ChanelMuslim.com- Apakah ananda susah digerakkan, malas, dan nilainya tidak memuaskan saat pembelajaran daring? Jika iya, bunda tidak mengalaminya sendiri. Ada banyak keluhan orang tua ketika anak terpaksa harus belajar daring saat pandemi belum usai seperti sekarang ini.
Menurut Fitriana yang menjadi pembicara dalam Zoominar Salimah Tulungagung bertajuk Fun Online Learning pada Sabtu (31/7) malam, keluhan tersebut terjadi karena terjadinya kesenjangan antara harapan orang tua dan kenyataan yang terjadi pada anak.
“Orang tua berharap anaknya rajin, semangat, tugasnya tuntas, nilai memuaskan, dan ingin segera dilakukan pembelajaran tatap muka. Masalahnya di anak, seringkali anak susah digerakkan atau bahasa gaulnya mager atau malas gerak, mereka susah sekali diremote oleh gurunya yang ada di tempat masing-masing karena daya magnet siswa terhalangi karena tidak ada pembelajaran tatap muka,” tutur perempuan yang menjadi guru bimbingan dan konseling di sebuah madrasah di Tulungagung.
Sebagai jalan tengahnya, lanjut Fitri, adalah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi untuk berdamai dengan keadaan. “Mengutip ucapan James F Calhoun dan Joan Ross, penyesuaian adalah cara menyelesaikan masalah. Kita harus tersenyum walaupun kondisi sangat berat bagi kita.”
Di abad 21 ini, berbagai fenomena baru termasuk teknologi informasi perlu mendapatkan perhatian penting dari para orang tua agar anak dapat memaksimalkan ilmu yang didapat dari sekolah dan juga dari orang tuanya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi pergeseran zaman ini ialah memperbanyak literasi, mengembangkan kompetensi, dan karakter.
“Mengembangkan kompetensi dengan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi merupakan cara-cara yang paling utama untuk mengoptimalkan pembelajaran anak,” terang perempuan yang sering menjadi tester tes psikologis ini.
Guru, orang tua, dan siswa harus kompak dalam menjalankan perannya masing-masing dalam pembelajaran siswa. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai coach, konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang.
Namun, Fitri mengingatkan bahwa orang tua juga tetap harus berperan. Dalam pembelajaran daring orang tua berperan sebagai guru di rumah, yakni menjadi fasilitator, mengatur kefokusan anak ketika guru menerangkan, serta meningkatkan motivasi.
Fitri menjelaskan apabila dalam proses pembelajaran terjadi masalah, kita perlu menerapkan beberapa langkah pemecahan masalah.
Pertama, mengidentifikasi masalah dengan jernih. “Sebenarnya apa masalah anak saya, mungkin tugas menumpuk, malas-malasan, atau apa.”
Kedua, menemukan akar penyebab masalah. “Kalau anak setiap hari di rumah, terpapar layar hape atau laptop mulai pagi sampai malam, coba dekati dia, buat dia senang dan nyaman,” tutur Fitri.
Ketiga, membuat alternatif solusi. “Ketika kita bisa menemukan akar masalahnya, kita bisa membuat alternatif solusi. Ketika anak jenuh, apa yang bisa kita lakukan agar dia senang.”
Selanjutnya adalah menentukan solusi yang relevan. Dan terakhir, menindaklanjuti dan mengevaluasi hasilnya. Untuk memaksimalkan penyelesaian masalah, Fitri mengingatkan agar orang tua dan guru bekerjasama mulai dari tahap awal hingga akhir.
Cara Mengelola Emosi Negatif
Jika orang tua menghadapi emosi negatif seperti tidak bisa fokus atau stres karena tekanan pekerjaan atau masalah kesehatan, ada beberapa teknik yang bisa digunakan.
Pertama, teknik pernafasan diafragma dan relaksasi otot. “Lakukan teknik ini saat kita menemukan duduk yang nyaman. Ambil nafas panjang dari hidung, dihirup pelan-pelan, ditahan dan dihembuskan pelan-pelan melalui mulut.”
Kedua, self talk positif yakni melatih diri untuk membiasakan pikiran positif. “Self talk ini dilakukan saat pagi hari setelah bangun tidur, atau dalam posisi kita siap berbicara pada diri sendiri. Latih diri dengan selalu membiasakan berpikiran positif,” terang Fitri.
Dalam self talk, kita bisa membiasakan mengucapkan terima kasih kepada Allah atas nikmat anggota badan.
Mengucapkan terima kasih kepada mata, telinga, tangan, kaki dan anggota tubuh yang telah membersamai kita. Ini penting dan berdampak kepada kita.
Selanjutnya adalah memaafkan kesalahan yang kita buat.
“Kita harus berdamai dengan diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri akan berakibat pada kesehatan mental kita. Memaafkan semua yang telah berlalu dan yang bisa kita lakukan adalah menata ke depan.”
Kemudian, masih menurut Fitri, menanamkan kepada diri bahwa aku bisa, aku hebat, aku seperti bintang yang akan memberikan cahaya dan di sekelilingku.
Fitri menegaskan bahwa kita adalah bunda hebat dan keberadaan kita penting bagi anak, suami, orang tua. Kita harus yakin bahwa kita bisa membahagiakan mereka dengan apa yang ada.
Terakhir adalah fokus pada penyelesaian masalah bukan pada masalah itu sendiri.
Teknik ketiga adalah art therapy atau terapi seni.
Teknik ini dapat dilakukan dengan menggambar atau mewarnai yang membuat jiwa nyaman. Kita juga bisa mendengarkan atau memainkan musik atau lebih bagus mendengarkan murotal Al-Quran.
“Dengarkan dengan waktu yang cukup sehingga berefek pada rasa nyaman dalam mendampingi anak,” pungkas Fitri. [Mh/fat/raa]