ChanelMuslim.com – Kesalahan pemanah di perang Uhud merupakan kesalahan yang besar, tetapi diampuni oleh Allah. Hal ini dijelaskan dalam surat Ali-Imran ayat 152 terkait ampunan Allah kepada para pemanah di perang Uhud.
Baca Juga: Akhir Perang Uhud yang Sebenarnya
Kesalahan Pemanah di Perang Uhud adalah Meninggalkan Posnya
Dilansir dari channel telegram Hikmah Agung, Ustaz Agung Waspodo menjelaskan terkait tafsir Ibnu Abbas dalam Ali-Imran ayat 152 ini.
ولقد عفا عنكم، والله ذو فضل على المؤمنين
“Tapi Dia benar-benar telah memaafkan kamu, dan Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang Mu’minin.”
Ibnu Abbas menafsirkan yang dimaksud pada ayat itu adalah paasukan pemanah pada pertempuran Uhud.
Saat itu, Nabi Muhammad menempatkan mereka di suatu tempat (Bukit Aynayn/Bukit Rumat).
Nabi bersabda, “Lindungilah (baris) belakang kami. Apabila kalian melihat kami terbunuh (terdesak/kalah), jangan (sekali-kali) menolong kami (turun dari bukit untuk mendatangi kami).
Sebaliknya, apabila kalian melihat kami (menang dengan) harta-rampasan, jangan (sekali-kali) mencampuri kami (turun dari bukit untuk turut mengambil harta)!”
Saat itu, Rasulullah mendapat kemenangan, sehingga memperoleh harta rampasan karena pasukan Musyrikin meninggalkannya.
Semua pasukan pemanah itu pun melemparkan peralatan perangnya lalu turun dan bergabung bersama pasukan (Kaum Muslimin) untuk (turut) memungut (harta rampasan yang tercecer).
Akhirnya, bertemulah barisan-barisan (pasukan) Sahabat Nabi, sehingga keadaan menjadi tidak jelas dan tidak sadar dengan manuver lawan.
Baca Juga: Kesimpulan Kalah di Perang Uhud, Kenyataannya Tidak
Terjadi Ketidaktaatan di Kalangan Sahabat
Ustaz Agung pun juga menuliskan bahwa memang betul terjadi ketidaktaatan di kalangan Sahabat Nabi pada saat itu.
Akan tetapi, perhatikanlah baik-baik bagian dari ayat, “Sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu (memungut ghanimah).
Kamu mengabaikan perintah Rasul untuk tidak pindah posisi dari bukit pemanah setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai (ghanimah)”
Dengan mengatakan para sahabat mengambil ghanimah, bukan berarti kita mengecilkan atau menistakan mereka.
Namun, kita justru seharusnya menasihati diri sendiri yang jauh lebih lemah dari para sahabat, bahwa godaan harta dunia itu amat berat.
Oleh sebab itu, kita perlu berhati-hati. [Ind/Camus]