ChanelMuslim.com- Seperti petir di cuaca panas, Prancis tiba-tiba bikin heboh. Negara ini mempersilakan Majalah Satire Charlie Hebdo menerbitkan ulang majalah bergambar karikatur yang mereka sebut sebagai Nabi Muhammad. Karikatur itu memuat gambar seorang pria bersorban yang diserupakan dengan bom yang siap meledak.
Perang akhir zaman mungkin sudah di depan mata. Setelah beberapa partai ultranasionalis di Eropa membakar dan menistakan mushaf Alquran, kini Prancis mempersilakan Majalah Charlie Hebdo menerbitkan ulang majalah dengan sampul yang menghina Nabi Muhammad.
“Bukan kapasitas presiden republik ini untuk menilai pilihan editorial atau ruang redaksi media massa. Tidak akan pernah. Karena kami memiliki kebebasan pers,” ujar Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengomentari kasus itu.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa Prancis mempersilakan majalah ini untuk “menantang” umat Islam dunia. Atas nama kebebasan pers, Prancis menutup mata hak milyaran umat Islam dunia yang tidak boleh dihina dan disakiti.
Penerbitan ulang karikatur ini merupakan ungkapan kemenangan Charlie Hebdo menyusul dimulainya sidang pertama kasus penembakan 12 kartunisnya yang tewas 5 tahun lalu setelah majalah ini menerbitkan karikatur yang menghina nabi.
Pada Rabu kemarin, pengadilan Prancis menyidang orang-orang yang dianggap terlibat dalam penyerangan itu. Padahal, dua pelaku penembakan, Said dan Cherif Kouachi, ikut tewas dalam serangan di tanggal 7 Januari 2015 itu. Sejumlah pihak menilai, selain sudah 5 tahun berlalu, pengadilan ini seperti mengada-ada dan melibatkan orang-orang yang tidak bersalah.
Namun, justru pihak Charlie Hebdo menyambut pengadilan tersebut sebagai keberhasilan mereka. "Kami tidak akan pernah berbaring. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis pemimpin Charlie Hebdo, Laurent 'Riss' Sourisseau, dalam editorial yang diterbitkan hari ini.
Sepertinya, ada cacat dalam nalar Charlie Hebdo. Kenapa mereka tidak mengambil pelajaran dari kasus ini. Bukankah serangan berdarah di kantornya itu disebabkan ulah mereka yang tidak bertanggung jawab. Yaitu, menerbitkan kartun yang menghina agama lain. Kini, setelah lima tahun berlalu, kenapa yang mereka sebut sebagai pembalasan itu justru mengulang kembali provokasi yang sama.
Tanpa adanya cacat nalar Charlie Hebdo pun Prancis sudah menantang perang dengan Turki yang sedang bersengketa dengan Siprus. Sepekan terakhir ini, armada laut Prancis dikabarkan sudah disiagakan di perbatasan Siprus-Turki. Perang terbuka bisa terjadi sewaktu-waktu.
Dengan masuknya kasus Charlie Hebdo, akan menguatkan sinyalemen bahwa Prancis sebenarnya bukan sedang menantang Turki. Melainkan, umat Islam dunia.
Hampir bisa diprediksi, hari-hari berikutnya adalah reaksi marah umat Islam dunia terhadap Prancis. Masalah yang dipersoalkan pun sepertinya bukan lagi tentang kebebasan pers. Tapi tantangan Prancis untuk perang terbuka dengan umat Islam. (Mh)