Chanelmuslim.com – Rasulullah turut mengerjakan pekerjaan rumah Dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah seorang bapak dan suami, sekaligus seorang kepala rumah tangga. Dan apabila beliau berada di rumah, tanpa sungkan-sungkan beliau turut membantu juga mengerjakan sendiri perkerjaannya.
Baca Juga: Cara Rasulullah Mendidik Para Sahabat Menjadi Generasi Terbaik
Rasulullah Turut Mengerjakan Pekerjaan Rumah
Al-Aswad bin Yazid pernah bertanya kepada Ausyah Radhiyallahu Anhu tentang apa yang biasa dilakukan Nabi di rumah. Aisyah menjawab,
“Beliau turut membantu pekerjaan keluarganya. Dan apabila datang waktu shalat, beliau segera shalat.” (HR. Al-Bukhari)
Syaikh Sa’id Hawa mengatakan, bahwa ini adalah suatu pemandangan yang mengagumkan. Tanpa rasa segan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam turut membantu mengerjakan pekerjaan istrinya di rumah manakala beliau berada di rumah. Bahkan tak jarang beliau juga yang mengerjakan sendiri pekerjaannya dan pekerjaan rumah tangga. Beliau bersabda,
“Bantuanmu terhadap istrimu adalah sedekah.” (HR. Ad-Dailami)
Membantu pekerjaan istri di rumah, bukan suatu aib bagi laki-laki. Bahkan merupakan sebuah kesempurnaan seorang suami yang dengan ringan tangan bersedia membantu istri. Bagaimana seorang muslim akan mengatakan aib, sementara Rasulullah melakukannya.
Demikianlah kebiasaan beliau, tanpa sungkan-sungkan beliau turut membantu pekerjaan istrinya dan terkadang juga mengerjakan sendiri pekerjaannya. Jadi, bukanlah suatu aib jika seorang suami turut membantu pekerjaan rumah. Entah itu menyapu, mengepel, mencuci piring, dan sebagainya. Temasuk juga mengerjakan sendiri sesuatu yang dia butuhkan, seperti membuat teh atau kopi, misalnya. Sederhana memang, namun tak sedikit para suami yang gengsi melakukannya.
Namun demikian, perlu dicatat, bahwa bukan berarti seorang suami harus mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Melainkan cukup sekadarnya saja, sesuai yang dibutuhkan dan yang bisa dia lakukan. Karena, selain kemampuan dan waktu suami sangat terbatas untuk melakukan itu semua, sejatinya yang bertanggung jawab masalah “kerumahan” adalah seorang istri.[]
(Sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar)