oleh: Eka Bilbiya (Founder Smart Mom Community)
ChanelMuslim.com – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah meemasuki bulan ke-5, tentunya banyak sekali kisah dan cerita yang tertoreh. Suka-duka pembelajaran daring ini efeknya terkadang demikian komplek dirasakan oleh berbagai pihak, terutama orangtua, anak, dan guru.
Ada yang harus kita semua fahami sejak awal, bahwa kondisi ini bukanlah kondisi yang diinginkan oleh siapapun. Kondisi wabah dan pandemi yang berdampak demikian luas dalam berbagai aspek kehidupan hingga mengharuskan situasi KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) secara daring.
Bagi seorang guru, hal ini bukanlah situasi yang nyaman, justru sebaliknya, proses mengajar jarak jauh merupakan tantangan tersendiri untuk dapat mengatur berbagai hal dan kegiatan termasuk mengupayakan materi tersampaikan dengan baik pada muridnya. Karena tentu saja, akan banyak sekali kendala yang hadir dalam proses mengajar daring, yang sangat berbeda jika dilakukan secara offline di sekolah.
Bagi anak murid, kondisi ini juga dirasakan kurang nyaman. Banyak keluhan disampaikan oleh anak didik terkait proses PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Di antaranya, akses internet yang belum tentu dimiliki, kendala jaringan, materi tidak mampu difahami secara baik, terbatasnya ruang diskusi dan tanya jawab, situasi pembelajaran yang tidak kondusif di rumah dan lain sebagainya. Terkadang, hal itu memicu stres pada anak, terlebih jika orangtua tidak mendampingi dan menguatkan mental anak.
Orangtua pun turut merasakan dampak dari PJJ, di antaranya: sebagian orangtua merasa kesulitan dalam mendampingi proses KBM yang terkadang tidak faham juga dengan materi dan cara mengajarkan pada anaknya. Sebagian lain merasa kesulitan ekonomi sehingga tidak bisa senantiasa menyiapkan fasilitas internet dengan baik. Atau kondisi rumah yang kurang kondusif saat dipertemukan dengan berbagai persoalan.
Namun, sesulit apapun kondisi yang kita alami, sebaiknya kita berusaha senantiasa bersyukur. Bukankah setiap urusan orang mukmin itu baik, Ketika diberikan nikmat maka dia bersyukur dan ketika diberikan ujian, maka dia bersabar.
Melewati fase pandemi kali ini, ada baiknya kita renungi beberapa kiat-kiat yang semoga mampu membuat kita senantiasa semangat dalam perjuangan demi perjuangan kedepan.
Pertama, kembalikan semua urusan pada Allah swt. Siapakah yang dapat menjadi sandaran orang yang sedang mengalami kesedihan? Kepada siapakah orang yang mengalami kesulitan meminta pertolongan? Siapakah tempat bergantung dan tempat meminta bagi seluruh manusia? Jawabannya hanya satu, Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia. Allah akan senang kalau kita sebagai hamba ingat kepada-Nya dalam kondisi baik senang maupun susah. Allah akan membantu dan memberikan lebih banyak rahmat dan rezeki agar selalu ditolong Allah.
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala urusan dan aku memohon kepada-Mu sikap lurus dan terpimpin. Dan aku memohon kepada-Mu agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu serta berbakti kepada-Mu dengan sebaik-baiknya. Aku memohon kepada-Mu lisan yang benar, hati yang bersih. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa-apa yang Engkau ketahui dan aku memohon ampunan dari apa-apa yang Engkau ketahui, karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui hal-hal yang gaib.” Hr. Turmudzi
Kedua, lapangkan hati. Hakikatnya, hidup ini adalah rentetan ujian demi ujian. Baik ujian kesenangan maupun kesusahan. Ketika kita senantiasa berusaha melapangkan hati, maka berbagai masalah tidak akan mampu membuat kita sempit hati sehingga kita bisa menerima masalah dengan ikhlas dan rida, dan kita mampu terus berjuang melewati dan menyelesaikan persoalan demi persoalan. Termasuk saat pandemi, yang merupakan salah satu ketentuan dari Allah, jangan sampai membuat kita justru sempit hati dan tidak ikhlas menjalani ketentuan-Nya.
Ketiga, maksimalkan ikhtiar. Kita sebagai manusia tugasnya adalah senantiasa bergerak dalam kebaikan, bekerja dan melakukan berbagai aktivitas adalah salah satu bentuk syukur dan kita niatkan dalam rangka ibadah pada Allah. Sementara rezeki, kemudahan urusan dan hasil atas ikhtiar kita, Allah yang menentukan. Dengan memaksimalkan ikhtiar, kita menjemput berbagai berkah dan rahmat dari-Nya.
Keempat, perbaiki dan tingkatkan komunikasi dengan anggota keluarga, termasuk anak-anak kita. Keluarga merupakan tim, dari organisasi terkecil inilah kelak akan terbentuk generasi penerus perjuangan. Dengan terus berusaha membangun komunikasi dan berusaha mensolidkan anggota keluarga, berbagai persoalan akan mampu diselesaikan dengan baik dan kompak. Termasuk permasalahan PJJ anak-anak, orangtua dan anak akan bersinergi untuk mengatur jadwal, menyelesaikan tugas dan persoalan dengan baik. Namun ada yang harus diingat oleh orangtua, bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda sehingga jangan membandingkan satu anak dengan lainya.
Selain itu, perlu disadari juga oleh orangtua bahwa tugas utama mendidik anak berada pada tanggung jawab orangtua. Kita sebagai orangtua merupakan garda terdepan pendidikan anak-anak, guru merupakan partner kita, sehingga jangan menyerahkan pendidikan secara keseluruhan pada sekolah dan guru. Justru kitalah yang harus lebih berperan dalam mendidik anak-anak kita.
Pendidikan akademis memang perlu, namun bukanlah segalanya. Ketika anak kita potensi akademisnya ternyata kurang, kita masih berkesempatan untuk mengembangkan potensi lain yang dimiliki oleh anak kita. Terakhir, orangtua memiliki peran utama untuk menciptakan suasana rumah menjadi fun (menyenangkan). Kita bisa berupaya untuk senantiasa menciptakan suasana rumah yang ramah anak. Salah satu tipsnya adalah dengan rutin koordinasi membuat jadwal dan menerapkannya dengan konsisten.
Segala kondisi baik itu manis atau pahit tentu harus kita lewati dengan penuh syukur. Dengan demikian, kebahagiaan dan ketenangan hidup akan senantiasa dirasakan meski kondisi belum sesuai yang diinginkan. Karena Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.[ind]