ChanelMuslim.com – Di Balik Kunjungan Anies dan MUI ke Habib Rizieq
Sorotan kamera publik kini tengah bergeser ke Jalan Petamburan Jakarta Barat. Pasca kepulangan Habib Rizieq sejumlah tokoh mulai berdatangan mengunjungi Imam Besar FPI ini. Di antara mereka, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan Wakil Sekjen MUI Tengku Zulkarnain.
Meski belum genap satu hari Habib Rizieq tiba di Jakarta, sejumlah tokoh sudah bergegas mengunjungi ulama kharismatik Jakarta ini. Di antara mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia Ustaz Tengku Zulkarnain.
Baca Juga: Rangkaian Kunjungan JISc
Di Balik Kunjungan Anies dan MUI ke Habib Rizieq
Kunjungan itu berlangsung pada Selasa ba’da Isya di kediaman Habib Rizieq di Jalan Petamburan Jakarta Barat. Sejumlah foto peristiwa itu diunggah oleh Tengku Zulkarnain melalui akun Instgramnya keesokan harinya.
Di foto itu, tampak empat sosok dengan mengenakan masker. Mereka adalah Anies Baswedan dengan setelan jas warna hitam, Habib Rizieq, Tengku Zulkarnain, dan menantu Habib Rizieq, Habib Hanif. Ketiganya mengenakan gamis warna putih dengan sorban dan kopiah warna yang sama.
Dari foto itu, tampak suasana keakraban antara sesama sahabat lama. Mereka duduk bersila di atas karpet, tidak disekat dengan jarak kursi-kursi layaknya pertemuan formal, tidak ada protokoler formal layaknya pertemuan dengan pejabat, dan sebagainya.
“Kami ketemuan setelah Isya, kan banyak orang tadi (siang). Kalau subuh juga kan mungkin terlalu banyak orang. Mana mungkin subuh aja kan belum sampai,” kata Tengku Zulkarnain, seperti dilansir Antara, Rabu (11/11).
“Tiada yang lebih menggembirakan daripada bertemu dengan sahabat. Nilai persahabatan bagi kaum muslimin itu dari dunia hingga akhirat,” tulis Tengku Zul di IG-nya.
Tengku Zul juga menjelaskan bahwa tidak ada pembicaraan serius saat itu. Hanya kangen-kangenan antara sahabat lama. Pertemuan pun menurutnya berlangsung tidak lebih dari setengah jam.
Baik Tengku Zul maupun Anies Baswedan hanya melontarkan saran kepada Habib Rizieq agar istirahat. Rencana pernikahan puteri Habib pun disampaikan sebagai undangan lisan kepada mereka berdua.
Makna di Balik Simbol
Memang menarik menyimak pertemuan empat tokoh itu. Meski isi pertemuan memang sebagai kangen-kangenan antara sahabat lama yang terpisah tiga setengah tahun, tapi muatan simbolnya begitu kuat.
Pertama, Anies dan Tengku Zul adalah dua pejabat pertama yang mengunjungi Habib Rizieq. Dan posisi keduanya tergolong sangat strategis. Anies sebagai Gubernur DKI yang “penguasa” di DKI Jakarta yang merupakan pusat isu nasional dan Tengku Zul sebagai salah seorang pimpinan pusat MUI yang suara fatwa lembaganya begitu didengar umat Islam Indonesia.
Meski pun mungkin kunjungan itu tidak secara resmi sebagai perwakilan lembaga yang mereka pegang. Tapi, sosok keduanya tidak bisa dipisahkan dengan posisi yang saat ini mereka emban.
Dari sini bisa terbaca secara sederhana tentang garis pertemanan itu. Dan hal itu tidak bisa dipisahkan dengan persamaan persepsi mereka tentang perpolitikan saat ini. Seolah pertemuan itu menegaskan di pihak mana para tokoh ini berada.
Kedua, stigma terhadap Habib Rizieq yang “seram” dicoba untuk dibongkar oleh Anies dan Tengku Zul. Karena stigma itu terkesan sengaja dibentuk pihak-pihak anti Islam untuk menyudutkan posisi tawar umat Islam dalam kancah politik di negeri ini.
Sebuah stigma yang bukan hanya mengkerangkeng Habib Rizieq dalam kaca gelap media massa. Melainkan juga, ancaman karir bagi tokoh mana pun yang mencoba untuk mendekat.
Dari risiko ini, tentu kedua sudah menghitung matang. Dalam sudut pandang politik, persepsi lawan harus dibongkar kepada persepsi baru yang menjadi tandingan. Bahwa, tidak ada yang menyeramkan dari sosok Habib Rizieq dan tidak perlu takut untuk menunjukkan diri berada di posisi mana.
Ketiga, sebagai sumber guliran bola salju, langkah Anies dan Tengku Zul akan menarik pihak-pihak yang memiliki kedekatan dengan mereka. Kedekatan dalam perjuangan, ideologi, dan politik. Dan bola salju ini akan terus membesar bahkan akan menarik isu besar lain masuk dalam pusaran ini.
Setidaknya, ada dua momen besar yang akan terbidik dalam pusaran ini. Yaitu, Pilkada DKI yang akan berlangsung tidak sampai dua tahun lagi, dan Pilpres 2024. Dan dua momen besar ini juga sedang menjadi incaran pihak seberang.
Tinggal masalahnya, mampukah para tokoh umat ini mengajak dan meyakinkan umat untuk ikut dalam satu barisan besar. Sebuah barisan besar revolusi akhlak dalam semua hal: sosial budaya, hukum, politik, ekonomi, dan juga keamanan. Dan itulah harapan baru Indonesia. (Mh)