ChanelMuslim.com- Hidup ini selalu melalui dua titik besar: awal dan akhir. Awal adalah titik dituliskannya riwayat. Dan akhir adalah ditutupnya segala ketentuan.
Suatu saat kita akan melihat seperti apa perjalanan hidup yang singkat ini. Ada suka dan duka. Ada warna warni rasa. Ada rute-rute yang dilalui dan yang tidak dilalui. Dan seterusnya.
Semua kita akan melihat itu. Hidup yang terasa panjang ternyata hanya jarak sejengkal antara dua titik tadi. Dari situ kita bermula, dan kesana kita berakhir. Begitu singkat.
Tak pernah ada rencana dari orang tua mana kita akan dilahirkan. Di mana kita dilahirkan. Di urutan ke berapa kita dilahirkan.
Begitu pun tentang jenis kelamin. Tentang warna kulit. Tentang status sosial. Tentang ukuran tubuh. Tentang bagus atau tidaknya fisik. Dan seterusnya.
Semua bergulir begitu saja. Tak ada kuesioner yang harus diisi saat kita masih dalam perut ibu. Tentang pilihan-pilihan keadaan hidup tadi.
Saat semuanya terjadi, kita pun melaluinya. Tak ada pilihan untuk balik lagi karena kenyataan yang tidak kita suka. Ada dan jalani.
Kita pun tidak tahu rute jalan mana yang akan dilalui. Meski kita sudah hidup. Meski kita sudah mampu memilih. Dan meski kita bisa mengukur dengan kemampuan yang dimiliki.
Kita tidak tahu dengan siapa akan berjodoh. Kita tak pernah tahu berapa anak yang akan dimiliki. Berapa yang laki, dan berapa yang wanita. Kemudian, berapa cucu yang akan lahir.
Kita pun tidak pernah tahu, kapan semuanya berakhir. Akhir dari riwayat hidup yang dialami. Seperti apa akhirnya. Dan di mana lokasinya.
Masih banyak yang kita tidak tahu dari guliran hidup yang terus berlangsung, dan akan berakhir pada waktunya. Mungkin itu hari ini, esok, atau lusa.
Suatu saat, kita akan melihat durasi riwayat hidup yang begitu singkat itu. Hidup seolah rangkaian dari ketentuan satu ke ketentuan berikutnya dan berikutnya.
Senjata manusia hanya satu: doa. Itulah esensi hidup utama kita, yaitu ibadah dan doa. Ibadah tujuan hidup kita yang utama. Dan doa, permintaan agar Allah senantiasa meridhai kita.
Allah berkehendak mengubah ketentuan yang Ia tentukan. Dan menetapkan ketentuan yang telah Ia tentukan. “Mintalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan.”
Tak ada yang paling menentukan dari semua ketentuan, kecuali ketentuan tentang akhir riwayat. Yaitu, akhir hidup yang baik: dalam ridha Allah subhanahu wata’ala.
“Allahummakhtim lana bishusnil khatimah.” Ya Allah, anugerahkanlah kami akhir hidup yang baik.
Di situlah pelepasan dari semua ketentuan yang pernah ditentukan. Dan ketentuan tentang akhir itu bukan karena bagusnya ikhtiar kita. Tapi karena keridhaanNya.
Sekali lagi, “Ud’uunii astajib lakum.” Mintalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan. [Mh]