun Bun, agar anak mau menuruti orang tuanya.
Terkait dengan belajar anak, pertama konsepnya bukan menyuruh belajar tetapi belajar bersama.
Terkadang kenapa anak sulit belajar karena kita menyuruh mereka belajar sedangkan kita sendiri kadang malah asyik menonton TV atau asyik dengan gadget.
Anak merasa tidak adil, anak disuruh belajar eh orang tua malah ketawa-ketiwi sambil memegang gadget. Bagi anak usia remaja, minimal Bunda tidak sibuk dengan aktivitas seperti menonton TV atau gadget deh.
Lebih baik lagi Bunda juga membuat suasana belajar lebih mendukung dengan ikut membaca buku di tempat yang anak akan melihatnya, atau di ruang-ruang umum yang mudah dilihat anak.
Beda rasanya bagi anak, saat anak belajar lalu orang tuanya malah asyik menonton TV atau berselancar di dunia maya dibandingkan dengan orang tua yang juga ikut belajar.
Anak akan semakin rajin belajar dan memiliki motivasi lebih kuat saat melihat orang tuanya juga ikut belajar minimal dengan membaca buku atau mencari ilmu via youtube.
Kedua sebenarnya kuncinya ada pada kata “asyik dan menyenangkan”. Jika anak sudah merasa asyik dan senang maka ia akan rajin sekali belajar.
Sebaliknya jika anak merasa tidak asyik, bosan, mononton maka anak akan sulit sekali belajar. Materi pelajaran juga tidak akan masuk dalam pikirannya.
Kita memang harus memiliki banyak stok metode belajar yang asyik, efektif dan menyenangkan meskipun kita bukan guru, agar belajar terasa asyik dan menyenangkan.
Ketiga adalah memberikan tantangan. Bagi sebagian anak memberikan mereka tantangan sudah cukup untuk memotivasi anak untuk semangat belajar.
Misalnya Bunda memberikan reward kepada anak jika hasil nilai rapornya bagus.
Reward bisa berupa uang, membelikan mainan yang ia sukai atau mengajaknya pergi ke tempat wisata. Dalam memberikan reward insha Allah akan kita bahas pada tema detektif kebaikan.
Baca Juga: Merancang Kesuksesan Anak
Menemukan Passion Anak
Nah, ada hal penting juga yang ingin saya sampaikan tentang passion. Bisa jadi keengganan anak belajar mata pelajara di sekolah itu karena memang bukan passion-nya.
Bunda Elly Risman bahkan tidak begitu mendorong anaknya berprestasi dalam pelajaran di sekolah, minimal anak berada pada rata-rata, baginya sudah cukup.
Tapi yang perlu dilakukan adalah mendorong bakat anak. Jadi bolehlah anak tidak juara di kelas asalkan bakat anak yang lain berkembang pesat.
Ada sebuah dongeng, ini saya ambil dari cerita Pak Jamil Azzaini. Ada sebuah konferensi antar penghuni hutan karena hutan sering terbakar dan sering banjir.
Dalam konferensi itu diputuskan bahwa untuk menyelamatkan diri dari kebakaran dan banjir maka penghuni hutan harus bisa berenang, terbang dan memanjat pohon.
Setelah konferensi selesai, segera diadakan pelatihan bagi para penghuni hutan agar semua hewan bisa terbang, berenang dan memanjat pohon.
Hasilnya, pada hari pertama para penghuni hutan antusias mengikuti pelatihan, hari kedua sudah mulai ada masalah, hari ketiga pelatihan kacau dan para penghuni hutan stress dan pada hari keempat pelatihan di bubarkan.
Kenapa dibubarkan, karena para penghuni hutan memiliki bakatnya masing-masing dan tidak bisa memaksakan sesuatu yang dia tidak memiliki bakat.
Begitu juga dalam mendidik anak. Bunda, setiap anak memiliki potensi yang berbeda, jangan perlakukan mereka sama. Jangan samakan anak dengan diri kita.
