ChanelMuslim.com – Tawaran Utbah bin Rabiah muncul setelah orang-orang musyrik mulai kerepotan mencari bentuk penyiksaan dan tekanan terhadap orang-orang muslim.
Apalagi dengan masuk Islamnya Hamzah dan Umar, mereka berusaha mengajukan berbagai macam penawaran kepda Rasulullah untuk menghentikan dakwah.
Baca Juga: Kenapa Teuku Wisnu Tolak Tawaran Peran Ustad? Ini Jawabannya
Awal Mula Tawaran Utbah
“Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!” teriak seorang pembesar Quraisy. “Setiap hari mereka semakin kuat!” geram yang lain. “Semua gangguan dan siksaan kita seolah tidak berpengaruh apa-apa. Sangat mengherankan!” gerutu yang lain menggelengkan kepala.
Ketika suasana bertambah panas, Utbah bin Rabi’ah berdiri. Semua orang memandangnya dan menunggu.
“Kalau jalan kekerasan tidak membuahkan hasil, sudah saatnya kita mencoba cara lain, “kata Utbah bin Rabi’ah. Suaranya pelan dan tenang.
“Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad dan menawarkan beberapa hal menarik kepadanya. Apakah kalian setuju?”
Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy itu pun setuju.
“Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa saja asal Muhammad mau bungkam!” kata mereka.
Suatu hari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang duduk di dekat Ka’bah. Datanglah Utbah bin Rabi’ah.
“Anakku,” katanya lembut, “engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau membawa soal besar sehingga masyarakat kita tercerai-berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu beberapa hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima. Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah harta, kami siap mengumpulkan dan memberikan harta kami sehingga engkau akan menjadi seorang paling kaya. Kalau engkau ingin kedudukan, akan kami angkat engkau sebagai pemimpin kami sehingga kami tidak akan mengambil keputusan tanpa persetujuanmu. Kalau engkau ingin menjadi raja, akan kami nobatkan engkau menjadi raja kami. Jika engkau diserang penyakit yang tidak dapat engkau sembuhkan sendiri, akan kami biayai pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh.”
Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi’ah merasa kata katanya yang berbunga itu seolah menguap tanpa jejak ke udara.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Abul-Walid?”.
“Ya,” jawab Utbah.
“Sekarang, dengarkanlah ucapanku,” ujar Rasul Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau pun membacakan surah Fushilat ayat 1-5. Terus dibacanya surah tersebut dengan bertumpu kepada kedua tangannya. Utbah menyimak bacaan beliau hingga ayat sajdah dan melihat Nabi Muhammad bersujud menghadap Ka’bah.
Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Alquran Surat Fushilat mulai dari ayat pertama:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(1). حم
Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.
(2). تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(3). كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,
(4). بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.
(5). وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ
Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka lakukanlah (sesuai kehendak kamu); sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)”.
Baca Juga: Kisah Quraisy Meminta Mukjizat Tak Masuk Akal kepada Rasulullah saw
Utbah bin Rabiah Terpesona dengan Alquran
Rasulullah pun mengungkapkan pada Utbah bahwa apa yang dibacakannya merupakan jawaban atas perkataan Utbah kepada Rasul.
Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang menuturkan tentang Rasulullah hanyalah seorang pemberi peringatan, tentang gunung-gunung yang kokoh, tentang penciptaan langit dan tujuh lapisannya, tentang azab petir yang menimpa kaum Tsamud, tentang ngerinya nasib kaum kafir yang menolak wahyu dari Allah.
Ayat-ayat itu begitu mempesona Utbah sampai ia lupa pada apa yang ia tawarkan kepada Rasulullah.
“Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!” seru Utbah.
“Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau baca?”
“Tidak,” Jawab Rasulullah
“Jadi, inilah Muhammad,” Utbah terpana.
“Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan sama sekali bukan orang sakit. Ia hanyalah orang yang ingin mempertahankan tugasnya dengan baik sekali dan ia tadi mengucapkan kata kata penuh mukjizat…” Utbah bangkit dan lalu menghampiri rekan-rekannya, yang saling berbisik,
“Apa yang terjadi denganmu, wahai Abul Walid?” tanya seseorang.
Utbah menjawab, “Tadi aku mendengar suatu perkataan—yang demi Tuhan tidak pernah kudengarkan yang seperti itu sama sekali. Demi Tuhan, itu bukan syair, bukan ucapan tukang sihir dan tenung. Wahai orang-orang Quraisy, turutilah aku dan serahkanlah masalah ini kepadaku. Biarkan orang itu (Muhammad) dengan urusannya, dan jangan ganggu dia!”
“Demi Allah, dengan lidahnya dia telah menyihirmu wahai Abdul Walid,” kata mereka.
Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi’ah kembali dengan tangan hampa. Para pembesar Quraisy pun kecewa karena Rasulullah menolak tawaran mereka. Kemudian, penganiayaan dan siksaan terhadap kaum Muslimin pun berlanjut dan semakin ganas.[ind/Walidah]