ChanelMuslim.com – Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu adalah sepupu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Ali termasuk dari kalangan remaja yang pertama kali masuk Islam.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memberi gelar Ia radhiyallahu ’anhu
sebagai ‘Gudangnya Ilmu’. Ia radhiyallahu ’anhu sejak muda juga dikenal sebagai ksatria pemberani.
Kisah Ali radhiyallahu ’anhu
Sirah Nabawi mencatat peran Ali dalam proses hijrah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam bersama Abu Bakar radhiyallahu ’anhu dari Makkah ke Madinah.
Baca Juga: Kisah Rasulullah saw saat Diperintahkan untuk Berdakwah
Ia radhiyallahu ’anhu saat itu berusia 17 tahun menempati tempat tidur Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam untuk mengelabui orang-orang yang menjadikan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai target pembunuhan.
Pemuda Jatuh Cinta
Ia radhiyallahu ’anhu sangat sadar, menempati tempat tidur Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sama saja dengan menyerahkan nyawa kepada orang-orang musyrik yang sewaktu-waktu dapat menikamnya karena mengira yang tidur itu adalah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.
Baca Juga: Hidup Minimalis Ala Rasulullah
Dinukil dari buku ‘Destiny Disrupted : A History of The World through Islamic Eyes’ karya Tamim Ansary seorang sejarawan dan sastrawan dunia. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh penerbit Zaman menjadi “Dari Puncak Baghdad : Sejarah Dunia Versi Islam.”
Dalam satu pertempuran penting pada masa awal Islam, seorang pemuda menuju Ali sambil mengayunkan pedangnya.
“Kau tidak tahu siapa aku?” Ah, bodoh! Aku Ali! Kau tidak akan mampu mengalahkanku. Justru aku yang akan membunuhmu. Kenapa kau masih nekat ?”
“Karena aku sedang jatuh cinta.” kata pemuda itu.”Dan kekasihku berkata jika aku mampu membunuhmu, dia akan menjadi milikku sepenuhnya.”
“Tapi jika kita berduel, kemungkinan justru aku yang akan membunuhmu.” kata Ali.
“Adakah yang lebih baik daripada terbunuh demi cinta ?” jawab si pemuda.
Ali luluh oleh penuturan terakhir pemuda tersebut. Ia melepas helm besinya lalu menjulurkan lehernya. “Tebas aku di bagian ini.” kata Ali seraya menunjuk tengkuk lehernya.
Akan tetapi, melihat kesediaan Ali untuk mati demi cinta, giliran hati pemuda itu terbakar dan luluh. Mengubah cintanya kepada wanita menjadi sesuatu yang lebih tinggi, yaitu cinta kepada Allah.
Dalam sesaat, Ali mengubah pemuda biasa menjadi seorang pemuda yang tercerahkan.
——
*Dalam buku “Mimpi Bertemu Nabi” karya Juman Rofarif, Zaman, 2014., dengan beberapa perubahan redaksi.
Sumber: Status Instagram Ustazah Wirianingsih @wiwirianingsih. Ustazah Wirianingsih merupakan sosok ibu yang sangat peduli terhadap generasi muda Islam yang mencintai Al-Qur’an dan mengamalkan. Ustazah Wiwi dikaruniai 11 anak yang atas izin Allah semuanya penghafal Alquran. Masya Allah. [jwt]