ChanelMuslim.com – Pohon Cahaya
Betapa banyak tanda-tanda kekuasaan Allah di alam raya. Pergerakan alam raya yang berputar harmonis. Tidak saling mendahului dan membenturkan diri. Air yang mengalir menelusuri celah untuk diisi. Udara yang memaksakan diri untuk selalu berada di semua ruang. Dan, pepohonan yang tumbuh mengikuti arah cahaya.
Begitu banyak firman Allah swt. yang membimbing kita untuk mencermati alam. Mulai dari mengoptimalkan penghilatan, pendengaran, rasa, dan akal. Seolah Allah swt. mengajak, “Gunakan matamu, telingamu, inderamu, hati, dan akalmu untuk menemukan wajahKu.”
Baca Juga: Cahaya di atas Cahaya
Pohon Cahaya
Di antara yang bisa kita cermati adalah keelokan tumbuh-tumbuhan atau pepohonan. Banyak ilmuwan yang meneliti bahwa makhluk Allah ini juga bereaksi dengan usikan luar terhadap dirinya. Ketika tubuhnya digunting oleh tangan manusia, ketika rantingnya patah, bahkan tumbuhan pun bereaksi dengan sentuhan dan suara.
Perhatikanlah ketika tumbuhan kecil terhalang oleh penghalang. Ia tidak tumbuh besar untuk menabrak penghalang itu, tapi berbelok untuk menghindar hambatan.
Ada hal besar yang menarik dari tumbuhan. Ia menggunakan dua instrumennya untuk berada di dua tempat yang berbeda. Dan dari dua tempat inilah ia tumbuh dan berkembang.
Dua instrumen itu adalah akar dan daun. Akar tumbuhan selalu mengikuti sumber kehidupan, yaitu air. Di mana ada air, di situlah akar tumbuhan tumbuh dan akhirnya mengembangkan diri melalui jangkauan dedaunan yang terus meninggi.
Jika akar tumbuhan mengikuti sumber air, arah jangkauan tumbuh dan kembangnya dedaunan mengikuti cahaya. Khususnya, matahari. Kemana arah cahaya, kesitulah ia tertuju. Tumbuh, berkembang, dan berbuah.
Tapi jangan salah. Tumbuhan tidak asal menyerap sumber air. Tapi, ia menyaring air bagaimana pun agar bisa bermanfaat untuk sumberdaya hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh sehat jika berada di air jernih. Dan akan tumbuh sekadarnya di sumber air yang kotor. Namun tetap saja, dari mana pun sumber air yang ia dapatkan, arah tumbuhnya tetap tertuju pada cahaya.
Cahaya matahari melengkapi tetumbuhan untuk bisa mengolah energi yang ia miliki agar menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan.
Para survival paham betul jika tersesat di tengah hutan. Mereka tidak sulit menemukan arah mata angin. Jawabannya ada pada lumut yang menempel di batang pohon atau bebatuan. Bagian lumut yang hijaunya lebih kentara menunjukkan arah timur, karena di situlah cahaya matahari menyapanya lebih dahulu. Begitu pun sebaliknya.
Seperti halnya pepohonan atau tumbuhan, kita pun memiliki dua instrumen untuk tumbuh kembang: akar dan dedaunan. Akar adalah media sumber penghidupan kita, tempat di mana kita memperoleh penghasilan dan pendapatan.
Namun, bedanya dengan tumbuhan, kadang kemampuan menyaring kita jauh lebih lemah dari mereka. Kita mungkin lebih terbiasa menyerap daripada menyaring dengan baik. Tidak heran jika pertumbuhan kita menjadi tidak alami. Jenisnya manusia, tapi karakternya tampak tak berbeda dengan hewan. Ada yang rakus dan ada yang buas.
Begitu pun dengan arah tumbuh manusia. Terkadang, tumbuhan jauh lebih peka dari kita. Mereka begitu sensitif dengan sumber cahaya, sekecil apa pun. Dan, akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah sana.
Cahaya selalu datang dari arah langit. Dari arah atas, agar tidak ada alasan bagi siapa pun dengan dalih tidak melihat dan merasa. Karena yang datang dari atas selalu jauh lebih mudah terlihat dan terasa.
Cahaya adalah bimbingan Allah swt. melalui firman dan teladan para NabiNya. Ke arah itulah semestinya manusia selalu tertuju. Dari mana pun akar penghidupannya berpijak, haluan hidupnya selalu tertuju ke arah cahaya.
Arah kemana ia tertuju ini, seperti halnya tumbuhan, semestinya akan menjadi arah utama manusia untuk tumbuh dan berkembang. Bukan ke yang lain. Karena kegelapan tidak akan membimbing kehidupan. Justru, akan menambah kerakusan dan kebuasan.
Manusia adalah makhluk yang sempurna. Karena itulah, cahaya untuk manusia sudah dilengkapi dengan semua perangkat yang akan membekali arah hidupnya. Agar arah hidup manusia tidak “ke samping”, apalagi “ke bawah”. (Mh)