ChanelMuslim.com – Musibah yang menimpa jamaah haji dari seluruh dunia memang duka mendalam yang pasti ada hikmah di balik kejadian tersebut. Mengomentari kejadian ini, Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad, Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah sekaligus Guru Besar Universitas Islam Madinah berkomentar seperti dilansir laman gema Islam dengan judul “Terkait Insiden Mina, Ini Pernyataan Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al Abbad” yang sangat menggugah dan penuh hikmah.
Berikut rangkuman dari komentar beliau :
“Para jamaah yang mulia, kita semua telah mengetahui, apa yang terjadi pada pagi hari ini. Sebuah musibah yang besar, insiden yang luar biasa. Yang membuat kebahagiaan kaum muslimin dalam merayakan hari raya Idul Adha menjadi tersobek-sobek.
Musibah ini terjadi pada salah satu hari yang paling mulia. Hari, dimana banyak para ahli ilmu menyebutkannya sebagai hari yang paling mulia dalam hitungan tahun.
Berkaitan dengan insiden ini, aku berdoa kepada Allah ‘Azza wa jalla, dengan nama-nama-Nya yang indah, dan sifat-sifat-Nya yang agung, agar Allah menerima saudara-saudara kita yang meninggal pada insiden hari ini, para jamaah haji yang datang ke rumah Allah yang mulia, dan menjadikan mereka termasuk dari para syuhada.
Semoga Allah meluaskan tempat kembali mereka, dan semoga Allah menjadikan penghujung kehidupan mereka, kematian mereka di tanah ini, dalam kegiatan peribadahan mereka, sebagai penghujung yang membawa kebahagiaan bagi mereka, serta ketinggian derajat mereka di sisi Allah.
Dan kita juga berdoa, agar saudara-saudara kita yang terluka, cepat diberikan kesembuhan oleh Allah. Dan juga kita berharap agar keluarga mereka, baik yang meninggal ataupun yang terluka, diberikan kesabaran dan ihtisab (berharap pahala dari Allah).
Adapun korban insiden ini, sejatinya tidak hanya terkait dengan keluarga-keluarga tertentu. Tetapi juga ini menjadi kesedihan bagi kaum muslimin.
Insiden ini, memberikan kita pelajaran dan himah yang bisa kita petik. Diantaranya, bahwa para jamaah yang menjadi korban insiden ini, mereka tengah menjalani proses peribadahan yang besar. Dari situ, kita melihat bahwa selayaknya sebagai seorang muslim, kita harus sudah mempersiapkan diri kita menghadapi kematian. Dimana kematian, tidak ada satu pun diantara kita yang mengetahui kapan kematian akan datang.
Engkau tidak akan tahu di bumi mana engkau akan meninggal, dan kapan engkau akan meninggal. Bisa saja engkau meninggal dalam perjalanan, dalam safar yang engkau telah merencanakan berbagai macam hal. Sesungguhnya tidak ada penghalang antara dirimu dan kematian melainkan beberapa menit atau beberapa saat.
Allah berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim (QS Ali Imran : 102)
Juga pelajaran yang bisa dipetik adalah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (HR Muslim)
Setiap mukmin, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan untuk yang lainnya, dan kesedihan mereka adalah kesedihan untuk yang lainnya. Dan kejadian ini, yang menimpa sebagian kaum muslimin, sejatinya menimpa kaum muslimin secara keseluruhan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam (HR Muslim).
Dan sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa orang-orang yang mati syahid itu ada lima macam: (1) orang yang meninggal karena sakit perut, (2) orang yang meninggal karena tenggelam, (3) orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan (benturan), (4) orang yang meninggal dalam kebakaran, dan (5) orang yang meninggal saat berjihad di jalan Allah.”
Dan orang yang berhaji, sebagaimana dalam kisah Ummu Ma’qil, disebutkan bahwa ia mempunyai seekor unta. Oleh suaminya, unta ini akan dipergunakan untuk berjihad dalam peperangan. Maka Rasulullah bersabda kepada Ummu Ma’qil: Tidakkah engkau gunakan unta itu) untuk berhaji? Karena haji adalah termasuk fi sabilillah.”
Catatan : ini hanya beberapa poin dari pernyataan Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr. Pernyataan lengkap bisa anda dengarkan http://al-badr.net/detail/zCrc69YNB0gF
(red/jwt/gemaislam)