ChanelMuslim.com – Falsafah Ketuhanan mengajak kita untuk memahami keimanan tidak hanya taqlid atau ikut-ikutan saja. Agama hadir dengan akal, semakin kita menggunakan akal dalam memahami agama semakin kita memiliki iman yang kokoh.
Buku yang ditulis oleh Buya Hamka ini, banyak mengajak kita berfikir akan hakikat kepatuhan dan hakikat berserah diri kepada Allah.
Baca Juga: Pribadi dan Martabat Buya Hamka
Falsafah Ketuhanan karya Buya Hamka
Diantara isinya yang menarik, tentang bagaimana kita mencari dan memikirkan Tuhan. Ahli Ilmu Jiwa, mempunyai tiga sudut penting dalam menghubungkan diri (manusia) dengan alam. Pertama, dengan perasaan, ke dua dengan pikiran, dan ke tiga dengan kemauan.
Pada sudut perasaan yang mewakili seni dan keindahan. Kita diajak untuk memandangi segala perbendaharaan bumi dan langit sebagai bukti keberadaan Allah. Saat memandangnya, pikirkan siapakah dan kekuatan apakah yang menyebarkan keindahan dan keteraturan ini?
Takjub dengan segala keindahan dan kemegahan alam seolah membuat kita menjadi ahli waris dari alam. Masing-masing dari kita bisa merasakannya bahkan seolah memilikinya.
Sudut yang ke dua adalah pikiran, hal ini berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari perenungan mengenai aturan dan undang-undang alam.
Segala yang ada di alam memiliki aturan yang baku, manusia bisa menyusun aturan yang tidak keluar dari aturan pokok yang ditetapkan Tuhan pada alam. Manusia bisa masuk dari pintu mana saja, baik dari logika, ilmu hitung, kimia dll.
Aturan-aturan ini akan terus mengalami perubahan dan perkembangan dalam pengetahuan manusia. Adanya perubahan dan perkembangan ini akan membawa manusia pada keyakinan akan Tuhan.
Ditemukannya anti proton setelah proton, dimana jika keduanya bertemu akan saling menghancurkan. Hal ini menguatkan keyakinan orang-orang beriman atas kepastian datangnya hari kiamat. Karena sebelumnya manusia hanya menemukan adanya perubahan bukan pemusnahan.
Yang terakhir adalah sudut kemauan, dimana kita diajak untuk mengenali diri sendiri. Dengan mengenali diri sendiri maka kita akan mampu mengenali Tuhan. Kesadaran kita terhadap sulitnya mengenali diri sendiri, menimbulkan kesadaran kita terhadap kebesaran rahasia Allah.
Di samping itu kita harus memiliki kemauan untuk menyingkirkan selubung yang menghalangi kita sampai pada pengenalan Allah. Dan ini bisa dilakukan dengan jalan tasawuf.
Jalan tasawuf bukan membuat kita pasif dan mengasingkan diri untuk beribadah. Jalan tasawuf adalah keyakinan tentang keberadaan rohani.
Dengan perkembangan zaman saat ini, jiwa kita dibuat tunduk dengan naluri materialistis. Maka dengan jalan tasawuf akan menyingkap selubung materialis. Juga selubung penyakit-penyakit jiwa seperti kesombongan, ketamakan, kemunafikan dll.
Manusia dengan segala profesinya pada jalan tasawuf ini akan memiliki kehidupan yang penuh dengan martabat. Karena mereka telah meyakini bahwa segala yang mereka lakukan bukan semata-mata pekerjaan anggota badan namun ada ruh yang menentukan kualitas pekerjaan tersebut di sisi Tuhan.
Selamat membaca dan mari beriman dengan akal. [Ln]