ChanelMuslim.com – Melontar Jumrah merupakan salah satu rukun ibadah haji dan umrah bagi umat muslim. Hakikatnya bukan sekedar melempar tetapi ada makna dibalik ritual yang dilakukan tersebut.
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH, Ali Rokhmad menyampaikan bahwa melontar 3 (tiga) jumrah dapat dimaknai melontarkan sifat trilogi thaghut (pendurka Allah) yang terkenal dari dalam diri kita, yakni: Qarun, Bal’am, dan Fir’aun. Selain mereka bertiga, sebenarnya thaghut dipelopori oleh iblis, lalu diikuti oleh Qabil putra Nabi Adam as. “Trilogi thagut atau 3 karakter thaghut ini akan selalu ada di setiap zaman, kaum, dan struktur masyarakat di setiap bangsa dan Negara,” terangnya. “Paham ini, menjadi subur ketika kepemimpinan tidak dipandu syariat Allah Swt.,” tambahnya.
Jumrah ula, menurut Ali adalah melontar sifat Qarun dari dalam diri jamaah haji. Lemparan batu pada jumrah ini diharapkan menjadi simbol kesadaran untuk membebaskan diri dari sifat-sifat Qarun, seperti: 1) Sifat ‘ujub’ Qarun yang mengagumi diri sendiri sebagai orang yang ahli mendapatkan harta kekayaan. 2) Sifat ‘lalai bersyukur’ Qarun terhadap Allah ataupun berterima kasih kepada orang-orang pernah berjasa.
3) Sifat ‘pelit atau bakhil’ Qarun yang enggan mengeluarkan harta untuk membantu fakir miskin, dan orang-orang yang memerlukan atau membiayai perjuangan di jalan Allah. 4) Sifat ‘pamer’ Qarun yang suka mengoleksi barang yang tidak perlu di rumahnya, sekadar untuk menunjukkan bahwa dirinya kaya.
5) Sifat ‘tamak’ Qarun yang tidak merasa cukup dengan harta kekayaan yang dimilikinya dan selalu memandang ke atas. Angan-angannya sering mengatakan, “Kapan aku lebih kaya seperti orang itu?”. 6) Sifat ‘westernisasi’ Qarun yang kebarat-baratan dalam cara hidup, makan-minum, berpakaian, hiburan, dan sebagainya. 7) Sifat ‘menghitung-hitung’ harta yang akan dan telah kau sedekahkan di jalan-Nya. Dan 8) Harta ‘haram’ Qarun agar tidak mencemari harta halalmu.
Sementara Jumrah Wustha, menurut Ali merupakan simbol membebaskan diri dari sifat-sifat Bal’am, yaitu: 1) sifat ‘menjilat’. 2) sifat ‘menjual’ ayat dan kebenaran demi masalah dunia yang hanya sementara. 3) sifat menghalalkan segala cara demi mendapatkan keinginan duniawi serta kehormatan sesaat. Dan 4) sifat ‘perselingkuhan’ ruhani Bal’am yang menggadaikan tugas dari Nabi Musa kepada Raja Madyan dengan kedudukan, pangkat, dan istri cantik dari sang raja.
Adapun Jumrah Aqabah, menurut Ali Rokhmad merupakan simbol melemparkan sifat-sifat Fir’aun dalam diri jamaah, seperti: 1) sifat kesombongan dan kedurhakaan. 2) kemusyrikan’ Fir’aun yang selalu menyekutukan Allah. 3) sifat mendustakan agama. 4) sifat ‘dzalim’ terhadap istrinya sehingga tega memukul, memenjarakan, bahkan membunuhnya.
5) Sifat ‘menumpuk-numpuk’. Ketika sakit, ia minta ampun kepada-Nya. Tapi giliran sembuh, ia lupa apa yang telah menimpanya. “Lemparkan sifat ‘tidak segera bertaubat’ hingga akhirnya meninggal dalam keadaan su’ul khatimah,” tutur Ali Rokhmad.Sejalan dengan itu, selesai melontar jumrah, jamaah haji menurut Ali Rokhmad diharapkan dapat membuang semua sifat-sifat Qarun, Bal’am, dan Fir’aun, dan menggantinya dengan sifat-sifat Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Ibrahim, dan Nabi Muhammad saw., yang kesemuanya merupakan sifat atau akhlak terpuji (mahmudah).
“Melontarkan sifat iblis dan setan akan melahirkan sifat tawadlu (rendah hati) dalam diri, pribadi yang selau bertaubat kepada Allah SWT, bersyukur, qana’ah dengan apa yang diberikan Allah Swt,” jelasnya.
Demikian halnya ketika melemparkan sifat Bal’am, maka akan menumbuhkan sifat jujur, dan memiliki keimanan yang kuat serta tangguh menghadapi gejolak kehidupan yang penuh dengan tipu daya yang menyesatkan.
Ali Rokhmad berharap ibadah haji dapat melahirkan sifat-sifat yang baik sebagai bagian dari pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia menuju revoluisi mental dalam beragama.
Dilaporkan oleh Tim Media Center Haji dalam laman kemenag. (red/jwt)