ChanelMuslim.com- Di negeri berpaham demokrasi, peran media massa begitu penting. Dengan media massa, jutaan orang bisa “diarahkan” untuk melihat apa, mendukung siapa, bahkan membenci apa dan siapa. Isu pun seperti bungkus kado yang bisa disesuaikan pesanan: corak apa, warna apa, dan model bungkusannya seperti apa.
Isu dan media seperti dua muka dalam satu koin. Tidak bisa dipisahkan. Sebagus apa pun isu yang ingin diangkat atau dipopulerkan, tanpa peran media, nyaris tak mendapat dukungan massa. Sebaliknya, isu-isu yang sebenarnya tanpa isi bisa terkesan menarik jika mendapat dukungan media.
Dalam dunia bisnis, laku tidaknya produk-produk yang ingin dijual sangat bergantung pada iklan. Dan iklan merupakan salah satu produk media yang dikemas untuk menarik minat massa. Tidak heran jika biaya produksi sebuah produk, anggaran buat iklan bisa mencapai separuhnya.
Sebagian lagi bahkan menganggap, tak perlu ideal dalam soal mutu produk. Yang penting iklannya. Kalau orang sudah terkesima dengan tampilan dan gencarnya iklan, mutu tak lagi menjadi hitungan. Orang seperti terhipnotis. Yang baik menurut iklan, adalah baik buat dirinya, begitu pun sebaliknya.
Dalam dunia politik, media massa mampu mengemas iklan menjadi sebuah berita menarik. Tanpa sadar, penonton mengira sedang menyaksikan sebuah berita bermutu, padahal sedang menyimak arahan sistematis untuk mendukung dan membenci siapa.
Tidak heran jika dalam dunia dukung mendukung ini, anggaran untuk iklan bisa berlipat-lipat dari anggaran dukungan riil untuk dukungan orang per orang atau organisasi. Bisnis di dunia iklan dukung mendukung ini menjadi proyek yang sangat menggiurkan buat media massa.
Isu dan media nyaris tak akan bisa dipisahkan. Para pemegang kebijakan atau para pebisnis besar bisa memainkan isu dengan memegang media. Jika mereka membutuhkan sesuatu, melalui media, isu akan dikemas agar yang dibutuhkan itu menjadi prioritas yang tak bisa ditunda. Sebaliknya, jika mereka tak butuh sesuatu, isu pun dikemas agar hal itu menjadi sesuatu yang sudah kadaluarsa.
Sejatinya, media massa memiliki isu sendiri untuk tujuan mulia. Yaitu, memberikan pencerahan kepada publik bahwa ini baik dan itu buruk. Soal kemasan, bisa disesuaikan dengan selera pasar. Yang penting, misi tercapai dan publik mendapat pencerahan.
Namun dalam perjalanannya, tidak jarang, isu dan media bisa dimanfaatkan pejabat dan pebisnis untuk menguntungkan dirinya. Jika sedang dalam situasi dan kondisi yang merugikan, mereka meminta media untuk mengolah isu sedemikian rupa agar membalikkan keadaan. Setidaknya, inilah yang paling darurat, meminta media agar publik tidak melulu menyimak keburukan yang merugikan itu.
Jangan heran jika di saat ada isu besar yang mencemarkan nama baik orang-orang hebat, muncul seribu satu isu recehan yang menggelitik publik. Isu recehan yang paling menarik minat massa adalah dunia hiburan, dunia setan, dan dunia yang menakutkan seperti isu terorisme yang dulu pernah laku menjadi daya tarik banyak orang.
Di beberapa rezim sebelumnya, isu terorisme datang dan pergi secara misterius. Yang penting bukan isi terorismenya, melainkan tebaran rasa takutnya. Siapa pun yang sedang asyik menyimak isu tertentu, jika dibuat takut luar biasa, akan lebih memikirkan keselamatan diri dan keluarga. Dan, selamatlah orang dan pihak yang sedang disorot publik.
Entah kenapa model pengalihan isu dengan ketakutan ini seperti tak laku lagi. Mungkin orang lebih takut dengan setan daripada takut dengan bom dan sejenisnya. Atau boleh jadi, model isu menebar takut ini sudah mentok yang hanya itu itu saja. Atau mungkin juga karena biayanya lumayan besar: baik uang maupun citra efeknya.
Yang paling gampang dan selalu menarik untuk mengalihkan isu adalah cerita tentang publik figur seperti artis. Dan yang paling menarik dari artis adalah tentang sosok wanitanya. Misalnya, artis wanita ini menjual diri, harganya sekian, dan seterusnya. Ada lagi, artis wanita ini tersangkut narkoba, dan seterusnya.
Lebih ampuh lagi jika pengalihan isu memanfaatkan campuran tema isu menarik publik. Seperti, isu artis wanita cantik yang akrab dengan dunia setan. Artis wanitanya saja sudah menarik, ditambah lagi dengan kemasan setannya.
Berapa lama isu bisa dialihkan? Mungkin bisa sepekan untuk satu isu. Dan biasanya, mereka yang sudah piawai memainkan trik ini akan menambah isu serupa untuk pekan berikutnya. Setidaknya, publik lupa sedang menyimak hal penting apa agar bisa lupa untuk dukung mendukung selanjutnya.
Isu Djoko Tjandra dalam kasus pelariannya adalah salah satu isu penting dan menarik buat saat ini. Penting karena hal itu menyangkut harga diri bangsa yang diinjak-injak oleh sejumlah oknum pejabat tinggi di sebuah lembaga. Dan menarik karena menyingkap sebuah hal mustahil yang menjadi kenyataan.
Bagaimana mungkin seorang maling bisa bersembunyi di balik pos keamanan aparat. Bukan hanya bersembunyi, bahkan seperti diberikan pengawalan dan fasilitas agar gerak-geriknya menjadi lancar dan aman sentosa.
Namun kadang, kita juga bingung tentang mana isu yang sebenarnya dan mana yang pengalihan. Jangan-jangan, isu Djoko Tjandra juga sebuah pengalihan dari isu yang lebih besar. (Mh)