ChanelMuslim.com – Terlepas dari strategi marketing yang digunakan oleh brand Zoya dengan tagline “Yakin Hijab yang kita gunakan Halal?”. Ternyata tagline ini mengundang komentar netizen bahkan tagline ini dijadikan bahan sindiran.
Menanggapi hal ini, Founder Halal Corner Aisha Maharani angkat bicara bahwa seharusnya kesadaran halal disikapi positif bukan sebagai bahan sindiran.
“Justru kesadaran tentang halal harusnya disikapi dengan positif bukan malah diberikan sindiran dari pihak muslim sendiri tanpa tahu tujuan dari produsen mensertifikasi halal produknya,” tulis Aisha dilaman facebooknya, kemaren dengan artikel berjudul “Kaos Kaki dan Hijab Berlabel Halal”, Rabu (3/2).
Aisha juga mengatakan bahwa masih perlu edukasi tentang halal dari berbagai pihak terkait, sehingga halal menjadi bagian keseharian dan sertifikasi serta label halal bukan lagi hal yang menjadi debat kusir di antara muslim.
“Hal baik yang perlu dilakukan oleh Muslim adalah selalu meng-up date informasi teknologi terkini yang berkaitan dengan Halal” tulis Aisha lagi.
Bahkan untuk mengkonfirmasi kejelasan mengenai isu ini, Aisha langsung menghubungi Lia Amalia, Kepala Bidang Sosialisasi dan Promosi Halal, LPPOM MUI Pusat.
Dalam penjelasannya, Lia menyampaikan bahwa dalam Undang Undang Jaminan Produk Halal No 33 Tahun 2014, dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 no. 1 telah disebutkan mengenai hal itu.
“ Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat,” sebut Lia seperti dilaporkan kembali oleh Founder Halal Corner ini.
Bahkan lebih lanjut, Lia menerangkan bahwa produk barang gunaan bisa termasuk kategori yang diluar pangan, obat dan kosmetik, seperti kaos kaki, hijab boleh disertifikasi Halal.
“Kedua produk tersebut murni keinginan dari pihak produsen, bukan keharusan dari pihak Majelis Ulama Indonesia, karena Undang Undang Jaminan Produk Halal tahun 2014 diperkirakan berlaku pada tahun 2019 yang akan datang,” ujar Lia menanggapi konfirmasi Aisha mengenai kehalalan Kaos Kaki dan Hijab.
Lia menegaskan bahwa sertifikasi halal di Indonesia masih bersifat sukarela belum menjadi kewajiban. Seperti produk garam atau bahan kimia yang positif halal, pihak produsen menginginkan diberikan sertifikat halal, sementara dari pihak Majelis Ulama Indonesia sering menyampaikan produk jenis tersebut tidak perlu mendapat sertifikat halal.
“Karena produsen ingin produknya merambah pasar muslim dan ikut bermain di Industri Halal, label halal menjadi satu kebutuhan utama dalam pemasaran. Maka hal ini menepis isu Majelis Ulama Indonesia membutuhkan dana sehingga apapun disertifikasi halal,” tegasnya lagi. (jwt)