ChanelMuslim.com- Sepekan lagi, umat Islam dunia akan kedatangan bulan suci Ramadan. Inilah bulan yang begitu istimewa buat umat Islam. Hampir semua sisi kehidupan umat di bulan ini nyaris tak terlewat tanpa syiar Ramadan.
Namun, tahun ini Ramadan akan tampil tidak biasanya. Ramadan datang di saat umat mencari kesembuhan dan ketenangan di rumah saja. Sebuah keadaan yang menjadikan rumah sebagai miniatur semua sisi hidup saat ini.
Tahun ini, Ramadan datang tak bergema di masjid, mushola, dan majelis taklim. Ramadan juga tak bercerita dalam ruang perkantoran, rumah-rumah makan, dan aneka jajanan yang biasa ramai di pinggiran jalan.
Sementara, dan semoga sementara ini saja, tak ada rombongan umat yang berduyun-duyun menuju masjid dan mushola untuk tarawih berjamaah. Tak ada undangan buka puasa bersama: di masjid, mushola, kantor, rumah makan, mal, dan taman-taman di tepian jalan raya.
Semua syiar Ramadan yang biasa berpencar di semua sudut kehidupan, kali ini akan terpusat di rumah-rumah kita. Rumah seperti paket all in one di semua agenda Ramadan. Tarawih di rumah, sahur dan buka puasa di rumah, menyimak ceramah dari rumah, membaca Quran di rumah, I’tikaf di rumah, dan mungkin shalat Idul Fitri pun di rumah.
Secara emosional, semua kita akan bersedih karena menggapai Ramadan hanya di ruang-ruang sempit di rumah kita. Tapi secara nalar, inilah momen di mana Ramadan menjadi sangat private teruntuk kita dan keluarga saja.
Kalau di Ramadan biasanya, keluarga berpencar tak tentu arah. Tiap hari, selalu saja ada kesibukan yang memisahkan kita dan keluarga justru di momen-momen istimewa. Seperti, hampir tiap hari, kita berbuka tidak bersama keluarga, tarawih di tempat-tempat yang berbeda, dan momen liburan yang nyaris seratus persen berada di luar rumah kita. Hanya tidur dan sahur yang tersisa untuk bersama keluarga.
Kini, keadaan berubah seratus delapan puluh derajat. Dan mungkin bisa dikatakan, nyaris tak ada kegiatan Ramadan yang hadir di luar rumah kita.
Hikmahnya mulai terkuak meski Ramadan baru terasa anginnya saja. Inilah momen di mana ayah atau anak laki-laki menyiapkan diri untuk bisa menjadi imam keluarga. Inilah momen di mana ibu dan anak-anak putri menjadi juru masak yang serba kreatif: sedikit bahan, tapi dengan sajian yang tetap menarik.
Inilah momen Ramadan di mana rumah menjadi kepompong besar untuk mengubah sifat buruk kita dan keluarga menjadi pribadi baru penuh mempesona.
Ahlan wa sahlan, Ya Ramadan. Syiarmu tetap akan bergema dan semarak, meski hanya melalui sajadah-sajadah lusuh di rumah kita. (Mh)