ChanelMuslim.com – Penanaman makrifatullah pada anak usia prasekolah adalah hal mendasar yang hendaknya dilakukan oleh orang tua. Aqidah (mengenal Allah azza wa jalla, Rasul, dan Islam) dan adab-adab Islam. Tentunya, dengan cara, bahasa, contoh, dan gaya yang disesuaikan dengan usia dan zaman mereka hidup; sederhana, menyenangkan, dan mudah dimengerti.
Baca Juga: Mengenalkan Allah pada Balita
Nasihat Luqman tentang Penanaman Makrifatullah
Kisah nasihat Luqman al Hakim kepada anaknya adalah contoh penanaman makrifatullah dan adab sejak masa kanak-kanak. Beliau sudah mengajarkan makna syirik dan dosanya yang besar.
Allah azza wa jalla berfirman: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, dan dia memberikan pelajaran, “Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Beliau juga mengajarkan pentingnya muraqabatullah (merasa diawasi Allah azza wa jalla).
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Luqman ayat 16).
Tentang shalat dan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, Luqman berkata: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17).
Tentang akhlak di hadapan manusia, Luqman berkata: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 18-19).
Syaikh Ibnu ‘Asyur Rahimahullah (w.1393 H) mengomentari semua nasihat ini.
“Dalam nasihatnya ini, Luqman telah menggabungkan pokok-pokok syariat: aqidah, amal, adab dalam muamalah, dan adab terhadap diri sendiri.”
Di samping itu, pilihan kata yang digunakan juga yang terbaik. Dia membuka nasihatnya dengan panggilan Yaa Bunayya sebagaimana Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam kepada anaknya- yang artinya wahai anakku tersayang. Adanya kata “wahai” -menurut Syaikh Ibnu “asyur- dalam rangka menunjukkan perhatian dan memancing kecerdasan dalam pembicaraan.
Adapun bunayya bentuk tashgir (pengecilan) dari Ibn (anak)- menunjukkan at tarqiq (lemah lembut dan kasih sayang), sebagaimana ukhayya (saudaraku tersayang).
Tema-tema ini diajarkan sejak dini agar terpatri dalam ruang pikirnya, siapa penciptanya, siapa pemberi rezeki, siapa pengatur hidup, siapa penguasa alam, siapa yang pantas disembah, siapa yang menghidupkan dan mematikan.
Penanaman makrifatullah diajarkan agar ia tidak mudah ternoda oleh kepercayaan yang sifatnya takhayul, mitos, dan khurafat, yang biasanya berkembang dan sangat melekat di masyarakat yang bisa dibawa oleh teman bermainnya atau kerabat keluarganya.
Baca Juga: Pentingnya Tanamkan Jiwa Kepemimpinan pada Anak Laki-laki
Urgensi Makrifatullah
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menjelaskan urgensi makrifatullah bagi kehidupan seorang muslim.
“Sesungguhnya, makrifatullah (mengenal Allah azza wa jalla) adalah makrifah yang paling tinggi dan agung, sekaligus sebagai asas kehidupan spiritualitas seluruhnya.
Di antara bagiannya adalah makrifah kepada para nabi dan rasul, dan apapun yang terkait dengan mereka, seperti kema’shuman mereka, tugas, sifat, kebutuhan manusia kepada risalah mereka, yang terkait dengan mukjizat, kewalian, karomah, dan kitab-kitab samawi. Juga pengetahuan tentang cabangnya secara natural seperti tentang malaikat, jin, dan ruh.
Dari situlah munculnya pengetahuan tentang kehidupan, tentang hari akhir dan kehidupan alam barzakh, serta kehidupan akhirat seperti hari kebangkitan, hisab, balasan kebaikan, hukuman surga dan neraka.”
Itulah pentingnya penanaman makrifatullah kepada anak usia prasekolah. Semoga Sahabat Muslim dapat mengambil pelajaran dari tulisan ini.[ind]
sumber: Buku Fiqih Praktis Pendidikan Anak, Ustaz Farid Nu’man Hasan, Inspirasi Cendikia: 2021.