ChanelMuslim.com – Sahabat muslim bagi kita yang tinggal di Indonesia rata-rata lama berpuasa kita 12-13 jam saja, tetapi beda dengan muslim yang berada di wilayah Eropa atau yang dekat Kutub Utara. Jika mereka berpuasa dalam musim panas maka puasa mereka akan lebih lama sekitar 18-22 jam. Masya Allah.
Begitu juga yang dialami oleh Keluarga Savitry Khairunnisa atau Icha (43), Warga Negara Indonesia yang sudah hampir sebelas tahun menetap di Tanah Viking, Haugeseund Norwegia.
Kepada chanelmuslim.com, Bunda Icha mengaku yang membuat mereka kuat berpuasa selama 18 jam dan kadang lebih adalah niat dan persiapan fisik yang baik.
“Alhamdulillah, yang paling utama adalah niat. Selain itu persiapan fisik yang baik,” ujar Bunda dari Fatih ini singkat dan padat.
Bunda Icha mengungkapkan hanya keluarga mereka yang muslim di lingkungan tempat tinggal mereka dan warga Haugeseund sangat menghormati mereka berpuasa.
“Di lingkungan kami tinggal ini hanya kami yang muslim,” kata perempuan kelahiran Surabaya ini.
[gambar2] Khairunnisa Icha Savitry
Bunda Icha menceritakan bagaimana dirinya sebagai ibu rumah tangga mengatur waktu agar seluruh keluarga terjamin asupan makanannya saat sahur dan berbuka. Dirinya selalu memasang alarm dengan tiga kali waktu yang berdekatan.
Pasang Alarm di Tiga Waktu Berdekatan
“Namun alhamdulillah, meski tiap hari tidur lewat tengah malam (setelah tarawih), kami – saya lebih tepatnya – nggak pernah terlewat bangun sahur. Pasang alarm handphone selalu 3 kali di waktu berdekatan. Jadi kalau luput yang pertama, ada yang kedua dan ketiga. Dan biasanya saya selalu bangun di peringatan terakhir,” sebut penulis buku Kelana Rasa Mancanegara yang baru rilis ini.
Bangun 1,5 jam sebelum waktu sahur habis
Lulusan Master of Laws Liverpool School ini mengaku dirinya biasa bangun 1,5 jam sebelum waktu sahur habis.
“Saya selalu bangun sekitar 1,5 jam sebelum waktu sahur habis. Selain menyempatkan tahajjud, saya juga perlu waktu untuk makan buah, makan nasi dkk-nya, serta asupan air yang cukup.
Biasanya Fatih dan ayahnya saya bangunkan 30 menit setelahnya,” sambung Icha.
Apakah saya masak untuk sahur? Tentu tidak…
Meski hobi masak dan bebikinan di dapur, tapi saya bukan tipe orang yang siap merepotkan diri masak khusus di waktu sahur. Selain ngantuk, saya udah jiper duluan mikirin urusan korah-korah alias cuci panci wajan dan segala printilan sisa masak.
[gambar1] Foto: Khairunnisa Icha Savitry
Masak Satu Kali Sehari dan Dibagi per Porsi
Jadi, bunda Icha mengaku kalau dirinya hanya masak sekali sehari, menjelang berbuka jam 19:00. Masak sekali untuk makan malam dan sahur. Tetap dengan metode yang sudah dirinya praktikkan selama 10 tahun ini.
“Setelah masak, makanan langsung dibagi per porsi di piring masing-masing. Jadi nggak ada hamparan lauk-pauk memenuhi meja makan kami (kecuali pas ada tamu, which is jarang sekali). Kalau mau sahur, makanan tinggal dipanaskan di microwave. Metode ini cocok untuk keluarga kecil macam kami. Untuk keluarga lain belum tentu ya,” ceritanya detail.
Makan dengan Porsi Secukupnya
Bagaimana dengan takjil dan camilan? Kalau yang dimaksud adalah semacam kolak, es garbis, dan sejenisnya, lanjut Bunda Icha selama Ramadan ini nggak pernah sama sekali. Paling banter dirinya bikin puding, yang bisa awet sampai 2-3 hari.
“Bukan karena nggak mau bikin atau nggak ada peminat, tapi nggak ada waktu untuk makannya. Bayangkan, maghrib beberapa hari ini semakin larut, di atas jam 22:00. Kalau perut yang sekian lama kosong, tiba-tiba harus diisi berbagai macam makanan, pasti kaget.
Selapar-laparnya kami setelah berpuasa lebih dari 17 jam, alhamdulillah nggak pernah merasa kalap pingin makan segala macam ketika buka. Mungkin karena dikondisikan dengan nggak banyaknya makanan terhampar di meja makan, ya. Semua serba dalam porsi secukupnya. Makanya nggak ada godaan,” sambung Bunda Icha detail.
Istirahat Cukup
Bunda Icha mengakhiri, mungkin ini hikmah puasa panjang keluarga mereka tahun ini.
Makan nasi dan lauk secukupnya. Yang penting juga selalu ada kurma, sayur dan buah segar. Minum air yang banyak. Istirahat cukup. InsyaAllah ini rahasia sehingga kami tetap bugar dan semangat menjalani puasa hingga detik ini.
“Sebetulnya hakikat puasa / shaum kan memang begitu, ya. Menahan diri dari segala hawa nafsu. Termasuk nafsu makan berlebihan. Jangan sampai setelah Ramadan timbangan malah meroket,” tutup Bunda Icha.[jwt]