KHALID bin Walid bertempur memerangi kemurtadan. Saat itu, orang-orang kafir Quraisy melanggar perjanjian damai dengan kaum muslimin.
Oleh sebab itu, di bawah pimpinan Rasulullah, kaum muslimin bergerak untuk membebaskan kota Mekah. Di sayap kanan pasukan, Rasul mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan.
Baca Juga: Ketika Pertama Kali Khalid bin Walid Diberikan Panji Islam
Khalid bin Walid Bertempur Memerangi Kemurtadan
Kali ini, Khalid masuk ke kota Mekah sebagai salah seorang pemimpin pasukan Umat Islam, padahal selama ini, seluruh penjuru Mekah mengenal Khalid sebagai panglima pasukan kafir.
Ia teringat kenangan masa kanak-kanaknya yang ia habiskan untuk bermain-main. Ia teringat masa mudanya yang ia habiskan untuk kesenangan sementara.
Ia sedih mengingat masa lalu yang panjang di mana usianya hilang percuma untuk pengorbanan sia-sia bagi berhala-berhala yang lemah tak berdaya.
Sebelum penyesalannya kian parah, ia tersadar oleh pemandangan yang luar biasa. Barisan cahaya sedang bergerak memasuki kota Mekah.
Barisan kaum lemah yang di tubuh mereka masih membekas luka siksaan dan kesewenangan. Mereka kembali ke kampung halaman mereka.
Dahulu, mereka diusir dari kampung itu. Sekarang, mereka kembali ke sana mengendarai kuda-kuda yang meringkik berdengusan dan bendera-bendera Islam yang berkibar-kibar. Suara-suara mereka yang dahulu tersembunyi di rumah Arqam, sekaran berubah menjadi gemuruh takbir dan tahlil yang menggemparkan kota Mekah. Hari itu layaknya hari raya.
Bagaimanakah mukjizat ini bisa terjadi?
Paparan apa yang pantas untuk menjelaskan peristiwa ini?
Tidak ada lain, kecuali firman Allah yang sedang mereka lantunkan di sela-sela takbir dan tahlil, “Janji Allah. Allah tak pernah memungkiri janji-Nya.” (Ar-Rum: 6)
Khalid mengangkat kepada dan memandang penuh hormat kearah panji-panji Islam yang memenuhi angkasa. Ia bergumam, “Memang benar! Inilah janji Allah, dan Allah tidak ingkar janji.”
Kemudian, kepalanya menunduk memanjatkan syukur kepada Allah. Ia bersyukur telah dibimbing masuk Islam. Pada peristiwa Fathu Mekah ini, ia menjadi bagian dari rombongan pembawa Islam ke kota Mekah, bukan termasuk orang-orang yang masuk Islam setelah Fat-hu Mekah.
Saat Rasulullah masih hidup, Khalid menyerahkan semua kemampuannya yang luar biasa untuk berbakti pada agama yang ia yakini sepenuh hati. Seluruh hidupnya ia baktikan untuk kepentingan Islam.
Sesudah Rasulullah wafat memenuhi panggilan Allah yang Maha Pengasih lagi Mahatinggi, Abu Bakar memikul tanggung jawab Khalifah.
Saat itu, gerakan kemurtadan bertiup kencang dengan tipu dayanya, hendak menghancurkan Islam. Gerakan ini benar-benar sudah membesar dan berbahaya.
Khalifah Abu Bakar tidak mau ini terus terjadi. Maka, orang yang pertama kali dilihatnya untuk mengemban tugas ini adalah pahlawan yang sedang kita bicarakan. Dia adalah Abu Sulaiman, Khalid bin Walid, Si Pedang Allah yang Terhunus.
Khalifah Abu Bakar mulai memerangi kaum murtad dengan pasukan yang dipimpinnya sendiri. Sementara itu, Khalid dipersiapkan untuk pertempuran yang menentukan.
Dan betul, Khalid dengan pasukannya berhasil membabat habis kaum murtad dalam satu pertempuran menentukan.
Ketika orang-orang murtad mulai menjalankan konspirasi besar mereka, Khalifah Abu Bakar bertekad memimpin sendiri pasukan muslimin yang akan berangkat memerangi orang-orang murtad itu. Para sahabat berusaha mencegahnya, tetapi sia-sia.
Bahkan sebaliknya, tekad Khalifah Abu Bakar semakin kuat. Mungkin ia ingin menegaskan kepada kaum muslimin bahwa masalah yang sedang dihadapi benar-benar serius. Karena itu, Khalifah harus terjun langsung untuk menumpas pemberontakan orang-orang murtad.
Pemberontakan ini sangat berbahaya, meskipun semula hanya pembangkangan kecil. Kabilah Arab dan warga asing yang tinggal di perbatasan wilayah Islam yang selama ini menaruh dendam kepada Islam, mendapatkan angin segar.
Kerajaan Romawi dan Persia yang merasakan ancaman besar dari kemajuan Islam juga tidak tinggal diam. Mereka memanfaatkan kesempatan “baik” ini. Secara diam-diam, mereka membantu pemberontakan terhadap Islam.
Beberapa kabilah ikut dalam pemberontakan ini : kabilah Asad, Ghathafan, Abbas, Thaik, Dzubyan, bani Amir, Hawazin, Salim, dan bani Tamim.
Mereka berhasil mengimpun kekuatan berjumlah puluhan ribu tentara. Selain mereka, penduduk Baharain, Oman, dan Muhrah juga ikut bergabung.
Islam benar-benar menghadapi bahaya besar. Api pemberontakan telah berkobar di sekelilingnya. Meski demikian, Khalifah Abu Bakar masih berdiri tegak.
Ia memimpin pasukan menuju suku bani Abbas, bani Muhrah dan Dzubyan. Terjadilah pertempuran yang sangat sengit dan Allah memberikan kemenangan gemilang kepada pasukan Islam.
Belum lagi pasukan in beristirahat, Khalifah menggerakannya ke pertempuran berikutnya.
Pemberontakan orang-orang murtad semakin hari semakin membahayakan. Khalifah Abu Bakar memimpin pasukan untuk memerangi mereka.
Akan tetapi, para sahabat utama memaksanya untuk tetap tinggal di Madinah. Ali menghadang jalan Khalifah dan memegang tali kekang kudanya, “Wahai Khalifah, engkau hendak kemana? Akan kuulangi perkataan yang pernah disabdakan Rasulullah kepadamu pada Perang Uhud, ‘Simpanlah pedangmu, hai Abu Bakar. Jangan kau cemaskan kami dengan dirimu.”
Akhirnya, Khalifah setuju untuk tetap tinggal di Madinah. Lalu, ia membagi pasukan Islam menjadi 11 pasukan. Setiap pasukan diberi tugas masing-masing. Khalid bin Walid terpilih sebagai panglima besar.
Setelah panji setiap pasukan diberikan kepada panglima masing-masing, Khalifah Abu Bakar mendekati Khalid dan berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan adalah Khalid bin Walid. Dialah sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang dihunus untuk memerangi orang-orang kafir dan munafik.”
[Cms]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom