CARA adaptasi di awal menikah bukanlah hal yang mudah. Ustazah Kingkin Anida berbagi inspirasi bagaimana memanfaatkan waktu ketika memulai membangun rumah tangga.
“Memanfaatkan waktu dengan baik adalah garis yang membedakan orang-orang sukses dengan orang-orang yang gagal dalam kehidupan ini.” (Prof. Dr. Taufiq Yusuf)
Memanfaatkan waktu dalam beradaptasi di awal pernikahan bukanlah hal yang mudah.
Banyak hal yang mesti dibicarakan. Mulai dari soal bangun tidur, apa yang dipegang lebih dahulu saat bangun, apa yang dikatakan lebih dahulu saat bangun sampai apa yang terakhir dipegang saat mau tidur.
Ribet. Emang, makanya banyak yang malas nikah karena merasa bahwa pernikahan itu bukan memudahkan tapi meribetkan.
Demikian bagi mereka yang belum masuk dalam dunia pernikahan merasa pernikahan tidak seindah masa duduk di pelaminan.
Duduk di pelaminan hanya lelah bersalaman dan gerah karena pakaian pengantin yang enggak nyaman di badan.
Baca Juga: Pentingnya Perjanjian Perkawinan sebelum Menikah, Cek Syarat dan Ketentuannya
Cara Adaptasi di Awal Menikah
Setelah sesi duduk-duduk, ada sesi selanjutnya yang lebih indah lagi. Dan merasa seperti berada di negeri dongeng. Semuanya indah dalam beberapa jenak.
Jenakanya, bagi orang yang pernah merasakan hal tersebut, maunya sepanjang pernikahan isinya “Negeri di Atas Awan” melulu.
Selalu ada senyuman, ada ketawa lepas, ada ketawa dikulum, ada keramahan tak terhingga.
Hmm, ternyata pernikahan tidak berisi kisah cinta saja. Di sana juga ada sesi menelan kekalahan, menelan pil pahit, bertahan hidup bersama pasangan yang bikin seseorang bisa enggak waras.
Alhamdulillah, Islam mengajarkan sesi-sesi pernikahan dari awal hingga perpisahan dengan jelas.
Misalnya, bila kita sebal setengah mati sama istri. Istri yang tidak seperti bidadari, tidak berkata lembut dan bermata jeli. Kata-katanya terlalu cepat dan nampak tidak sabaran.
Matanya memancarkan setitik api sampai rasanya berat sekali mempertahankan cinta yang tumbuh di malam pertama. Lalu bagaimana?
Tidak layak bagi seorang suami melakukan KDRT baik dalam bentuk kata atau bentuk sentuhan.
Pun tidak layak bagi seorang suami beriman mengusir istrinya dari rumah dan diperintah untuk mengontrak rumah.
Lalu bagaimana caranya? Pertama tentu saja berikan nasihat, lalu bila tidak berubah (tetap begitu saja) maka berikan pelatihan bagaimana bertutur kata yang baik.
Bagaimana cara memandang suami. Bagaimana cara memeluk suami, mengelus dan memanjakan.
Bila suami tidak ada dana mengirimkan istri ke tempat pelatihan (Training Merayu Suami), sebaiknya di-training sendiri.
Nah, kalau tidak berubah juga, bolehlah pisahkan tempat tidur. Bukan pisahkan rumahnya. Suami di rumah gedong, istri di rumah kontrakan. Astaghfirullah.
Ingatlah bahwa Allah menitipkan istri bukan untuk disia-siakan. Dan ingat juga bahwa doa istri yang dizhalimi akan diijabah Allah.
Betapa pentingnya memperhatikan rezeki yang berlimpah karena doa mereka, keluarga kita. Semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan bagaimana beradaptasi di awal pernikahan.[ind/jwt]
Catatan Ustazah Kingkin Anida di akun Facebooknya pada Senin, 10 Februari 2020 pukul 08.29