ChanelMuslim.com- Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menyoroti ketidaksinkronan basis data antara pemerintah pusat dan daerah yang dinilai akan berdampak pada penanganan permasalahan COVID-19 di Indonesia.
“Data yang akurat sangat dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk menemukan berbagai solusi dalam menghadapi pandemi,” kata Meli Triana, Peneliti IDEAS dalam diskusi hasil riset #IDEASTalk yang bertajuk ‘Evaluasi 7 Bulan Pandemi, Urgensi Intervensi Non Farmasi’ di Jakarta, Selasa (13/10/2020).
Dalam diskusi tersebut, ia mencontohkan pencatatan data kasus yang dilakukan ‘Kawal Covid-19’ melalui situs penanggulangan Covid daerah menunjukkan adanya perbedaan jumlah antara data pusat dan daerah.
Per tanggal 5 Oktober 2020, selisih data antara daerah dan pusat untuk konfirmasi postif covid-19 mencapai 1,620 kasus, sembuh 4,535 kasus dan meninggal 977 kasus.
“Selisih jumlah kematian terbesar antara data daerah dan pusat terlihat di Provinsi Jawa tengah yaitu 817 kasus dan Jawa Barat 198 Kasus,” ungkap Meli.
Angka kematian resmi yang dilaporkan ini sangat mungkin lebih rendah dari kenyataannya. Sebagai misal, di DKI Jakarta, hingga 25 September 2020, ketika jumlah kematian resmi kasus positif adalah 1,661 kasus, di saat yang sama jumlah pemakaman dengan protap Covid-19 mencapai 6,248 kasus, hampir empat kali lipat lebih tinggi.
Berdasarkan data yang dihimpun IDEAS terlihat kasus positif Covid-19 melonjak drastis dalam beberapa waktu terakhir. Untuk mencapai 50 ribu kasus pertama, awalnya dibutuhkan 115 hari, namun terkini, untuk mencapai 50 ribu kasus yang keenam hanya dibutuhkan 12 hari saja.
Selain angka kasus positif, angka kematian juga menunjukkan hal yang sama. Untuk mencapai 2.250 kematian kasus positif yang pertama dibutuhkan 107 hari, namun untuk mencapai 2.250 kematian kasus yang kelima hanya dibutuhkan 19 hari saja.
“Dan yang lebih mengkhawatirkan, adalah akselerasi penyebaran virus ini terjadi ketika kapasitas testing kita masih terus rendah. Per 5 Oktober 2020, jumlah kasus yang diperiksa baru di kisaran 2,4 juta orang, hanya 7.849 per 1 juta penduduk atau 0,78 persen dari total penduduk, salah satu yang terendah di dunia,” tutup Meli.[ind/Walidah]