ChanelMuslim.com- Amal itu dinilai dari niatnya. Dan niat harus ditujukan hanya karena Allah subhanahu wata’ala. Ungkapan itu sudah nempel kuat dalam pemahaman kita.
Namun, tidak begitu ketika wujud dalam keseharian. Ada muncul niat karena ingin dipuji. Ada yang karena kelaziman: kalau pake jilbab ya amalnya harus kayak gini. Ada yang karena koor organisasi: disuruhnya begitu ya begitu. Ada yang karena tuntutan lingkungan: nggak enak ah kalau beda, gengsi ah kalau nggak sesuai standar.
Semua pergeseran itu muncul begitu saja. Alami. Kalau nggak ada penyadaran dan perawatan, bergesernya akan selalu ke arah-arah itu.
Penyadaran dan perawatan seperti apa? Tidak sadar itu bukan karena nggak tahu. Tapi, lebih karena hanyut terbawa arus. Persis seperti orang diet yang terbawa arus dengan kuliner kesukaannya. Ia tahu kalau kebanyakan makan bisa merusak dietnya. Tapi karena hanyut itulah, kesukaannya bisa mengalahkan kesadarannya.
Dengan kata lain, penyadaran jarang terjadi muncul dari dalam. Butuh pihak lain yang mengingatkan bahwa yang sama-sama dipahami tidak seperti yang saat ini dilakukan. Harus stop, dan kembali ke titik awal pemahaman.
Perawatan merupakan kerja intensif untuk mengawasi diri agar terus di jalur semestinya. Bisa dilakukan sendiri, perlu juga pengawasan dari yang lain. Tergantung dari tingkat sensitivitas kesadaran masing-masing.
Ada yang super sensitif. Cukup alam yang menegur, atau tidak secara sengaja mendengar firman Allah di speaker masjid, ia langsung merapat lagi. Orang seperti ini hanya butuh teguran tidak langsung, dan itu spontan mengembalikan kesadarannya.
Namun, ada juga yang lower sensitif, alias bebal. Sudah ditegur langsung pun masih belum paham.
Di sinilah kita menyadari perlunya orang lain yang tega menegur. Bisa langsung atau tidak. Langsung melalui ucapan nasihat yang ditujukan ke kita. Tidak langsung bisa melalui tausiyah di media.
Kembali ke pergeseran itu. Ada sejumlah hal yang memungkinkan niat bergeser. Boleh jadi karena kita memang kurang dekat dengan Allah. Padahal, Allah sudah sangat dekat dengan kita. Bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri.
Soal kedekatan ini boleh jadi karena kita memang kurang mengenal Allah. Tak kenal maka tak sayang. Bahwa, Allah mengelilingi kita dengan limpahan cintaNya. Semua takdirNya adalah keputusan baik untuk kita yang belum kita sadari.
Kadang kita menilai sesuatu sangat baik dan begitu kita inginkan, padahal ia buruk dalam pertimbangan Allah. Kadang juga sebaliknya. Kita menilai sesuatu sangat buruk dan begitu tidak kita sukai, padahal ia baik dalam pertimbangan Allah.
Persoalannya adalah Allah Maha Mengetahui, sementara kita tidak tahu apa-apa. Dan kesadaran ini kadang terhalang oleh ego yang menganggap kita sudah sangat tahu tentang yang baik dan buruk itu. Bahkan kita merasa tak perlu orang lain untuk mengembalikan kesadaran itu.
Di luar itu, ada pihak-pihak lain yang memang sengaja ingin menjauhkan kesadaran kita. Siapa lagi kalau bukan setan. Inilah pihak yang sedetik pun tidak pernah capek menggeser kesadaran itu. Dengan segala cara, dengan segala sarana.
Kalau tidak bisa dengan cara biasa, ia lakukan dengan cara luar biasa. Hal ini karena objek yang dituju tergolong orang soleh dan taat. Cara luar biasa untuk objek ini adalah dengan cara memujinya setinggi langit.
“Rasanya, tak ada orang di kampung ini yang lebih soleh dari Anda. Posisi Anda sudah sangat tinggi. Bahkan melebihi para salafus soleh sekali pun. Coba, siapa yang bisa qiyamul lail tiap malam seperti Anda.
“Siapa yang bisa shalat begitu khusyuk melebihi Anda. Siapa yang bisa infak sebegitu besar dari Anda. Siapa di sekitar Anda yang bisa lebih ikhlas dari Anda. Ah, Anda memang pantas dipuji,” seperti itulah bisikan itu terus-menerus mengotori hati bersihnya, yang suatu saat akan menjadi noda yang berkarat.
Ia lupa bahwa keikhlasannya hanya untuk Allah. Bukan yang lain. Ia pun lupa bahwa seluruh amalnya itu tidak akan pernah tercukupi nol koma satu persen pun dari apa yang telah Allah berikan untuknya.
“Wahai hambaKu, kalian selalu merasa lapar, Aku limpahkan kalian makanan itu.
“Wahai hambaKu, kalian butuh pakaian, Aku berikan kalian semua itu.
“Wahai hambaKu, kalian lakukan dosa siang dan malam. Tapi aku ampuni kalian semua.”
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku; hanya untuk Allah, Pencipta dan Penguasa alam raya. Jangan kalian adakan yang lain selain karenaKu.” (Mh)