BELAJAR dari Hajar, istri Nabi Ibrahim alaihis salam, menjadi ibu sebuah bangsa dan kebudayaan baru.
Hajar dan anaknya, Ismail, yang ditinggalkan di lembah yang tak berpenghuni merupakan persiapan Allah untuk membentuk sebuah generasi baru, sebuah bangsa baru, dan kebudayaan yang terus berkembang.
Baca Juga: Kesabaran Hajar Teladan untuk Para Istri
Allah telah mempersiapkan sebuah lahan dakwah untuk tumbuh subur, bahkan sebelum dan penghuninya (manusianya).
Dakwah itu visioner, bukan semata untuk urusan masa kini, melainkan jauh menembus masa yang akan datang.
Hajar ditempatkan di Mekah, yang tak berpenghuni, agar manusia mendirikan shalat di Baitullah karena Baitullah sudah ada, sebelum Nabi Adam diturunkan ke bumi, dan malaikat biasa bertawaf di Ka’bah.
Hajar ditempatkan di sana agar manusia menjauhkan diri dari menyembah berhala — dan sesuai firman Allah dalam surah Ibrahim ayat 37, semua yang dilakukan Ibrahim atas petunjuk wahyu bukan kemauan Ibrahim semata.
Atas petunjuk Allah lah, sebuah bangsa dan sebuah kebudayaan baru telah dipersiapkan, dan Allah menganugerahi kemuliaan atas Hajar untuk menjadi pionirnya.
Belajar dari Hajar yang Namanya Abadi
Amal-amal ibadah yang telah dilakukan hajar membuat namanya dikenang sepanjang masa.
Kegesitannya mencari air untuk putranya, yang kehausan, menjadi salah satu ritual ibadah haji, yaitu berlari kecil antara Bukit Shafa dan Marwa.
Kepasrahannya untuk mengurbankan anaknya menjadi contoh agar umat berkurban setiap tahun.
Mempersiapkan Diri Mempunyai Keterampilan Hidup
Semasa tinggal bersama ayahnya, Hajar belajar banyak hal, sering diajak pergi ke kampung-kampung untuk menyelesaikan beberapa urusan rakyat yang dipimpin ayahnya.
Ia perempuan pertama yang menulis dengan pena. Ia juga menguasai irigasi dan keterampilan berbicara di depan publik. Ia mempunyai kecerdasan linguistik yang tinggi.
Hajar mengisi hari-hari bersama suaminya, Ibrahim, dengan memahami visi akhirat — kelak, ini dijadikan grand desain dalam mendidik Ismail.
Ia memaksimalkan waktu dan potensinya untuk memperoleh ilmu dan keterampilan hidup sehingga ketika takdir menjungkirbalikkan keadaan dirinya, ia punya pegangan yang kuat.
Bagi yang belum mempunyai pendamping hidup, sebaiknya meniru aktivitas Hajar dalam meng-up grading dirinya, menguasai berbagai keterampilan hidup.
Apalagi, bagi yang sudah mempunyai pendamping hidup, jangan jumud dan merasa puas, bergantung di zona aman.
Janganlah disibukkan dengan hal-hal yang remeh-temeh, seperti mengoleksi baju, tas, dan cat rumah yang berganti setiap bulan.
Sebaiknya, keberadaan pendamping hidup dimanfaatkan untuk sebanyak mungkin memantaskan diri sebagai hamba Allah.
Meningkatkan keimanan, memiliki aktivitas yang berguna untuk diri dan masyarakat, serta senantiasa menambah ilmu dan keterampilan.[ind]
sumber: Buku Hajar, Perempuan Pilihan Langit. Dian Yasmina Fajri. Gema Insani Press: 2016.