ChanelMuslim.com – Selain menggali sumur zamzam, peristiwa terkenal lainnya dari Abdul Muthalib, yaitu ketika hampir menyembelih Ayahanda Rasulullah, Abdullah. Namun, sebelum itu, pencarian sumur zamzam berlanjut dengan mimpi Abdul Muthalib pada malam keempat.
Suara dalam mimpi itu datang lagi sambil berkata, “Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!”
Setelah mimpi-mimpi yang didapatkan, Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru bahwa Zamzam itu masih mungkin ditemukan. Beliau dan Harits mulai menggali dan menggali lebih giat lagi.
Baca Juga: Kisah Abdul Muthalib Menggali Sumur Zamzam (3)
Ditemukan di Tepi Ka’bah
Akhirnya, Abdul Muthalib membuat gempar ketika beliau memutuskan menggali di tepi Ka’bah. Ketika itu, Abdul Muthalib membiarkan Harist yang menghadapi masyarakat Quraisy.
Sementara itu, beliau sendiri terus menggali dan tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya.
“Air! Harits! Lihat, ada air! ” seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
“Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!”
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.
“Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!” pinta mereka.
Abdul Muthalib menolak pendapat mereka dengan mengatakan bahwa sumur itu merupakan karunia khusus dari Allah SWT yang dianugerahkan kepada dirinya.
Timbulah perselisihan yang hampir mencetuskan perang di antara para pemuka Quraisy dan Bani Abdul Muthalib. Akhirnya, mereka setuju untuk mencari Hakim yang akan memutuskan perselisihan mereka.
Mereka pun mendatangi Kahinah, seorang wanita yang dihormati dalam masyarakat arab ketika itu bberada di pinggiran kota Syam.
Di saat mereka semua dalam perjalanan, bekal air pun habis dam Allah turunkan hujan ke atas ‘Abdul Muthalib, tetapi tidak setetes pun tercurah ke atas orang-orang quraisy.
Mereka akhirnya tahu bahwa urusan Zamzam telah dikhususkan kepada Abdul Muthalib.
Kemudian, mereka berkata, “Wahai Abdul Muthalib, demi Allah, Allah telah menentukan antara kamu dan kami.
Dia telah menganugerahkan kemenangan kepadamu. Demi Allah, kami tak akan pernah berselisih denganmu tentang zamzam.
Tuhan yang telah menciptakan sumber air ini di sini di gurun ini untukmu telah menganugerahkan zamzam kepadamu.”
Baca Juga: Kisah Kehidupan Kakek Rasulullah, Abdul Muthalib (1)
Hampir Menyembelih Abdullah
Sejak saat itu, zamzam pun menjadi milik pribadi Abdul Muthalib. Beliau pun bisa meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Makkah setelah zamzam memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu, Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.
Saat menggali zamzam, Abdul Muthalib hanya mempunyai seorang anak laki-laki, yaitu Harist. Ialah yang menjaga Abdul Muthalib dari gangguan orang Quraisy yang menghalanginya menggali kembali sumur zam-zam.
Beliau merasa dirinya lemah karena tidak seperti orang lain yang memiliki banyak anak lelaki. Beliau pun bernazar apabila Allah memberikan karunia berupa 10 orang anak lelaki kepadanya maka beliau akan korbankan salah seorang dari mereka.
Allah pun mengabulkan doa Abdul Mutalib. Anak yang kesepuluh adalah Abdullah, Ayahanda Nabi Muhammad.
Ketika Abdullah sudah dewasa, Abdullah menjadi anak yang paling disayanginya. Sampailah pada waktunya untuk menunaikan nazarnya dulu.
Dalam melaksanakan nazar itu, beliau telah merujuk kepada pemuka Ka’bah yang memintanya membuat undian siapakah anaknya yang akan dikorbankan.
Dalam hati, Abdul Mutalib berharap agar undian itu tidak jatuh kepada Abdullah. Namun, undian jatuh kepada Abdullah.
Oang-orang quraisy mencegahnya, tetapi Abdul Muthalib tetap melaksanakan nazarnya karena orang seperti dia tidak mungkin ingkar dari menunaikan nazar.
Akhirnya, beliau memutuskan melaksanakan penyembelihan. Akan tetapi, kaum Quraisy segera menghalanginya sampai terjadi keributan di sana.
Kaum Quraisy terus membujuk agar Abdul Mutalib membatalkan nazarnya dengan pertimbangan dikhawatirkan hal tersebut akan menjadi kebiasana orang Arab yang mana apabila yang mendapat sepuluh anak lelaki, maka wajib mengorbankan salah satunya.
Akhirnya, hati Abdul Muthalib luluh dan memilih mengadakan penyembelihan dari undian 10 ekor unta dan Abdullah sesuai saran wanita yang terkenal dari Bani Saad di Yatsrib.
Apabila yang muncul nama Abdullah, maka dilakukan undian kembali dengan 10 ekor unta betina.
Hasilnya adalah undian baru jatuh kepada unta setelah undian kesepuluh. Hal ini berarti jumlah unta yang harus dikorbankan sebanyak 100 ekor unta.
Sahabat Muslim, itulah kisah kehidupan Abdul Muthalib dari masa remaja sampai hampir ingin menyembelih Ayah Rasulullah, Abdullah. Semoga kisah ini membuat kita makin mencintai Rasulullah dengan berusaha mengikuti Sunnah-sunnahnya. [Cms]