Jangan samakan antara seorang adik dan kakak, keduanya memiliki potensi yang berbeda. Jangan bandingkan anak kita dengan anak tetangga atau anak orang lain.
Mereka memiliki potensi yang berbeda-beda. Setiap anak telah dibekali potensinya masing-masing, tugas orang tua adalah menemukan apa potensinya dan mengembangkan potensi tersebut hingga anak itu hebat.
Jangan melakukan justifikasi bahwa namanya pintar itu ya pintar matematika, biologi, kimia dan fisika.
Kalau anak pintar di bidang yang lain misalnya Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Bahasa Daerah dianggap bukan anak pintar.
Apalagi jika anak pintar olah raga, jago organisasi, jago pramuka, jago PMR juga kadang dianggap bukan pintar.
Padahal banyak sekali profesi-profesi yang berhubungan dengan bidang-bidang tadi. Jadi anak pintar itu tidak dimonopoli pintar matematika, biologi, kimia dan fisika.
Satu lagi Bun, yang ingin saya sampaikan. Setiap anak itu memiliki passion, jika passion-nya tidak cocok maka anak akan sulit menguasainya.
Misalnya anak diikutkan berbagai macam kursus dari matematika, fisika, kimia padahal bakatnya tidak di bidang itu.
Jika mereka tidak memiliki passion di bidang itu maka apa yang Bunda lakukan percuma hanya akan membuang waktu dan biaya saja.
Saat dewasa, anak akan mencari apa yang menjadi passion-nya dan akan menekuni passion tersebut.
Baca Juga: Menanamkan Kebiasaan Baik Pada Anak
Tips Menemukan Bakat Anak
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menemukan passion anak. Caranya coba deh Bun, perhatikan hal berikut.
Apa aktivitas anak yang jika ia lakukan terasa mudah dan jika anak yang lain melakukannya terasa sulit.
Misalnya anak kita pandai sekali bercerita bahkan sampai merekam sendiri cerita-ceritanya. Kemampuannya tersebut sulit sekali dilakukan oleh anak yang lain. Maka lingkarin Bun, itu passion anak.
Sekarang tugas Bunda adalah mengembangkan passion tersebut. Bisa jadi kelak anak akan menjadi presenter, orator, youtuber, pendongeng, trainer, atau penyiar.
Apa aktivitas anak yang ketika ia melakukan itu, karena asyiknya ia lupa akan waktu.
Ini ciri yang kedua. Jika Bunda telah menemukannya maka ini adalah passion anak. Contohnya misalnya, ada anak yang suka di depan laptop membuat cerita. Kalau sudah membuat cerita ia lupa akan waktu.
Nah, passion ini telah kita temukan. Besar kemungkinan kelak anak ini bisa menjadi novelis, penulis, pembuat naskah film dll.
Aktivitas apa yang ketika anak melakukannya maka anak itu akan totalitas dalam melakukannya, penuh semangat, penuh ide dan penuh inisiatif.
Anak tidak pantang menyerah dan mampu membuat karya yang totalitas dan kreatif. Misalnya anak yang membuat rumah-rumahan dengan menggunakan segala barang yang ada di rumah.
Hampir tiap hari ia membuat rumah menurut versinya. Dalam rumah itu ia membuat kolam renang, ruang tamu, ruang olah raga, kamar tidur. Ia juga membuat meja, TV, garasi mobil.
Semua barang mulai dari kardus, gunting, kotak box, kaca, streples bahkan kadang barang-barang berharga seperti laptop, handphone atau barang milik orang tuanya ia gunakan untuk mengimplementasikan imajinasinya dalam membuat rumah-rumahan.
Jika kita menemukan anak seperti ini maka ini adalah passion-nya. Kembangkan bisa jadi kelak ia akan menjadi arsitek handal, developer atau desainer.
Insya Allah 4 solusi ini akan membantu masalah yang Bunda hadapi yaitu doa, membangun ikatan hati, tips belajar efektif bagi anak dan menemukan serta mengembangkan passion-nya.[ind]
sumber: Kulwap Tumbuh Yuk. Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini. Rumah Pintar Aisha: Agustus 2021.