PELAJARAN penting bagi Usamah bin Zaid. Pada suatu hari, Usamah menerima pelajaran sangat berharga dari Rasulullah. Pelajaran yang senantiasa ia pegang hingga ia meninggal dunia di akhir masa pemerintahan Mu’awiyah.
Baca Juga: Pola Asuh Usamah bin Zaid, Panglima Perang Rasulullah
Pelajaran Penting bagi Usamah bin Zaid
Dua tahun sebelum wafatnya Rasulullah saw, beliau mengirim Usamah sebagai komandan pasukan kecil untuk menghadapi sekelompok orang musyrik yang mengganggu ketenteraman kaum muslimin. Ini adalah kali pertama Usamah diangkat sebagai pemimpin.
Tugas ini diselesaikan dengan baik oleh Usamah. la bersama pasukannya pulang membawa kemenangan dan berita kemenangannya sudah terlebih dahulu sampai kepada Rasulullah. Beliau sangat senang.
“Aku pulang dan langsung menghadap Nabi. Berita kemenangan pasukan kami telah sampai kepada beliau. Kulihat wajah beliau ceria. Aku disuruh mendekat, lalu beliau bersabda, “Ceritakan kepadaku.”
“Maka aku menceritakan kepadanya. Aku juga ceritakan bahwa ketika pasukan musuh sudah kalah, aku berhasil mengejar seorang tentara musuh. Ketika kubidikkan tombakku ke arahnya, ia mengucapkan La ilaha illallah, tapi aku tetap menancapkan tombakku di tubuhnya hingga ia mati.”
Wajah Rasulullah langsung berubah. Beliau bersabda, “Apa-apaan kamu ini Usamah! Bagaimana dengan kalimat La ilaha illallah?” Beliau terus mengulangi ucapannya itu, hingga rasanya aku ingin lepas dari semua perbuatanku selama ini, lalu aku masuk Islam sebagai orang baru.
Demi Allah, setelah mendengar sabda Nabi itu, aku tidak memerangi orang yang mengatakan La ilaha illallah.”
Inilah pelajaran berharga yang menjadi penunjuk arah kehidupan Usamah-orang kesayangan dan putra dari orang kesayangan—sejak ia menerima pelajaran itu hingga meninggal dunia dalam keadaan ridha dan diridhai.
Sungguh pelajaran yang sangat dalam. Pelajaran yang mengungkapkan sisi kemanusiaan, keadilan, keluhuran prinsip, ketinggian agama, dan akhlaknya.
Rasulullah menyesalkan kematian laki-laki itu. Beliau juga menyesalkan tindakan Usamah yang telah membunuhnya. Padahal, laki-laki itu adalah seorang tentara kafir.
la mengucapkan La ilaha illallah dan tangan kanannya masih memegang pedang yang berlumuran darah kaum muslimin.
Ia mengucapkan kalimat tauhid itu untuk menyelamatkan dirinya dari sabetan pedang mematikan, atau untuk menunggu kelengahan lawannya lalu memulai perang lagi.
Akan tetapi, karena dia telah mengucapkan kalimat tauhid, saat itu juga darah dan kehidupannya terlindungi, apa pun faktor dan niatnya.
Usamah memperhatikan benar pelajaran ini. Jika laki-laki itu saja, dalam kondisi seperti itu, dilarang oleh Rasulullah untuk dibunuh karena mengucapkan La ilaha illallah, tentu orang-orang yang sudah benar-benar masuk Islam dan beriman memiliki jaminan lebih atas darahnya. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom