ChanelMuslim.com – Pada zaman sekarang, perjalanan ibadah haji menjadi dambaan bagi seluruh umat Islam di dunia. Banyak yang harus mengantre selama belasan, bahkan puluhan tahun untuk melakukan ibadah haji. Sayangnya, saat ini, ibadah tersebut harus terhalang sementara karena pandemi.
Baca Juga: Jamaah Berkebutuhan Khusus Selesaikan Haji dengan Mudah
Perhatian Para Pemimpin terhadap Perjalanan Haji
Oleh sebab itu, sambil terus berdoa, mari kita sedikit lebih mengenal bagaimana perjalanan haji pada masa lalu.
Dilansir dari channel telegram Generasi Shalahuddin, @gen.saladin, di masa lalu, para sultan dan khalifah sangat memperhatikan haji.
Tidak berlebihan apabila dikatakan, kesuksesan seorang khalifah dilihat dari bagaimana perhatiannya pada pelayan umat ketika haji, mulai dari transportasi, kamar mandi umum, pengairan, logistik makanan hingga infrastruktur.
Contohnya adalah ketika ke Makkah, apabila ada city tour, maka akan diperlihatkan kanal irigasi zaman Abbasiyah yang dibangun di masa Khalifah Harun Al Rasyid.
Kanal ini merupakan Ikhtiar Abbasiyah untuk memenuhi kebutuhan air jama’ah haji yang wukuf di Arafah.
Kemudian, apabila mengunjungi museum Masjidil Haram, di sana akan tergambarkan perhatian pemimpin Muslimin dalam pembuatan mimbar, perluasan Masjidil Haram, pembuatan gedung pusat informasi.
Semuanya saling melengkapi mulai sejak Umayyah, Abbasiyah, Mamalik hingga Utsmaniyah dan Keluarga Saud.
Di era Utsmaniyah, ada pengorganisasian kafilah haji agar tertib ketika datang ke Makkah. Ada kafilah Syam yang meliputi jama’ah haji negara-negara Syam, Azerbaijan, Kaukasus, Crimea, Anatolia, Balkan, dan terkhusus dari ibukota Kesultanan Utsmaniyah di Istanbul.
Di Istanbul sendiri, Sultan akan melepas secara resmi kafilah haji yang akan berangkat ke Makkah. Beliau juga akan memberi mandat kepada penguasa kota-kota yang akan dilalui kafilah haji agar memudahkan penyediaan logistik untuk mereka.
Selain menjamin logistik, setiap wali kota berkewajiban mengawal jama’ah haji dengan tentara agar terlindung dari perampok.
Kedua, kafilah Mesir, dan ini yang paling penting di masa Utsmani. Karena kafilah ini terdiri dari jama’ah yang berangkat dari Mesir dan seluruh Afrika Utara dengan membawa kiswah Ka’bah untuk diganti tahunan.
Kafilah ini berangkat sejak bulan Syawal akhir, berjalan 37 hari melewati Suez, Sinai, lalu Aqabah, lalu bertemu dengan Kafilah Syam. Beberapa kali, jama’ah haji Mesir berangkat menggunakan kapal dari Suez ke Jeddah.
Ketiga, Kafilah Iraq. Kafilah ini terdiri dari jemaah haji dari negara-negara Arab teluk, lalu Persia.
Mereka lebih sering mengutamakan transportasi kapal laut daripada berjalan kaki menuju ke Makkah.
Baca Juga: Jamaah Haji Berbagi Pengalaman Spiritual Pribadi
Kafilah Yaman
Keempat, Kafilah Yaman. Kafilah ini istimewa karena terdiri dari berbagai macam corak bangsa, seperti Nusantara, India, Malaya, Asia Selatan lainnya.
Ada juga jemaah haji dari Ethiopia dan Somalia bergabung di kafilah Yaman ini.
Semua kafilah yang ada terdiri dari berbagai macam elemen masyarakat. Ada para orang kaya, ada bisnisman, ada diplomat, sampai rakyat jelata.
Banyak sekali warisan bangunan berbentuk benteng dan kastil yang dibangun oleh Kesultanan Utsmaniyah di titik-titik penting rute kafilah haji.
Benteng ini digunakan sebagai pit stop, pemeriksaan keamanan dan pencatatan.
Titik-titik penting itu ada di pelabuhan Yaman, Jeddah, Suez, pelabuhan Teluk yang saat itu cukup panas karena ada negara Syiah Shafawiyah yang suka merongrong Makkah-Madinah.
Mereka juga membangun angkatan militer khusus yang mengawal jalur Samudera Hindia untuk melindungi kafilah Haji dari India dan Nusantara.
Sahabat Muslim, semoga kita semua dimudahkan dan disegerakan oleh Allah untuk melakukan ibadah haji. Aamiin. [Cms]
(Tulisan ini juga diambil dari Qawafil Al Hajj fil Ashr Al Utsmani, oleh Ash Shafshafi Ahmad Al Quthuri, situs Islamstory.
Selain itu, Rukb Al Hajj wa As Shurrah As Sultaniyah Mâ Baina Qarn XVI – XIX, oleh Namir Husein, dan Ar Rahalat Al Hijaziyah, Muhammad Shadiq Pasha)