ChanelMuslim.com – Kisah Rasulullah tersenyum ketika Abu Bakar dicaci berikut ini bisa kita ambil pelajaran. Saat dicaci, Abu Bakar memilih diam atau bersabar sehingga itulah yang menyebabkan Nabi Muhammad tersenyum.
Baca Juga: Kisah Diangkatnya Muhammad Menjadi Rasulullah (1)
Abu Bakar Ditinggalkan Rasulullah ketika Membantah saat Dicaci
Dalam Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, terdapat sebuah riwayat yang dicatat Imam Ahmad tentang seseorang yang mencaci maki Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq.
Yahya menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Ajlan, Sa’id bin Abi Sa’id menceritakan kepada kami dari Abu Hurairah, (dikatakan bahwa): Sesungguhnya (ada) seorang laki-laki mencela Abu Bakar, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk.
(Kejadian itu) membuat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terheran-heran dan tersenyum. Kemudian, ketika Abu Bakar (mulai) banyak menanggapi (atau membantah) sebagian perkataan (celaan) laki-laki tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan berdiri (pergi).
Abu Bakar pun menyusul Nabi, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, orang itu mencelaku, engkau (hanya) duduk. Ketika aku membantah sebagian perkataannya, engkau berdiri (pergi) dan marah.”
Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya ada malaikat bersamamu yang akan membantah(nya) untukmu. Ketika kau (mulai) membantah sebagian perkataan (celaan)nya, setan datang. Aku tidak (akan pernah mau) duduk bersama setan.”
Kemudian, Rasulullah berkata: “Wahai Abu Bakar, (ada) tiga hal (yang menjadi) hak (seorang hamba): (1) Tidaklah seorang hamba (Allah) yang terzalimi dengan kezaliman, lalu dia pasrahkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali Allah pasti memenangkan(nya) dengan pertolongan(-Nya).
(2) Tidaklah seseorang yang membuka pintu pemberian (atau kedermawanan) yang dia harapkan (dapat menjadi) penyambung (silaturahim atau persaudaraan), kecuali Allah pasti tambahkan (harta) yang banyak (kepadanya), dan 3) Tidaklah seseorang yang membuka pintu permintaan yang dia harapkan untuk (mendapatkan harta) yang banyak, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla pasti tambahkan kekurangan (kepadanya).
(Imam Ahmad bin Handal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, tt, juz 15, h. 390).
Baca Juga: Kisah Rasulullah Mengalihkan Kiblat ke Ka’bah
Jangan Marah
Dilansir Islam.nu.or.id, artikel yang ditulis oleh Muhammad Afiq Zahara, alumni PP Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen yang terbit atas kerja sama dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI, setiap manusia pasti mengalami marah.
Ada yang menampilkannya, tetapi ada pula yang menahannya Dari riwayat di atas, dapat diketahui bahwa salah satu alasan Rasulullah meminta umatnya tidak marah, agar mereka terlepas dari jebak rayu setan.
Sahabat Muslim, semoga dari kisah ini bisa membuat kita lebih bersabar dan tidak cepat marah ketika ada sesuatu yang tidak mengenakkan menimpa kita. [Cms]