SELERA kebaikan Allah itu berbeda. Edgar Hamas menulis, kamu jangan mengukur datang perginya rezeki dengan kacamata serba sempit dan dari satu arah.
Ketika dapat cobaan langsung putus asa dan menyerah. Padahal bisa jadi —dan seringkali— adanya cobaan itu adalah pintu menuju surprise dari Allah.
لَوْ لَمْ نَعِشْ إِلَّا مِنْ حَيْثُ نَعْلَمُ لَمْ نَعِشْ
“Andai rezeki bisa didapat hanya dari sumber yang kita ketahui, maka kita tidak akan mungkin bertahan hidup hingga sekarang.” Syihabuddin Al Absyihi, Al-Mustathraf
Jika kita hanya melihat dan meyakini pintu-pintu takdir dari apa yang kita lihat dengan mata kepala, sungguh rasanya sangat sempit rezeki mengalir.
Merasa yakin bahwa rezeki hanya dari uang penghasilan kerja saja, merasa yakin bahwa rezeki hanya dihitung dari nominal saja.
Ketika kamu berpikir seperti itu, kamu sedang mengkerdilkan dirimu.
Sebab selera Allah berbeda. Kamu jangan mengukur datang perginya rezeki dengan kacamata serba sempit dan dari satu arah. Ketika dapat cobaan langsung putus asa dan menyerah.
Padahal bisa jadi —dan seringkali— adanya cobaan itu adalah pintu menuju surprise dari Allah.
Baca Juga: Perubahan Itu Ada di Sini
Selera Kebaikan Allah Itu Berbeda
Jangan diremehkan dan dianggap ‘kebetulan’ saja ketika uangmu habis dan tiba-tiba kamu diajak makan oleh temanmu, di restoran enak pula.
Ketika kamu sangat butuh dana tapi penghasilanmu tidak mencukupi, ada saja pintu rezeki lain hadir tepat di depan matamu.
Bisa lewat saudara yang datang, lewat tangan orang baik yang menawarkanmu proyek bisnis dan langsung membiayai keperluanmu.
Nah, ‘yang lewat-lewat’ itu, bukan karena kamu ‘hoki’ atau ‘bejo.’ Semata-mata, itulah selera Allah dalam memberimu rezeki. Dari pintu yang tak disangka dan dari cara yang benar-benar ajaib.
Pun kami, sebelumnya dulu, mana mungkin terbersit rencana pergi ke Makkah bersama, umrah bersama dan kembali lagi ke Madinah.
Dulu di kepala kami hanya ada pikiran, “bisa sekali ke Makkah Madinah sudah Alhamdulillah.”
Ini semata-mata nikmat dari Allah yang menampar kesadaran kami untuk berpikir; ternyata sangat mudah bagi Allah untuk mewujudkan impian kita. Kita hanya perlu yakin dan berbaik sangka.
Yakin saja?
“Kalau hanya yakin, semua orang juga bisa”, kata orang-orang. Tidak, tidak semudah itu. Banyak sekali manusia berdoa tapi hatinya tidak yakin dengan kemahabesaran Allah.
Akhirnya, Allah juga tak mau kabulkan mimpinya. Sebab yakin saja tidak, bagaimana mau diijabah?
Mintalah yang terbaik yang ingin kamu minta pada Allah. Sebab jika kamu berpikir Allah tidak akan mengabulkan permintaanmu yang tinggi, kamu berarti tidak yakin dengan Kemahabesaran-Nya.[ind]