DALAM suatu kesempatan menunaikan ibadah haji, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berkunjung ke Madinah. Dia ditemani oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dan Raja’ bin Haiwah. Mereka singgah selama tiga hari di sana.
Sulaiman berkata, “Adakah di sini seseorang yang pernah melihat sahabat Rasulullah?
Seseorang menjawab, “Iya, di sini ada seseorang yang bernama Abu Hazim.”
Kemudian Khalifah Sulaiman mengirim utusan untuk memanggil Abu Hazim. Yang dipanggil datang menghadap. Ternyata dia adalah seorang yang buta dan pincang.
Abu Hazim berdiri, menunggu diberikan izin untuk menghadap. Setelah lama menunggu dan belum juga mendapat izin, dia pun meletakkan tongkatnya lalu duduk.
Demi melihat kondisi Abu Hazim yang buta, Khalifah Sulaiman berkata,
“Wahai Abu Hazim, aneh sekali keadaanmu ini! Sebagai orang yang tidak melihat, bagaimana kamu dianggap pernah melihat sahabat, dan dipandang sebagai orang yang alim?!”
“Apa yang aneh dengan diriku, wahai Amirul Mukminin?”
Khalifah Sulaiman berkata, “Para tokoh masyarakat, ulama, dan cendekiawan Madinah telah menghadap padaku. Kamu disebut-sebut sebagai bagian dari mereka, namun mengapa kamu tidak datang menghadap padaku?!”
“Semoga Allah melindungimu, aku tidak mendapatkan undangan untuk datang menghadapmu,” jawab Abu Hazim.
Khalifah Sulaiman berkata kepada orang-orangnya, “Orang ini benar.” Kemudian ia berkata kepada Abu Hazim, “Wahai Abu Hazim, mengapa kita takut mati?”
Abu Hazim menjawab, “Karena kalian menghancurkan kehidupan akhirat kalian dan memakmurkan kehidupan dunia kalian. Sesungguhnya kalian enggan berpindah dari kemakmuran menuju kehancuran.”
Khalifah Sulaiman berkata, “Kamu benar, wahai Abu Hazim. Bagaimana cara kita menyongsong kehidupan akhirat?”
Abu Hazim berkata, “Iya, orang yang baik (mushin) menjemput akhirat laksana seorang yang telah lama bepergian ingin bertemu dengan keluarganya.
Sementara orang yang buruk (musii’) menjemput akhirat laksana budak yang melarikan diri dari tuannya, lalu ia diseret, dan di kembalikan kepada tuannya yang keras dan kasar. Tuannya itu bisa saja memaafkannya dan bisa pula menghukumnya.”
Mendengar itu, Khalifah Sulaiman dan orang-orang yang berada di sekelilingnya menangis sesenggukan. “Bagaimanakah kedudukan kami di sisi Allah, wahai Abu Hazim?” Tanya Khalifah Sulaiman.
“Patuhlah kepada kitabullah, niscaya engkau tahu balasan yang diberikan Allah kepadamu.”
“Wahai Abu Hazim, ayat manakah yang menunjukkan ilmumu itu?”
Abu Hazim menjawab, “Saat Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.”(Al-Infithar: 13-14)
Bersambung… Khalifah Sulaiman Meminta Nasihat kepada Syaikh Abu Hazim
(Sumber: Golden Stories Kisah-Kisah Indah Dalam Sejarah Islam, Mahmud Musthafa Sa’ad dan Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, Pustaka Al-Kautsar)
[Ai/Ln]