ISTIRAHAT seorang hamba di alam kuburnya. Berkata Abu Sa’id, ‘Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kubur adalah salah satu taman surga atau salah satu liang neraka.” (HR. Tirmidzi)
Oleh: Ustaz Rikza Maulan, Lc., M.Ag.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُصَلاَّهُ، فَرَأَى نَاسًا كَأَنَّهُمْ يَكْتَشِرُونَ، قَالَ أَمَا إِنَّكُمْ لَوْ أَكْثَرْتُمْ ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ لَشَغَلَكُمْ عَمَّا أَرَى، فَأَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ الْمَوْتِ، فَإِنَّهُ لَمْ يَأْتِ عَلَى الْقَبْرِ يَوْمٌ إِلاَّ تَكَلَّمَ فِيهِ، فَيَقُولُ أَنَا بَيْتُ الْغُرْبَةِ، وَأَنَا
بَيْتُ الْوَحْدَةِ، وَأَنَا بَيْتُ التُّرَابِ، وَأَنَا بَيْتُ الدُّودِ، فَإِذَا دُفِنَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ قَالَ لَهُ الْقَبْرُ مَرْحَبًا وَأَهْلاً، أَمَا إِنْ كُنْتَ لَأَحَبَّ مَنْ يَمْشِي عَلَى ظَهْرِي إِلَيَّ، فَإِذْ وُلِّيتُكَ الْيَوْمَ وَصِرْتَ إِلَيَّ فَسَتَرَى صَنِيعِيَ بِكَ، قَالَ فَيَتَّسِعُ لَهُ مَدَّ بَصَرِهِ، وَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِذَا دُفِنَ الْعَبْدُ
الْفَاجِرُ أَوْ الْكَافِرُ قَالَ لَهُ الْقَبْرُ لاَ مَرْحَبًا وَلاَ أَهْلاً، أَمَا إِنْ كُنْتَ لَأَبْغَضَ مَنْ يَمْشِي عَلَى ظَهْرِي إِلَيَّ، فَإِذْ وُلِّيتُكَ الْيَوْمَ وَصِرْتَ إِلَيَّ فَسَتَرَى صَنِيعِيَ بِكَ، قَالَ فَيَلْتَئِمُ عَلَيْهِ حَتَّى يَلْتَقِيَ عَلَيْهِ وَتَخْتَلِفَ أَضْلاَعُهُ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَصَابِعِهِ
فَأَدْخَلَ بَعْضَهَا فِي جَوْفِ بَعْضٍ، قَالَ وَيُقَيِّضُ اللَّهُ لَهُ سَبْعِينَ تِنِّينًا لَوْ أَنْ وَاحِدًا مِنْهَا نَفَخَ فِي الْأَرْضِ مَا أَنْبَتَتْ شَيْئًا مَا بَقِيَتْ الدُّنْيَا فَيَنْهَشْنَهُ وَيَخْدِشْنَهُ حَتَّى يُفْضَى بِهِ إِلَى الْحِسَابِ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الْقَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ أَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ (رواه الترمذي)
Dari Abu Sa’id radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memasuki tempat shalat beliau lalu beliau melihat orang-orang, sedang tertawa terbahak-bahk hingga terlihat gigi-giginya.
Beliau bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya bila kalian banyak-banyak mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian) niscaya kalian tidak akan melakukan yang aku lihat.
Karena itu perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian). Sesungguhnya tidaklah ada suatu hari melewati makam (pekuburan) melainkan ia akan berbicara,
‘Aku adalah rumah keterasingan, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah tanah, aku adalah rumah (yang dipenuhi dengan) cacing.
Bila seorang hamba mu`min disemayamkan, makam berkata padanya, ‘Selamat datang, engkau adalah orang yang berjalan di atas punggungku yang paling aku sukai.
Karenanya saat ini aku diberi kuasa untuk menemanimu dan kau kembali kepadaku. Engkau akan melihat apa yang akan aku lakukan padamu.”
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Lalu diluaskan baginya (kuburnya) sejauh mata memandang, dan dibukakan baginya pintu menuju surga.
Dan (sebaliknya) bila seorang hamba yang keji atau kafir dikubur, maka makam berkata padanya, ‘Tidak ada (ucapan) selamat datang bagimu. Engkau adalah orang yang melintasi di atas punggungku yang paling aku benci.
Karenanya saat ini aku diberi kuasa untuk menanganimu dan engkau kembali padaku. Engkau akan mengetahui apa yang akan aku lakukan padamu.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Lalu kubur menghimpitnya sehingga tulang belelangnya tidak karu-karuan (remuk), “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memperagakan dengan memasukkan sebagian jari-jemarinya ke sebagian yang lain.”
Berkata Abu Sa’id, Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah menguasakan untuknya tujuhpuluh ular besar. Andai salah satu diantaranya menghembus di bumi, nicaya tidak akan menumbuhkan apa pun selama dunia masih ada. Lalu semua ular tersebut menggigit dan melukainya hingga Yaumul Hisab.”
Berkata Abu Sa’id, ‘Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kubur adalah salah satu taman surga atau salah satu liang neraka.” (HR. Tirmidzi)
Takhrij Hadits Istirahat Seorang Hamba di Alam Kubur
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Shifatil Qiyamah Qar Raqa’iq Wal Wara’ an Rasulillah Shallallahu alaihi wa sallam, hadits no 2384.
