KAIN sutera yang lembut tentu membuat nyaman dipakai. Tetapi Rasulullah melarang lelaki untuk memakai kain sutera. Apa yang membuat kain sutera dan laki-laki tidak dapat disatukan? Diantara larangannya adalah hadits berikut:
Dari Abu Amir al-Asy’ari ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda, Akan muncul dari umatku suatu kaum yang menghalalkan kemaluan (zina) dan sutera.” (HR. Abu Dawud dan asal hadits ini terdapat dalam riwayat al-Bukhari)
Dari Hudzaifah ra. ia berkata, “Rasulullah saw. melarang kita minum dan makan dalam bejana emas maupun perak, berpakaian sutera tipis maupun tebal, dan duduk diatasnya.” (HR. Bukhari)
Baca juga: Laki-Laki yang Gerahamnya Lebih Besar dari Gunung Uhud di Neraka
Kain Sutera dan Laki-Laki
Diantara hikmah larangan menggunakan sutera bagi laki-laki adalah, bahwa sutera adalah pakaian penduduk sutera.
Ada suatu hadits mengatakan “Janganlah kalian memakai sutera karena siapa yang mengenakannya di dunia, maka ia tidak mengenakannya di akhirat.” (HR. Bukhari no. 5633 dan Muslim no. 2069).
Padahal pakaian penduduk surga adalah sutera. Jadi seakan-akan hadits di atas adalah kinayah (ibarat) untuk tidak masuk surga.
Allah Ta’ala berfirman mengenai pakaian penduduk surga, “Dan pakaian mereka adalah sutera” (QS. Al Hajj: 23).
Begitu pula dari ‘Umar bin Khottob, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang mengenakan sutera di dunia, ia tidak akan mendapatkan bagian di akhirat” (HR. Bukhari no. 5835 dan Muslim no. 2068)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang kafir mereka bisa mengenakan emas dan perak di dunia. Adapun di akhirat, mereka tidak akan mendapatkan bagian apa-apa. Sedangkan orang muslim, mereka akan mengenakan perak dan emas di surga. Dan mereka akan mendapatkan kenikmatan yang lain yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati.” (Syarh Shahih Muslim, 14: 36)
Dari Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Diharamkan bagi laki-laki dari umatku sutera dan emas, namun dihalalkan bagi perempuan.” (HR. Tirmidzi no. 1720).
Di antara hikmah kenapa sampai emas dan sutera dilarang:
1- Tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang kafir sebagaimana disebutkan dalam hadits Hudzaifah di atas.
2- Tasyabbuh (penyerupaan) dengan wanita.
3- Berlebihan dalam mengenakan sutera bukanlah sifat jantan dari laki-laki. Memang laki-laki dituntut pula untuk berhias diri namun tidak berlebih-lebihan. (Lihat Al Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom karya Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, 4: 207)
Pakaian jenis sutera dapat dibedakan Kain sutra yang dibuat langsung dengan tangan teksturnya agak kasar, agak tebal, cepat kusut, tapi tetap lembut.
Pewarnaannya menggunakan bahan alami. Harganya lebih mahal dan persediaannya terbatas. Ukurannya lebih kecil dibandingkan produk sutra dari mesin.
Sutra yang dibuat dengan mesin tenun, teksturnya lebih halus, lembut, dan coraknya cenderung banyak yang sama karena diproduksi secara masal.
Terdapat kain sutra buatan Cina, kelebihan nya adalah sutra ini asli, kainnya bagus, halus, lembut. Meski sutra buatan Cina ini menggunakan mesin tenun sebagai alat produksi sutranya, namun hasilnya bagus karena menggunakan teknik pengelolaan mesin yang canggih.
Kain sutra asli semakin tipis semakin bagus, apalagi jika kain sudah diberi motif beberapa warna, harganya semakin mahal. Per meter bisa Rp 1,2 juta atau lebih.
Ciri-ciri sutra asli :
Sutra asli kainnya tidak licin dan warnanya tidak mengkilap.
Sutra asli tidak mudah kusut.
Jika dilihat nampak masih berserat dan ketika dilipat tidak ada bekas lipatan.
Cara mudah lainnya adalah dengan membakar serat benang sutra tersebut. Apabila sutra dibakar baunya sama dengan rambut atau pun bulu manusia.
Ada baiknya kita bertanya atau melihat jenis kain apa dari pakaian yang kita beli untuk menghindari dari apa yang telah Rasulullah larang. [MRR]
Sumber: republika.com