ChanelMuslim.com – Istilah D-Dimer mencuat ketika mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menuliskan dalam catatannya setelah dirinya terkena Covid-19.
“Kalau saja tidak terkena COVID-19, mungkin saya tidak kenal istilah ini, D-dimer,” ujar Dahlan dikutip dari Disway.id, Kamis (11/2/2021).
Dalam ceritanya, ia menyebut D-dimer itu muncul seperti ‘cendol-cendol’ di dalam darah. Dahlan menjelaskan, ia pernah bertanya kepada seorang dokter, yaitu Prof. Dr. Med. Puruhito, dr. Sp.B., TKV, ahli bedah jantung terkemuka dari Unair Surabaya.
“D-dimer memang menakutkan para dokter di ICU COVID,” ujar profesor tersebut.
“D-dimer adalah munculnya cendol-cendol di dalam darah. Lapisan protein tertentu dalam darah menyatu dengan ‘teman sejenis’ sehingga membentuk gumpalan kecil-kecil. Saking kecilnya gumpalan itu tidak terlihat oleh mata. Bisa dilihat oleh mikroskop, Gumpalan itulah yang saya sebut cendol,” sambungnya.
Dilansir klikdokter.com, Kamis (11/2/2021), disebutkan jika D-dimer merupakan fragmen protein yang mampu membantu proses pembekuan darah. Proses tersebut sangat dibutuhkan ketika kita mengalami luka supaya darahnya berhenti.
Dokter Astrid Wulan Kusumoastuti menjelaskan, “D-dimer sederhananya adalah parameter pemeriksaan laboratorium yang memberikan gambaran ada atau tidaknya penggumpalan di dalam darah.”
“Selama ini, banyak pasien COVID-19 yang masuk rumah sakit dengan kondisi D-dimer tinggi. Apabila angka D-dimer terlampau tinggi, itu bisa menjadi salah satu prediktor mortalitas (kematian) pada pasien yang dirawat. Dengan mengetahui angka tersebut, tenaga medis dapat menentukan terapi yang tepat untuk meningkatkan prognosis (kesembuhan) si pasien,” jelas dr. Astrid.
Tingginya kadar D-dimer bisa memprediksi kematian pasien COVID-19 karena makin tinggi kadarnya, makin besar risiko pasien mengalami sumbatan akibat penggumpalan darah.
Jika darah mengental dan menggumpal, masalah seperti emboli paru rentan terjadi. Emboli paru merupakan penyumbatan pembuluh darah di paru-paru. Selain penggumpalan darah, emboli paru bisa disebabkan oleh gelembung udara, kuman, tumor, cairan ketuban, dan lemak sumsum tulang yang patah.
Penderita yang mengalami emboli paru akan mengalami nyeri dada dan sesak napas yang muncul mendadak.
Cara Mengatasi Kadar D-dimer yang Tinggi
Dalam mengatasi kadar D-dimer tinggi, dr. Astrid menjelaskan, “Untuk pemberian obat-obatan, umumnya yang digunakan adalah agen pengencer darah. Namun, obat ini harus terkontrol. Bila tidak, justru ada risiko pendarahan.”
Sebelum memberikan pengencer darah, ada nilai poin yang dipertimbangkan. Jika kurang dari 7, pasien cenderung aman diberikan obat tersebut.
Sebaliknya, bila jumlah poinnya di atas 7, pengencer darah rentan menyebabkan pendarahan pada pasien. Berikut rinciannya:
Gender pria: 1
Insufisiensi ginjal moderat: 1
Umur 40 hingga 84 tahun: 1,5
Rematik: 2
Kanker aktif: 2
Pengguna kateter vena sentral: 2
Insufisiensi renal berat: 2,5
Pasien dalam perawatan ICU/ICC: 2,5
Hepatic insufficiency: 2,5
Usia di atas 85 tahun: 3,5
Ulkus gastro-intestinal yang aktif: 4
Trombositopenia: 4
Pernah alami pendarahan pada tiga bulan terakhir: 4
Bila diberikan secara tepat, obat pengencer darah akan menormalkan kondisi sekaligus mencegah komplikasi dan kematian pasien COVID-19.
Ingat, banyak minum air putih bukanlah cara ampuh untuk mengencerkan darah kental dan menggumpal pada pasien virus corona. Mencukupi kebutuhan cairan dan menjaga pola makan hanya efektif kalau Anda ingin mencegah masalah darah yang bukan akibat infeksi virus corona.[ind]
sumber: RRI