Baca Juga: Masalah Klasik, Membaca Alquran di Kuburan
Hikmah Hadits
Anjuran untuk tidak berlebihan dan tidak terlalu banyak tertawa
Terlebih-lebih tertawa hingga terbahak-bahak, baik karena adanya suatu lelucon yang dibuat, atau karena menceritakan sesuatu yang lucu. Hendaknya jikapun tertawa maka jangan berlebihan. Dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa taala berfirman:
فَلْيَضْحَكُواْ قَلِيلاً وَلْيَبْكُواْ كَثِيراً جَزَاء بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ ﴿٨٢﴾
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. At-Taubah: 82)
Mengingat kematian akan menjadikan hati seseorang semakin lembut
Semakin takut kepada Allah Subhanahu wa taala dan semakin mengingatkan akan kehidupan di hari akhirat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat di atas,
“Ingatlah, sesungguhnya bila kalian banyak-banyak mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian), niscaya kalian tidak sempat melakukan yang aku lihat (banyak tertawa). Karena itu perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian)..” (HR. Tirmidzi)
Anjuran untuk mengingat kematian
Khususnya pada saat melewati area pekuburan. Karena kelak area itu akan menjadi tempat tinggal setiap manusia, jika telah tiba ajalnya.
Riwayat di atas juga bahkan menggambarkan bahwa setiap melewati pekuburan, maka kuburan tersebut berkata menggambarkan tentang sifat dari pekuburan.
Ada 4 sifat alam kubur yang digambarkan dalam hadits di atas, yaitu sebagai berikut.
Kuburan adalah rumah keterasingan
Karena umumnya kuburan jauh dari pemukiman warga, jauh dari pusat pertokoan, bahkan manusia pun secara fitrahnya enggan berjalan melalui pekuburan. Maka pada saat di kubur, diibaratkan seseorang akan terasing dari oran lain.
Baca Juga: Hukum Ziarah Kubur Saat Lebaran
Kuburan adalah rumah ketersendirian
Karena kelak seseorang akan di kubur seorang diri. Tidak akan ada satupun yang menemaninya. Keluarga, kerabat, sahabat, teman dekat, satu persatu akan pergi meninggalkannya seorang diri di dalam kubur. Satu-satunya teman setia di alam kubur hanyalah amal shalehnya, sebagaimana disebutkan di dalam hadits.
Kuburan adalah rumah tanah
Karena kuburan umumnya berupa tanah yang digali hanya berukuran Panjang dan lebarnya sekitar 1 X 2 meter saja, dengan kedalaman sekitar 1,5 – 2 meter. Pakaian yang dipakai hanyalah kain kafan berwarna putih saja, tanpa ada kantongnya, dan tidak ada tempat menyimpan uang, kartu ATM, dsb. Hanya tanah menjadi alas dan selimutnya.
Kuburan adalah rumah yang dipenuhi dengan cacing-cacing tanah
Karena di dalam tanah memang yang ada hanyalah cacing tanah dan bintang-binatang tanah lainnya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat di atas, ‘(kuburan berkata)..aku adalah rumah keterasingan, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah tanah, aku adalah rumah (yang dipenuhi dengan) cacing..” (HR. Tirmidzi)
Baca Juga: Kencing Bisa Sebabkan Siksa Kubur
Adanya suasana yang berbeda antara kuburan seorang mu’min yang taat dan seorang kafir atau ahli maksiat
Seorang mukmin ketika wafat dan disemayamkan di dalam kuburnya, maka kuburannya akan menyambutnya dengan:
(1) ucapan selamat datang, “Ahlan wa marhaban”
(2) mendapatkan pujian sebagai orang paling baik yang berjalan di muka bumi.
(3) Lalu akan dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang dan
(4) akan dihamparkan baginya jalan menuju pintu surga.
Sedangkan seorang kafir wafat dan disemayamkan di dalam kuburnya, maka dalam kubur:
(1) Tidak akan ada kata sambutan baginya
(2) Tidak ada pujian.
(3) Akan dikatakan padanya bahwa ia adalah seburuk-buruk manusia yang berjalan di muka bumi.
(4) Lalu kuburannya akan menghimpitnya hingga tulang-tulangnya remuk berantakan satu sama lainnya.
(5) Lalu kemudian Allah akan mengirimkan baginya 70 ekor ular besar yang akan melilitnya, yang jika satu ekor saja menghembus bumi, maka bumi tidak akan menumbuhkan apapun, karena panasnya hembusan nafas ular tersebut. Ular-ular tersebut akan menggigit dan melilitnya hingga yaumul hisab, na’udzu billahi min dzalik.
Baca Juga: Penjelasan Ilmiah Meningginya Tanah Kuburan
Kubur bisa menjadi taman surga
Menjadi tempat istirahat yang damai dan tenang bagi orang beriman yang beramal shaleh dan membaguskan keimanannya kepada Allah Subhanahu wa taala.
Sebaliknya, kubur juga bisa menjadi menjadi salah satu liang api neraka, bagi orang yang kufur dan ingkar kepada Allah Subhanahu wa taala. Ulama mengatakan bahwa kubur laksana sebuah terminal yang akan mengantarkan seseorang ke alam kehidupan berikutnya.
Jika seseorang selamat di alam kuburnya, ia insya Allah akan selamat di kehidupan berikutnya. Sebaliknya, jika seseorang merana di alam kuburnya, pertanda ia akan menderita di kehidupan selanjutnya.
Maka mari kita perbaiki iman kita dan memperindah amal shaleh kita, dengan harapan mudah-mudahan bisa menjadi bekal terbaik bagi kehidupan setelah kematian kita.
Ada satu doa yang diajarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam agar kita juga turut mengamalkan doa tersebut agar kehidupan yang dilalui menjadi penambah segala kebaikan dan agar kematian kita kelak menjadi tempat beristirahat dari segala keburukan dan kemunafikan kehidupan dunia, yaitu sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, ‘bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa sebagai berikut,
“Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku yang merupakan pangkal urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai tempat istirahatku dari segala keburukan-keburukan dunia!” (HR. Muslim).[ind]