THALHAH bin Ubaidillah pernah menyelamatkan Rasulullah. Thalhah hijrah ke Madinah sewaktu orang-orang Islam diperintahkan hijrah.
Setelah itu, ia selalu mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, kecuali Perang Badar. Karena pada waktu itu, Rasul mengutusnya bersama Sa’id bin Zaid untuk satu keperluan penting di luar kota Madinah.
Baca Juga: Thalhah dan Zubair adalah Tetangga Rasulullah di Surga
Ketika Thalhah bin Ubaidillah Menyelamatkan Rasulullah
Sewaktu keduanya telah menyelesaikan tugas mereka dengan baik, dan kembali ke Madinah, saat itu Nabi dan para sahabatnya dalam perjalanan pulang dari Perang Badar.
Alangkah sedihnya kedua orang itu karena kehilangan pahala tidak menyertai Rasulullah berjihad dalam perang pertama mereka.
Tetapi, Rasul menenteramkan hati keduanya dengan memberitahukan bahwa mereka memperoleh pahala yang sama seperti orang-orang yang ikut Perang Badar.
Perang Uhud pun tidak bisa dielakkan. Perang itu memperlihatkan kebengisan dan kekejaman kaum Quraisy yang ingin membalas dendam atas kekalahan mereka di Badar dan untuk membabat habis kaum muslimin agar masa depan mereka tidak terusik.
Mereka sangat yakin akan dengan mudah membabat habis kaum muslimin.
Pertempuran berlangsung dengan sengit. Korban-korban yang berjatuhan segera menutupi muka bumi. Pasukan kafir Quraisy berada di bawah angin. Mereka terpukul mundur.
Melihat pasukan musuh berlarian mundur, pasukan Islam meletakan senjata dan para pemanah turun meninggalkan posisi mereka serta ikut memperebutkan harta pampasan perang.
Tiba-tiba, pasukan kafir Quraisy menyerang dari belakang hingga berhasil merebut kendali pertempuran.
Pertempuran kembali berkecamuk dengan sengitnya. Serangan mendadak itu, telah mencerai-beraikan barisan pasukan Islam.
Thalhah melihat ke arah Rasulullah. Rupanya beliau menjadi sasaran empuk pasukan penyembah berhala itu. Dengan cepat, ia melompat ke arah Rasul.
Meskipun jaraknya tidak jauh, rintangan yang dihadapi sangat berat. Puluhan pedang dan tombak menghadang jalannya.
Ketika dilihatnya dua pipi Rasulullah mengeluarkan darah, Thalhah tidak bisa menahan diri. Ia langsung melompat dan memorak-porandakan semua yang ada di depannya.
Di dekat Rasul, ia menemukan kondisi yang ditakutinya.
Pedang para tentara kafir menyambar-nyambar ke arah Rasul, mengepung dan hendak membinasakannya.
Thalhah berdiri kokoh, menebaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, bak satu regu pasukan tersendiri.
Ia melihat darah Rasul mengucur dan beliau menahan sakit. Dengan tangan kiri dan dekapan dadanya, ia meraih dan memapah Nabi keluar dari lubang tempat kaki Nabi terperosok serta membawa beliau ke tempat aman.
Sementara tangan kanannya menyabetkan pedang ke arah para tentara musyrik yang mengepung Nabi.
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra menggambarkan keadaan medan tempur saat itu.
‘Aisyah berkata, “Bila disebutkan Perang Uhud, Ayah berkata, ‘Perang Uhud milik Thalhah. Akulah yang pertama kali datang ke tempat Nabi, lalu Nabi berkata kepadaku dan kepada Abu Ubaidah, “Lihatlah saudaramu itu (Thalhah).”
Lalu kami melihatnya, dan ternyata di sekujur tubuhnya terdapat lebih dari tujuh puluh luka tusukan tombak, sabetan pedang, dan tancapan panah. Satu jarinya juga putus. Setelah itu, kami merawatnya dengan baik.”
Di seluruh medan tempur, Thalhah selalu berada di barisan terdepan mencari keridhaan Allah dan membela bendera Rasul-Nya.
Thalhah hidup di tengah-tengah masyarakat muslim. Beribadah dan berjihad bersama mereka untuk menegakkan agama baru yang mengentaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya. [Cms]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom