ChanelMuslim.com – Mengajarkan anak Leadership skill, yaitu sebuah kemampuan memimpin. Bisa memimpin komunitas kecil atau komunitas besar.
Dan inti memimpin adalah mempengaruhi.
Sebenarnya, membentuk leadership skill adalah dengan dengan membentuk kemampuan berpengaruh kepada orang lain.
Dilansir dari laman Parenting On Kid’s Passion, ada 5 cara membentuk jiwa kepemimpinan pada anak.
Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengajarkan anak menjadi pemimpin atau leader.
Baca Juga: Salah Satu Kebahagiaan Anak-Anak
Membekali Anak dengan Tsaqofah Islam
Tsaqofah atau khazanah ilmu keislaman akan membuat anak bisa menilai sesuatu itu baik atau buruk.
Sesuatu itu bermanfaat atau tidak sehingga bisa mengukur bagaimana suatu hal itu baik atau tidak dan bisa diambil atau tidak.
Mengajarkan Mempunyai Bahasa yang Berpengaruh
Untuk membentuk anak mempunyai bahasa berpengaruh, ada beberapa tahap yang harus dilalui.
Pertanyaanya bagaimana membentuk bahasa ahsan?
Baca Juga: Ramadan, Saat Tepat Mengajarkan Anak Berbagi
Memasukkan Nilai
Yang dimaksud memasukkan nilai adalah bagaimana orang tua mengajarkan nilai dalam berbahasa.
Mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang benar dan mana yang salah.
Ini adalah kaidah dasar dalam membentuk bahasa ahsan. Tanpa menanamkan nilai baik buruk, benar dan salah maka anak akan kesulitan berbahasa ahsan.
Contohnya: Ketika anak melihat temannya yang diminta Bu Gurunya mengambilkan buku tapi yang diambil pensil. Anak berkata, “Kamu kok bodoh sih.”
Akan kita jelaskan bahwa mengatakan, “Kok kamu bodoh sih.” adalah perkataan yang tidak baik.
Coba katakan kepada teman kita. “Dani, Bu Guru minta tolong diambilkan buku bukan pensil.”
Nah, kata yang kedua ini merupakan bahasa yang baik atau ahsan, karena ada nilai baik dalam bahasa tersebut.
Memasukkan Rasa Bahasa dalam Berbagai Aktivitas
Memasukan rasa bahasa adalah bagaimana membuat bahasa tadi menjadi halus. Penuh rasa. Indah. Detail. Dalam. Berpengaruh terhadap rasa.
Bagaimana caranya? Dengan memilih diksi atau kata-kata yang tepat dan indah. Sehingga akan menyentuh rasa, jiwa dan menghujam kuat di dalam pikiran manusia.
Contohnya: Ketika meminta tolong ke teman. “Tolong ambil pensil di dekatmu.”
Bahasanya tidak mengandung nilai yang buruk. Bahasanya baik. Tapi tidak indah. Tidak menggerakkan orang untuk menolong.
Berbeda dengan ini. “Ika, bolehkah aku minta tolong, mengambilkan pensil di dekatmu!
Bahasanya menyentuh rasa dengan menambahkan kata “bolehkah”. Bahasa menjadi halus, sopan dan berpengaruh kepada orang yang mendengar untuk menolong.
Inilah bahasa ahsan.
Baca Juga: Cara Mengajarkan Anak Shalat pada Usia 7 Tahun
Melatih dalam Berbagai Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan ada beberapa hal:
Mendengar
Berbicara
Membaca
Menulis
Untuk memiliki bahasa ahsan, maka anak harus dilatih dan diperkuat dalam 4 aspek kebahasaan di atas.
Setelah anak terampil mendengar dan berbicara ahsan dalam berbagai aktivitas, orang tua bisa melatihnya membaca.
Lalu mengenalkan berbagai bacaan untuk melatih bahasa ahsan. Membaca berbagai teks sederhana yang menguatkan bahasa ahsan.
Apakah teks puisi, artikel pendek dengan berbagai tema. Dengan memilih bahasa yang baik, halus dan indah. Bisa cerita tentang berlibur ke pantai, ke rumah nenek, dan sebagainya.
Yang intinya, membuat anak semakin kaya dalam pilihan katanya sehingga mudah membuat bahasa ahsan.
Karena terbiasa mendengar dan membaca teks-teks bahasa yang baik, lembut dan indah di dalam pilihan katanya.
Yang selanjutnya adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis pada anak usia dini juga diarahkan sama seperti ketika anak menguasai keterampilan membaca. Yaitu menulis kalimat berbahasa ahsan.
Baca Juga: Cara Orang Tua Mengajarkan Anak Solawatan
Keterampilan ini bisa diasah seperti ketika mengasah keterampilan membaca. Anak diasah menulis puisi pendek. Teks-teks bacaan yang mengandung bacaan yang baik, halus dan indah.
Menulis bahasa yang baik, halus dan indah akan memperkuat kemampuan bahasa ahsan anak.
Anak akan semakin terasah kemampuannya dalam menggunakan bahasa ahsan dalam berbagai aktivitasnya.
Hal tersebut akan membentuk kebiasaan yang kuat pada anak, yaitu berbahasa ahsan dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, pada tahap ini anak tinggal berlatih untuk membentuk bahasa berpengaruh.
Yaitu melatihnya dalam kehidupan sehari-hari.
Bisa menjadi pemimpin kelas.
Menegur teman yang melakukan kesalahan dan menjelaskan bagaimana perbuatan yang baik.
Memimpin acara-acara tertentu yang diadakan di sekolah. Ikut lomba pidato, dan lain-lain.
Leadership Skill, Bagaimana Mengajarkan ke Anak?
Latihan praktis dalam kehidupan sehari-hari ini akan mengasah anak untuk mempunyai bahasa yang berpengaruh sehingga kemampuan memimpinnya terasah.
Selanjutnya, yang lebih penting adalah latihan ikut berbagai organisasi untuk menumbuhkan kemampuan berpengaruh kepada berbagai jenis karakter manusia.
Dengan demikian, semakin matang kemampuan memimpinnya. Skill leadership-nya akan semakin terasah.
Demikianlah cara membentuk leadership skill pada anak. Kalau tahap demi tahap ini dilalui, skill leadership-nya akan semakin matang.[Ind/Wld].