ChanelMuslim.com – Eskalasi kekerasan setahun terakhir pada anak-anak Al Quds memuncak. Januari sampai Juli 2019 tercatat total 1.685 anak-anak Palestina menjadi korban. Jumlah tersebut mencakup rincian 16 anak dibunuh, 446 ditangkap, dan 1.223 lainnya terluka.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pasal 4 Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1989 PBB meminta negara anggota mengambil semua langkah untuk pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam KHA sampai batas maksimal dalam kerangka kerja sama internasional.
Secara historis, Indonesia memiliki utang budi terhadap bangsa Palestina yang pertama mengadvokasi kemerdekaan Indonesia. Mufti Besar Palestina, Syaikh Muhammad Amin Al-Husaini pada 6 September 1944 melakukannya secara luas melalui siaran radio Jerman.
Solidaritas bangsa Palestina pada Indonesia dalam masa berjuang untuk merdeka.
Muhammad Ali Taher menyerahkan seluruh tabungannya di Bank Arabia pada M. Zein Hassan ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia.
Penjajahan zionis Israel meluluhlantakkan setiap sendi kehidupan di Palestina, utamanya anak-anak.
Eskalasi kekerasan setahun terakhir pada anak-anak Al Quds memuncak. Januari sampai Juli 2019 tercatat total 1.685 anak-anak Palestina menjadi korban. Jumlah tersebut mencakup rincian 16 anak dibunuh, 446 ditangkap, dan 1.223 lainnya terluka.
Maka, kami, Aliansi Indonesia Bela Anak Al Quds bersikap sebagai berikut.
1. Mendesak pemerintah Indonesia untuk mengawal ditetapkannya sanksi tegas PBB kepada Israel.
2. Mendesak pemerintah Indonesia untuk mendukung upaya Palestina menyeret Israel pada International Criminal Court.
3. Mendesak UNICEF untuk melakukan upaya bersama yang lebih taktis dan cepat, guna menghentikan kejahatan zionis Israel pada anak-anak Al Quds.
4. Mengimbau kepada segenap komponen bangsa untuk membela anak-anak Al Quds dengan seluruh daya upaya.
5. Mengimbau semua pihak yang peduli dengan isu-isu kemanusiaan untuk melakukan aksi, edukasi, atau sosialisasi terkait penderitaan yang dialami oleh anak-anak Palestina sebagai bentuk solidaritas sesama anak peradaban.
Kampanye selamatkan anak Al Quds diselenggarakan secara internasional pada 1-8 Maret.
Kumpulan NGO yang tergabung Aliansi Indonesia Bela Al Quds (AIBAAQ) meluncurkan kampanye Kami Semua Masryam #SelamatkanAnakAlQuds di Upnormal Coffee Roasters, Raden Saleh, Menteng, Jakarta Pusat.
NGO yang tergabung dengan AIBAAQ ialah SMART 171, Adara Relief International, KNRP, Akhwat Bergerak, Spirit of Aqsa, Aksi Insan Nusantara, Sahabat Erdogan, Aliansi Kemanusiaan Indonesia, Khadijatee Foundation, Aqsa Working Group, Sahabat Palesttina Memanggil, Komunitas Kami Semua Maryam, Yayasan Al Quds Amaanati, Maemunah Center, Al Insaniah, MP4 Palestine, Forum Jurnalis Muslim.
Pembicara yang hadir ialah Maimon Herawati sebagai Sekjen SMART 171, Aat Surya Syafaat sebagai direktur pemberitaan Antara 2016-2019, Muhammad Syarif sebagai ketua bidang edukasi dan informasi KNRP, Sri Vira Chandra sebagai sekjen Adara Relief Internasional dan Peggy Melati sebagai ketua Khadeejati Foundation.
Dalam acara tersebut, para pembicara sama-sama menyuarakan urgensi dalam membela anak di Palestina. “Kami Semua Maryam” atau “We Are All Mary” merupakan kampanye internasional yang dilakukan berbagai orang di dunia.
“Kampaye ini merupakan kampanye internasional yang telah dimulai kemarin secara internasional, program aksi bela anak al quds ini penting, karena kita memiliki amanat dalam undang-undang dasar 45 yang mengutuk penjajahan diatas dunia” ujar Maimon Herawati di Jakarta, Senin (2/3/2020).
Selain itu, Sri Vira Chandra dari Adara Relief Internasional mengungkapkan semenjak Deklarasi Balfour 1917, negara Israel didirikan oleh Theodore Herlz. Lebih dari ribuan anak dan perempuan hidup tercabik-cabik di Palestina, maka sudah sepatutnya untuk mengkampanyekan dan mendukung mereka.
Aat Surya Syafaat sebagai mantan direktur pemberitaan Antara juga bercerita bahwa tahun 1993-1998 meliput di sidang PBB di New York. Aat banyak mengikuti sidang-sidang terkait Palestina.
“Terbukti kelemahan kita hanya satu, yaitu, dikekuatan media kita tidak bersatu,” jelasnya.
“Sepuluh ribu anak di palestina, sedari tahun 2000-2020 di tepi barat, pernah merasakan dinginnya penjara Israel, dan itu seharusnya menjadi perhatian yang khusus untuk kita, ” ujar Muhammad Syarif dari KNRP.
Peggy Melati Sukma atau sekarang dikenal Khadijah mengatakan bahwa persoalan yang terus terjadi pada sistem penjajahan yang dibuat Israel itu sangat kejam. Menurutnya, kejaatan tersebut termasuk dalam kategori genosida, bahkan dengan menghancurkan sekolah-sekolah di Palestina itu merupakan langkah yang kejam dalam memusnakan peradaban, terlebih untuk masa depan anak-anak Palestina.[ind/rilis]